Jumat, 07 Desember 2018

MAKALAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR FISIKA “MENGUASAI PRINSIP-PRINSIP DAN PROSEDUR PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PERSONAL (MODEL SYNECTIK)”


MAKALAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR FISIKA
MENGUASAI PRINSIP-PRINSIP DAN PROSEDUR PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PERSONAL (MODEL SYNECTIK)




DOSEN PENGAMPU :
DWI AGUS KURNIAWAN, S.Pd.,M.Pd

DISUSUN OLEH:
 KELOMPOK 1 :

1.        LUGY RIVALDO                               (A1C317011)
2.        SYINDI AGNIA                                  (A1C317039)
3.        NUR SELA FELIA SARI                  (A1C317057)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018



KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Strategi Belajar Mengajar Fisika. Karena dengan perkenanNyalah batas waktu yang disediakan tidak terlampaui, hingga sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam pelaksanaannya penulis tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dan  kemudahan baik berupa saran maupun bentuk bantuan yang lain. Untuk itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih  kepada :
a. Dosen Pengampu
b. Teman-teman,                 
c. Para pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini,dll.
Semoga Allah SWT. berkenan membalas segala kebaikannya. Penulis harap Makalah ini dapat berguna kelak di kemudian hari. Di dalam makalah ini banyak sekali pembahasan tentang “Model Pembelajaran synectics”, namun penulis sadar bahwa makalah ini sangat banyak kekurangannya. Oleh sebab itu, kritik dan saran  yang bersifat membangun dan untuk perbaikan makalah ini sangat penulis harapkan. Jika ada sesuatu yang kurang berkenan penulis mohon maaf.
Demikian sepatah dua patah dari penulis.  Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
                                                                                               
                                                                                                Jambi, 30 Oktober 2018

                                                                                                Penulis


DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar................................................................................................... ii
Daftar Isi.............................................................................................................. iii

BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................ 2

BAB II Pembahasan
2.1. Kajian Teori.................................................................................................. 3
2.1.1 Pengertian Model Synectik..................................................................... 3
2.1.2 Tahap Kreatif Dan Proses Sinektik......................................................... 7
2.1.3Tujuan Model Synectik............................................................................ 9
2.1.4 Prinsip-Prinsip Reaksi Model Synectik................................................... 10
2.1.5Tahap-TahapModel Synectik.................................................................... 11
2.1.6 Aktivitas Metaforis ................................................................................. 16
2.1.7 Sistem Pada Model Synectik................................................................... 19
2.1.8 Penerapan Model Synectik...................................................................... 20
2.1.9Kelebihan dan Kekurangan model synectik............................................. 22
2.2. Kajian Kritis................................................................................................. 23
2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.......................................................... 24

BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 26
3.2 Saran ............................................................................................................... 27

Daftar pustaka .................................................................................................... 28



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar.Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa peserta didik atau tanpa kegiatan belajar formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang peserta didik lakukan di dalam kelas.Apa yang dilakukan pendidik agar proses pembelajaran berjalan lancar, bermoral dan membuat peserta didik merasa nyaman merupakan bagian dari aktivitas mengajar, juga secara khusus mencoba dan berusaha untuk mengimplementasikan kurikulum dalam kelas.
 Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan formal dilakukan secara terstruktur, dengan cara tersebut diharapkan dapat menciptakan sumber daya manusia yang menyentuh seluruh aspek dan sektor kehidupan. Kualitas pembelajaran perluditingkatkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.Kini perhatian khusus banyak diarahkan kepada perkembangan dan kemajuan pendidikan guna meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan terutama dalam pembelajaran IPA. Salah satunya adalah dengan cara penerapan strategi dan model pembelajaran yang efektif di kelas dan lebih memberdayakan potensi siswa.
Agar pembelajaran lebih menarik, dapat diterapkannya model sinektik. Pembelajaran dengan model sinektik merupakan pembelajaran yang terbaru dibanding dengan model yang lain. Pembelajaran ini menekankan kreativitas siswa dalam beragumen, penghayatan, dan penilaian.Tujuannya adalah untuk membangkitkan interaksi personal baik secara individu maupun kelompok melalui diskusi.Dalam hal ini aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa.
Strategi ini dapat membuat siswa mempunyai kepercayaan diri bahwa ia mampu belajar, menilai, mengkhayati dan menghargai pendapat orang lain. Dengan strategi ini, pembelajaran akan lebih menyenangkan dan menarik karna siswa merasa dihargai. Dipilihnya metode pembelajaran sinektik karena metode ini telah membuktikan keaktifan dan kreativitas anak dalam meningkatkan motivasi belajar.

1.2  Tujuan
a.       Dapat mengetahui pengertian model synectik.
b.      Tahap Kreatif Dan Proses Sinektik.
c.       Dapat mengetahui tujuan model synectik.
d.      Dapat mengetahui prinsip-prinsip reaksi model synectik.
e.       Dapat menjelaskan tahap-tahap model synectik.
f.       Dapat mengetahui aktivitas metaforis model synectik.
g.      Dapat mengetahui sistem-sistem model synectik.
h.      Dapat mengetahui penerapan model synectik.
i.        Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan model synectik.




















BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Model Synectik
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang berupa pola prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teoridan digunakan dalam mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar. Selain itu juga dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi dua arah antara pengajar dan peserta didik. Model sinektik(synectics) merupakan salah satu model pembelajaran yang didesain oleh gordon yang pada dasarnya diarahkan untuk mengembangkan kreativitas siswa. Kreativitas merupakan proses mental yang melibatkan pemunculan gagasan atau konsep baru, atau hubungan baru antara gagasan dan konsep yang sudah ada(Mutmainah,2016:70).
According Wake (2000: 270) Synectic is an approach to promoting creativity that is compatible with design paradigms. The term synectics comes from the Greek term synectikos. Meaning the joining together of different and apparently irrelevant elements into a unifield whole. Synectics emerged in in the 1960s, with the publication of William J. J. Gordon’s book synectics. The method combines group interaction rules with a creative process centered around the use of metaphor and drawing analogies from diverse disciplines.
Menurut  Wake (2000: 270) Sinektik adalah pendekatan untuk mempromosikan kreativitas yang kompatibel dengan paradigma desain. Istilah sinektik berasal dari  YunaniSymectikos, yang berarti bergabung bersama unsur-unsur yang berbeda dan tampaknya tidak relavan menjadi satu kesatuan yang utuh. Sinektik muncul pada tahun 1960-an, dengan penerbitan buku Synectics karya William J. J. Gordon. Metode ini menggabungkan aturan interaksi kelompok dengan proses kreatif yang berpusat di sekitar penggunaan metafora dan menggambar analogi dari berbagai disiplin.
According Chandrasekaran (2014: 38) The word “Synectics” is derived from the Greek word synectics, meaning collecting and fitting together of different and apparently irrelevant elements. Synectics theory is applied for integration of individual’s diverse opinion in to a problem-stating and problem – solving matter. It is an operational theory for conscious use of preconscious psychological mechanisms present in man’s creative activity. The scope of developing such a theory is to increase the probability of success in problem–stating and problem – solving situations. This increase depends on awareness of mechanisms which worked through to arrive at solution of fundamental novelty.
               Menurut Chandrasekaran (2014: 38) Kata "Sinektik" berasal dari kata Yunani synectics, yang berarti mengumpulkan dan menyatukan unsur-unsur yang berbeda dan tampaknya tidak relevan. Teori sinektik diterapkan untuk mengintegrasikan pendapat beragam individu ke masalah yang menyatakan masalah dan memecahkan masalah. Ini adalah teori operasional untuk penggunaan sadar mekanisme psikologis sadar hadir dalam aktivitas kreatif manusia. Ruang lingkup pengembangan teori semacam itu adalah untuk meningkatkan probabilitas keberhasilan dalam masalah - menyatakan dan memecahkan masalah situasi. Peningkatan ini tergantung pada kesadaran mekanisme yang berhasil untuk mencapai solusi kebaruan mendasar.
Menurut Abdurrahman dalam Olahairullah (2015: 1) dalam Alia (2016: 354-355), memberikan pengertian Synectic bahwa: “Synectic adalah model pengembangan kreativitas untuk memecahkan masalah dengan melatih individu untuk bekerja sama mengatasi problema sehingga mampu meningkatkan produktivitasnya”. Sementara itu, Sudjana dan Suwariyah mengemukakan pengertian Synectic, bahwa “Synectic adalah suatu pendekatan untuk mengembangkan kreativitas siswa, termasuk kreativitas dalam mengarang (creative writing)”.
According Karimah (2016: 95) Synectics model is a teaching model oriented to individual self-development which focuses heavily on individual psychology and creativity development (Hardini, 2014). This model was first designed in the industrial sector by Gordon for the purposes of meeting the demands of individual activities in their groups to solve problems and to improve products (Joyce & Weil, 1992: 236). After the success in the industrial sector, the model is implemented in the school sector with similar objectives: to increase the student’s creativity to the expected level where it can help them to solve problems creatively.
Menurut Karimah (2016: 95) Model sinektik adalah model pengajaran yang berorientasi pada pengembangan diri individu yang sangat berfokus pada pengembangan psikologi dan kreativitas individu (Hardini, 2014). Model ini pertama kali dirancang di sektor industri oleh Gordon untuk keperluan memenuhi tuntutan aktivitas individu dalam kelompok mereka untuk memecahkan masalah dan untuk meningkatkan produk (Joyce & Weil, 1992: 236). Setelah sukses di sektor industri, model ini diterapkan di sektor sekolah dengan tujuan serupa: untuk meningkatkan kreativitas siswa ke tingkat yang diharapkan di mana ia dapat membantu mereka memecahkan masalah secara kreatif.
According Kaur (2016: 3602) "Synectics" is a teaching model, developed by William J.J. Gordon, to “Enhance Creative Thought". Synectics is an instructional model designed to make students more creative and help them see old ideas in new ways by using Making the familiar strange (MFS)   and Making the Strange Familiar (MSF) approaches. This model of teaching gives more emphasis on metaphors and analogies for developing the creativity of the learners .Gordon has described three types of metaphors such as direct analogy, personal analogy, and compressed conflict.
Menurut Kaur (2016: 3602) "Synectics" adalah model pengajaran, yang dikembangkan oleh William J.J. Gordon, untuk “Meningkatkan Pemikiran Kreatif.” Sinektik adalah model instruksional yang dirancang untuk membuat siswa lebih kreatif dan membantu mereka melihat ide-ide lama dengan cara-cara baru dengan menggunakan Making the familiar strange (MFS) dan Making the Strange Familiar (MSF) approaches. Pengajaran memberikan penekanan lebih pada metafora dan analogi untuk mengembangkan kreativitas para peserta didik. Gordon telah menggambarkan tiga jenis metafora seperti analogi langsung, analogi pribadi, dan konflik terkompresi.
Menurut Dahlan (1990) dalam Agustin (2017: 743) mengatakan bahwa model sinektik adalah model pembelajaran yang menumbuhkan kreativitas siswa melalui analogi-analogi seperti analogi personal (membayangkan menjadi objek yang dibandingkan) analogi langsung (membedakan dua objek atau konsep sederhana) dan konflik padat (memberikan pertentangan pada objek).Sehingga, dapat disimpulkan bahwa model sinektik dapat mengembangkan kemampuan kreativitas siswa dan model ini dapat diterapkan secara individu mau pun kelompok.
According Khan (2018: 189) This model provides   learners   an   opportunity   to   think   and   find   new   ways   off understanding problems, concepts or ideas. And it also enables teachers to find  and  apply  new  ways  of  thinking  about  students,  their  learning,  their motivation,  nature  of  punishment and  nature  of  problems  that  learners  often face (Dastjerdi, 2001; Shabani, 2011) [as stated in Abed, et al. 2015].  As a result, the habit of deep thinking develops (Walker, 2009). Abstract concepts are always difficult for the students particularly for the  novice.  It is  because  they  are  unable  to  comprehend  ambiguous, intangible  attributes  of  the  concept.  Synectics  Model  while  using  of analogies concretizes such attributes of the concept. The students taught using  this  model  become  able  to  generate  prototype  substitute  for  the concept  (Newby  &  Stepich,  1987).
Menurut Khan (2018: 189) Model ini memberikan siswa kesempatan untuk berpikir dan menemukan cara-cara baru untuk memahami masalah, konsep atau ide. Dan itu juga memungkinkan guru untuk menemukan dan menerapkan cara berpikir baru tentang siswa, pembelajaran mereka, motivasi mereka, sifat hukuman dan sifat masalah yang sering dihadapi siswa (Dastjerdi, 2001; Shabani, 2011) [sebagaimana dinyatakan dalam Abed, dkk. . 2015]. Akibatnya, kebiasaan berpikir mendalam berkembang (Walker, 2009). Konsep abstrak selalu sulit bagi siswa khususnya untuk pemula. Itu karena mereka tidak mampu memahami atribut-atribut konsep yang tidak jelas dan tidak berwujud. Model Synectics saat menggunakan analogi mengkonkretkan atribut konsep tersebut. Para siswa yang diajarkan menggunakan model ini menjadi mampu menghasilkan prototipe pengganti konsep (Newby & Stepich, 1987).
Dalam sinektik, kita akan memperhatikan model inovatif yang secara tak terduga menggunakan cara-cara otak kiri kesempatan rasional untuk menghasilkan gaya berfikir otak kanan. Siswa-siswa belajar untuk memikirkan tentang proses pemecahan masalah mereka dan mendapatkan otak ukuran kontrol metakognitif tentang bagaimana mereka memecahkan masalah seperti memahami bagaimana untuk memulai sebuah esai, mendekati konflik, atau mengatasi kebingungan. Selain itu, sinektik bersifat menyenangkan dan membangun empati, termasuk perasaan kehangatan dalam kelompok didalam dan diluar sekolah. ( Joyce, 2016:243-244).
Menurut Arif (2016: 30) Sinektik adalah suatu aktivitas kelompok yang mencoba membangun, mengkomunikasikan dan mengembangakan gagasan untuk memberikan solusi kreatif terhadap permasalahan rancangan. Pada pelaksanaan sinektik tidak diperkenankan adanya kritik dan dihasilkan satu solusi tunggal. Ciri utama dari sinektik adalah membangkitkan analogi, yang terdiri dari: a) Anologi langsung, b) Anologi personal, c) Analogi Simbolik, d) Analogi fantasi.
2.1.2 Tahap Kreatif Dan Proses Sinektik
Menurut Djudin (2013: 182) Model mengajar Synectics dikembangkan oleh William Gordon (1961).Model ini didasarkan pada 4 (empat) pemikiran/gagasan yang bertentangan dengan pendangan konvensional tentang kreativitas.Pertama, kreativitas berperan penting dalam kehidupan sehari-hari.Model ini dirancang untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, pengungkapan gagasan kreatif, empati, pemahaman dalam hubungan social.Makna suatu gagasan dapat ditingkatkan melalui aktivitas kreatif.Kedua, proses kreatif bukanlah suatu hal yang misterius. Proses kreatif dapat dideskripsikan dan dilatihkan kepada orang lain secara langsung untuk meningkatkan kreativitasnya. Gordon berasumsi bahwa jika individu memahami dasar-dasar proses kreatif, mereka dapat memahami pemahaman itu untuk meningkatkan kreativitas secara bebas dalam kehidupan dan pekerjaannya. Kreativitas dapat ditingkatkan melalui analisis sadar yang mengarahkannya untuk mendeskripsikan dan menciptakan prosedur pelatihan yang dapat diterapkan di sekolah dan pada setting yang lain.
Ketiga, penemuan kreativitas sama untuk semua bidang (tidak hanya pada seni) dan dicirikan oleh kesamaan proses intelektual yang mendasarinya. Keempat, Invensi/penemuan (berpikir kreatif) baik secara perorangan maupun berkelompok memiliki kesamaan. Individu dan kelompok menghasilkan gagasan dalam cara/pola yang hampr sama. Kreativitias bukanlah semata-mata pengalaman pribadi, tetapi dapat disumbangkan (be shared) orang lain.
Menurut Joyce (2016: )Satu gagasan yang menarik adalah dengan membawa proses kreatif kepada kesadaran dan dengan mengembangkan bantuan nyata untuk kreativitas, kita dapat langsung meningkatkan kemampuan kreatif, individu dan kelompok. Gagasan yang lain adalah bahwa komponen emosional lebih penting dari pada komponen intelektual, komponen irasional lebih penting dari rasional.”(Gordon,1961:6). Kreativitas adalah perkembangan pola mental baru. Saling pengaruh yang tidak rasional meninggalkan ruang bagi pemikiran tanpa akhir yang terbuka (open ended) yang dapat mengarah ketahapan mental dimana gagasan-gagasan baru dimungkinkan. Namun, dasar keputusan selalu bersifat rasional.
Tahap analogistik adalah lingkungan mental terbaik untuk mengeksplorasi dan memperluas gagasan, tetapi bukan merupakan tahapan pengambilan keputusan. Gordon tidak meremehkan kecerdasan linier:ia berasumsi bahwa logika digunakan dalam pengambilan keputusan dan bahwa kompetensi teknis diperlukan untuk pembentukan gagasan-gagasan dalam banyak bidang. Tetapi ia percaya bahwa kreativitas pada intinya adalah proses yang emosional, proses yang memerlukan elemen-elemen irasionalitas dan emosi untuk memperkuat proses intelektual.
2.1.3 Tujuan Model Synectik
Menurut Mulia (2013: 16–18) dalam Agustin (2017: 743) terdapat enam manfaat dalam model sinektik di antaranya, pengembangan kreasi menulis, menjelajahi masalah-masalah sosial, problem solving, pengembangan kreasi rencana atau produk, memperluas perspektif tentang suatu konsep, dan sinektik dalam kurikulum.
According Constantina (2011: 21) This method encourages the appearance of ideas, the  modification of some of them and their combination “as a result of the permitted analogy” the combination among the elements.  The purpose of this method is the full freedom of expression of its participants, the development of initiatives for expressing original ideas, for associating them and for bringing together “elements that apparently have no connection between them”. The teacher has the  role to encourage the pupils/students to think in a nonconformist manner (while trying to find  solutions), and to make use of digression. The evaluation of the result obtained will take into account the “following indicators: ideas emitted during the stage of the synectic itinerary, classification of the solutions proposed, experimentation and application of the summative  model” By means of synectics, the unknown becomes known, the incubation stage is covered, the “emergence of new ideas is favored” (concerning the proposed problem), the accent falls on  psychological  conditions,  on  unreal,  euphoric  feelings  that in  their  turn  trigger  the appearance of new solutions.
Menurut Constantina (2011: 21)  Metodeinimendorongmunculnya ide-ide, modifikasi dari beberapa dari mereka dan kombinasi mereka "sebagai hasil dari analogi yang diizinkan" kombinasi di antara unsur-unsur.Tujuan metode ini adalah kebebasan penuh ekspresi para pesertanya, parapengembangan inisiatif untuk mengekspresikan ide orisinal, untuk menghubungkan mereka dan untuk menyatukan “elemen yang tampaknya tidak memiliki hubungan di antara mereka”. Guru memiliki peran untuk mendorong siswa / siswa untuk berpikir dengan cara yang tidak sesuai (ketika mencoba mencari solusi), dan memanfaatkan penyimpangan. Evaluasi hasil yang diperoleh akanmempertimbangkan “indikator berikut: ide yang dipancarkan selama tahap perjalanan sinektik,klasifikasi solusi yang diusulkan, eksperimen dan penerapan model sumatif ”Dengan cara sinektik, yang tidak diketahui menjadi dikenal, tahap inkubasi ditutupi, "munculnya ide-ide baru yang disukai" (mengenai masalah yang diusulkan), aksen jatuh pada kondisi psikologis, pada perasaan euforia yang nyata, yang pada gilirannya memicu munculnya solusi baru.
Menurut Gordon (Dahlan: 1984:87, Bruce Joyce, dkk.: 2009) dalam Karwati (2012: 50), model ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, ekspresi kreatif, empati, dalam hubungan sosial.Penekanan pada ide-ide yang bermakna dapat meningkatkan aktivitas kreatif melalui bantuan daya pikir yang lebih kaya. Proses kreatif dapat dimanfaatkan untuk melatih individu guna meningkatkan kreatifitas peserta didik.
2.1.4 Prinsip-Prinsip Reaksi Model Synectik
Menurut Joyce (2016: 265) Para guru mencatat seberapa jauh siswa terlihat terikat dengan pola berpikir yang teratur, dan para guru berusaha untuk memengaruhi tahapan psikologis yang mungkin menghasilkan respons kreatif. Selain itu, para guru sendiri harus menggunakan ketidakrasionalan untuk mendorong siswa yang malas agar dengan sendirinya menikmati ketidak-keterkaitan, fantasi, simbolisme, dan perlengkapan lain yang diperlukan untuk memecahkan seperangkat alur berpikir. Karena guru sebagai model mungkin penting untuk metode, guru harus belajar menerima sesuatu yang aneh dan tidak biasa. Guru harus menerima semua respons siswa untuk memastikan bahwa siswa tidak menerima penilaian eksternal tentang ungkapan kreatif mereka. Semakin sulit masalah atau kelihatannya semakin sulit, maka semakin perlu bagi guru untuk menerima analogi-analogi yang terlalu jauh sehingga siswa mengembangkan perspektif yang segar.

Para guru sebaiknya menjaga agar tidak melakukan analisis yang terlalu dini.Mereka juga mengklarifikasi dan merangkum kemajuan kegiatan pembelajaran, sehingga menghasilakan perilaku memecahkan masalah dari siswa.Para guru perlu mengingat, dikebanyakan sekolah, ada kebergea-gesaan untuk menutup perdebatan.Pada semua model yang telah kita bahas sejauh ini, kajian serta analisisyang hati-hati dan menghasilakan pembelajaran yang lebiih baik.
2.1.5 Tahap-Tahap Model Synectik
Menurut Joyce (2016: 262-263) Sebetulnya ada dua strategi atau model pengajaran yang didasarkan pada prosedur sinektik.Salah satu diantaranya, menciptakan sesuatu yang baru, dirancang untuk membuat hal yang asing menjadi familier, untuk membantu siswa melihat masalah-masalah, gagasan, atau produk-produk lama dalam cahaya baru yang lebih kreatif. Strategi lain, membuat yang asing/aneh menjadi familier, dirancang untuk membuat gagasan baru yang tidak familier menjadi lebih bermakna. Meskipun kedua strategi menggunakan tiga jenis analogi, tujuannya, sintaks, dan prinsip-prinsip reaksinya berbeda, kita mengacu pada penciptaan sesuatu yang baru sebagai strategi satu dan  membuat yang asing/aneh menjadi familier sebagai strategi dua.
            Strategi satu membantu siswa melihat hal-hal yang familier dengan cara yang tidak familier dengan menggunakan analogi-analogi untuk menciptakan jarak konseptual. Kecuali untuk tahap akhir, dimana siswa kembali ke masalah asli, mereka tidak membuat perbandingan sederhana. Tujuan strategi ini mungkin untuk mengembangkan pemahaman baru; untuk berempati showoff (sifat pamer) atau bully; untuk merancang pintu utama atau kota; untuk memecahkan masalah sosialatau masalah antar personal, seperti pememogokan yang tidak perlu, atau dua siswa yang berkelahi; ata memecahkan masalah pribadi, seperti bagaimana berkonsentrasi dengan lebih baik ketika membaca. Proses sinektik tidak boleh tergesa-gesa. Peran penting guru adalah untuk menjaga terhadap analisis yang prematur dan penutupan.
            Strategi dua, membuat yang aneh/asing menjadi familier, berusaha untuk meningkatkan pemahaman siswa dan internalisasi bahan baru atau bahan yang sulit secara substansial.Dalam strategi ini, metafora digunakan untuk menganalisis, bukan untuk menciptakan jarak konseptual seperti pada strategi satu.Sebagai contoh, guru dapan menyajikan konsep budaya kepda siswa-siswanya.Dengan menggunakan analogi linier (seperti kompor atau rumah), siswa-siswa mulai mendefinisikan karakteristik yang ada dan karakteristik-karakteristik yang kekurangan konsep. Strategi bersifat analitis dan konfergen : siswa-siswa terus-menerus bergantia antara mendefinisikankarakteristik subjek yang lebih familier dan membandingkannya dengan karakteristik topik yang tidak familier.
            Dalam fase satu dari strategi ini, menerangkan topik baru, siswa-siswa diberi informasi.Dalam fase dua, guru atau siswa menunjukkan analogi langsung. Fase tiga melibatkan “ menjadi familier” (mewujudkan analogi langsung). Dalam fase empat, siswa-siswa mengindentifikasi dan menerangkan poin-poin kesamaan analogi materi substantif. Dalem fase lima, siswa-siswa menerangkan perbedaan antara analogi-analogi. Sebagai ukuran aukuisis informasi baru, siswa menganalisis analogi-analoginya sendiri yang familier dalam fase enam dan tujuh.
            Dalam strategi satu, siswa-siswa mengerjakan serangkaian analogi tanpa batasan logis; jarak konseptual ditingkatkan, dan imajinasi bebas untuk berkelana.Pada strategi dua, siswa berusaha untuk menghubungkan dua gagasan dan mengidentifikasi hubungan itu ketika mereka mengerjakan analogi.Strategi yang dipilih guru tergantung pada apakah guru berushan membantu siswa-siswa menciptakan segala sesuatu yang baru atau untuk mengeksplorasi sesuatu yang tidak familier.
Menurut Aunurrahman (2013: 163) Penerapan model sinektik di dalam proses pembelajaran dilakukuan melalui enam tahap;
1.      Guru menugaskan siswa untuk mendeskripsikan situasi yang ada sekarang,
2.      Siswa mengembangkan berbagai anaogi, kemudian memilih satu diantara analogi tersebut kemudian mendeskripsikan dan menjelaskannya secara mendalam,
3.      Siswa menjadi bagian dari analogi dari yang dipilihnya pada tahap sebelumnya,
4.      Siswa mengembangkan pemikiran dalam bentuk deskripsi-deskripsi dari yang dihasilkannya pada tahap dua dan tiga, kemudian menemukan pertentangan-pertentangan,
5.      Siswa menyimpulkan dan menentukan anologi-analogi tidak langsung lainnya,
6.      Guru mengarahkan agar siswa kembali pada tugas dan masalah semula dengan menggunakan analogi-analogi terakhir atau dengan menggunakan seluruh pengalaman sinektik.
Menurut Yulhendri(2016:29)Strategi yang kedua dirancang untuk membuat sesuatu gagasan yang baru dan tidak familier  menjadi lebih bermakna, adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: pertama, guru menyediakan  informasi tentang topik baru. Kedua, guru memberikan analogi langsung dan meminta siswa  menggambarkannya. Ketiga, guru meminta siswa untuk menjadi analogi langsung. Keempat,  guru menyuruh siswa untuk mengidentifikasi  dan menjelaskan poin-poin kesamaan antara materi baru dengan analogi langsung. Kelima, siswa diminta untuk menjelaskan dimana saja letak analogi yang tidak  sesuai. Keenam, siswa kembali mengeksplorasi topik yang asli.Ketujuh, siswa diminta untuk membuat analogi langsung dan mengeksplorasi persamaan dan perbedaannya.
            Dalam model pembelajaran ini tugas seorang guru adalah mendorong keterbukaan siswa, ketidakrasionalan siswa dalam mempermudah imajinasi, membantu siswa untuk berekspresi untuk lebih kreatif, memperagakan analogi, menerima seluruh respons siswa dan memilih analogi-analogi yang membantu siswa untuk memperpanjang pemikiran mereka.
According Joyce (2003: 416) Commonly synectics is used to generate fresh perspectives on a topic or problem either for clarification or to permit alternative conceptions or solutions to be explored. Thus it generally begins by soliciting from students a product representing their current thinking. They can formulate the problem, speak or write about the topic, enact a problem, draw a representation of a relationship—there are many alternatives. The function of this phase is to enable them to capture their current thoughts about the subject at hand.
Menurut Joyce (2003: 416) Biasanya sinektik digunakan untuk menghasilkan perspektif baru tentang suatu topik atau masalah baik untuk klarifikasi atau untuk memungkinkan konsepsi atau solusi alternatif untuk dieksplorasi. Dengan demikian umumnya dimulai dengan meminta dari siswa suatu produk yang mewakili pemikiran mereka saat ini. Mereka dapat merumuskan masalah, berbicara atau menulis tentang topik, memberlakukan masalah, menggambar representasi hubungan — ada banyak alternatif. Fungsi fase ini adalah memungkinkan mereka menangkap pemikiran mereka saat ini tentang subjek yang ada.
According Tierauf (1987: 23) Essentially, the synectic process involves two steps: (1) making the strange familiar and (2) making the familiar strange. The firs step requires that the problem be understood and that the ramifications be considered. The mind tends to emphasize one’s own experiences and to force strange ideas into an acceptable pattern. Thus, it is necessary to reorient these strange ideas into familiar ones. The second step, making the familiar strange, involves distorting, inverting, and transposing the problem in an attempt to view the problem from an unfamiliar perspective.
Menurut Tierauf (1987: 23) Pada dasarnya, proses sinektik melibatkan dua langkah: (1) membuat familiar yang aneh dan (2) membuat yang aneh familiar. Langkah pertama menuntut agar masalah dipahami dan konsekuensi dipertimbangkan.Pikiran cenderung menekankan pengalamannya sendiri dan memaksakan ide-ide aneh ke dalam pola yang bisa diterima.Dengan demikian, perlu untuk mengorientasi kembali ide-ide aneh ini kedalam yang sudah dikenal.Langkah kedua, membuat yang asing yang akrab, melibatkan distorsi, pembalikkan, dan transposisi masalah dalam upaya untuk melihat masalah dari perspektif yang tidak dikenal.Untuk membantu dalam melihat masalah dari sudut yang berbeda (membuat aneh akrab).
Menurut Sani (2015:119-120) Langkah-langkah model pembelajaran Sinektik, meliputi:
Sintaks: (strategi satu : menciptakan sesuatu yang baru)
Fase 1 : Deskripsi kondisi sekarang
Guru meminta peserta didik mendeskripsikan situasi atau topik yangdilihatnyapada saat ini.
Fase 2  :Analogi langsung
Peserta didik menyarankan analogi langsung, memilih, dan mengeksplorasinya.
Fase 3  : Analogi personal
Peserta didik “menjadi “ analogi yang dipilihnya pada fase 2.
Fase 4  : Penekanan konflik
Peserta didik mengambil deskripsi pada fase 2 dan fase 3, menyarankan beberapa  penekanan konflik.
Fase 5 : Analogi langsung
Mengembangkan dan memilih analogi langsung yang lain berdasarkan penekanan konflik.
Fase 6 : Memeriksa kembalintugas awal
Guru meminta siswa kembali ke tugas atau permasalahan awal dan menggunakan analogi terakhir untuk pengalaman sinektik.
Sintaks : (strategi dua : membuat sesuatu yang asing menjadi  di kenal
Fase 1  : Menyediakan input
Guru menyediakan informasi atau topik baru.

Fase 2  : Analogi langsung
Guru menyarankan analogi langsung dan meminta peserta didik mendeskripsikan analogi.
Fase 3 : Analogi personal
Guru meminta peserta didik “menjadi” analogi langsung .
Fase 4 : Membandingkan analogi
Peserta didik mengidentifikasi dan menjelaskan kesamaan antara bahan yang baru dengan analogi langsung.
Fase 5 : Menjelaskan perbedaan
Peserta didik menjelaskan letak ketidaksesuaian analogi.
Fase 6  : Eksplorasi
Peserta didik mengeksplorasikan kembali topik awal dengan menggunkan bahasanya sendiri
Fase 7 : Mengembangkan analogi
Peserta didik memberikan analogi sendiri dan mengeksplorasi kesamaan serta perbedaannya.
2.1.6 Aktivitas Metaforis
             Menurut Joyce (2016: 256-257) Melalui aktivitas metaforis model sinektik, kreativitas menjadi sebuah proses sadar. Metafora-metafora memantapkan hubungan kesenangan, perbandingan satu objek atau gagasan dengan menggunakan saling penggantian objek atau gagasan. Melalui substitusi ini proses kreatif berlangsung, menghubungkan yang familier dengan yang tidak familier atau menciptakan gagasan baru dari gagasan yangfamilier.
            Strategi sinektik yang menggunakan kegiatan metaforis dirancang, kemudian menyediakan struktur dimana orang dapat membebaskan diri mereka sendiri untuk mengembangkan imajiasi dan wawasan kedalam kegiatan sehari-hari. Tiga jenis analogi digunakan sebagai dasar latihan sinektik: analogi personal, analogi langsung, dan analogi konflik singkat.
·         Analogi Personal
Pembuatan analogi personal mewajibkan siswa untuk berempati dengan gagasan-gagasan atau objek untuk dibandingkan.Siswa-siswa harus merasakan bahwa mereka telah menjadi bagian dari elemen fisik masalah.Identifikasi mungkin dengan seseorang, tanaman, hewan atau benda mati. Sebagai contoh, siswa-siswa dapat diintruksikan ”jadilah sebuah mesin mobil. Seperti apa rasanya? Jelaskan bagaimana rasanya ketika kalian memulainya dipagi hari; ketika baterainya mulai habis; ketika kalian sampai ketanda lalu lintas.”
            Inti dari analogi personal ini adalah keterlibatan empati.Gordon(1961) memberikan contoh situasi masalah dimana pakar kimia secara personal mengidentifikasi molekul yang sedang bereaksi. Gordon mungkin bertanya, “bagaimana saya merasa apabila saya adalah sebuah molekul?” dan kemudian merasa dirinya sendiri sebagai bagian dari “aliran molekul-molekul yang menari-nari.”
            Analogi personal mensyaratkan hilangnya diri ketika diri mengirimkan dirinya sendiri keruang atau objek lain. Semakin besar jarak kenseptual yang diciptakan oleh hilangnya diri, maka semakin memungkinkan analogi bersifat baru dan semakin memungkinkan analogi bersifat baru dan semakin memungkinkan siswa menjadi kreatif  atau inovatif. Gordon mengidentifikasi empat tingkat keterlibatan dalam analogi personal:
1.      Deskirpsi fakta orang pertama. Orang menyebutkan daftar fakta terkenal, tetapi tidak menyajikan cara baru memandang objek atau hewan dan tidak menunjukkan keterlibatan empati. Dalam hal mesin mobil, orang mungkin berkata, “ saya merasa berminyak” atau “ saya merasa gerah.”
2.      Identifikasi emosi orang pertama. Orang menyebutkan emosi umum tetapi tidak menampilkan wawasan-wawasan baru:”saya merasa kuat” (seperti mesin mobil).
3.      Identifikasi empati terhadap benda hidup. Siswa mengidentifikasi subjek analogi secara emosional dan kinestetik: “ketika anda tersenyum seperti itu, saya tersenyum habis-habisan.”
4.      Identifikasi empati terhadap benda mati. Level ini memerlukan paling banyak komitmen. Orang melihat dirinya sendiri sebagai objek inorganik dan berusaha untuk mengeksplorasi masalah dari sudut pandang simpatetik “saya merasa dieksploitasi. Saya tidak dapat menetukan kapan saya mulai dan behenti. Seseorang melakukannya untuk saya” (seperti mesin mobil).
Tujuan memperkenalkan tingkat analogi personal ini bukanlah untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk kegiatan metaforis , tetapi untuk memberikan panduan tentang seberapa bagus jarak konseptual telah di tetapkan. Gordon percaya bahwa kegunaan analogi-analogi berbanding lurus dengan jarak yang diciptakan.Semakin besar jarak, maka semakin mungkin siswa untuk datang dengan gagasan-gagasan baru.
·         Analogi langsung
Analogi langsung adalah perbandingan dua objek atau konsep.Perbandingan tidak harus identik disemua hal. Fungsinya hanya untuk mengubah urutan kondisi topik nyata atau situasi masalah ke situasi lain agar dapat menampilkan pandangan baru tentang gagasan atau masalah. Hal ini melibatkan identifikasi dengan orang, tanaman, hewan atau benda ,mati. Gordon mengutip pengalaman insinyur yang memperhatikan berlubangnya kayu yang dilakukan oleh shipworm (sejenis cacing laut yang melubangi kapal kayu). Ketika cacing memakan kayu untuk membuka jalannya dengan membuat tabung untuk dirinya sendiri dan bergerak maju, insinyur Sir March Isumbard Brunel, mendapatkan gagasan menggunakan peti tempat bahan peledak untuk membuat terowongan bawah air ( Gordon, 1961, hal. 40-41). Contoh lain dari analogi langsung terjadi ketika sebuah kelompok berusaha untuk merancang sebuah kaleng dengan tutup yang dapat digunakan untuk membuka kaleng ketika kaleng sudah terbuka. Dalam contoh ioni, analogi kencang polong pelan-pelan muncul, yang menghasilkan gagasan lipatan kecil/kelim yang ditempatkan jauh di bawah tutup kaleng, sehingga memungkinkan tutup dapat dibuka.
·         Konflik yang dipersingkat
Bentuk metaforis ketiga adalah konflik singkat, umumnya frasa dua kata dimana kata-kata terlihat saling berlawanan. Tiredly aggressive dan  friendly foe adalah dua contohnya. Contoh-contoh Gordon adalah lifesaving destroyer dan nourishing flame. Gordon juga mengutip ungkapan pasteur, safe attack. Konflik yang dipersingkat, menurut Gordon, memberikan wawasan paling luas tentang sebuah subjek baru.Konflik yang dipersingkat tersebut mencerminkan kemampuan siswa untuk menggabungkan dua kerangka referensi menyangkut objek tunggal.Semakin besar jarak antara kerangka referensi, maka semkin besar fleksibilitas mental.
2.1.7 Sistem Pada Model Synectik
a. Sistem Sosial: Kedua Strategi
Menurut Joyce (2016: 264-265) Kedua model atau strategi disusun cukup bagus, dengan guru yang mengawali pengurutan dan memandu penggunaan mekanisme operasional. Guru juga membantu siswa mencerdaskan proses mental mereka. Namun, siswa-siswa memiliki kebebasan dalam pembahasan open-ened ketika mereka turut serta dalam memecahkan masalah metaforis. Norma-norma kerja sama, “memainkan angan-angan,” dan kesetaraan intelektual serta emosional sangat penting untuk memantapkan seting untuk memecahkan masalah secara kreatif. Penghargaan bersifat internal, berasal dari kepuasan dan kebahagiaan siswa terhadap kegiatan pembelajaran.

b. Sistem Pendukung: Kedua Strategi
Menurut Joyce (2016: 265-266) Hampir semua kelompok memerlukan pemberian fasilitas olehseseorang pemimpin yang kompeten dalam prosedur sinektik. Dalam kasus masalah ilmiah, juga diperlukan sebuah laboratorium yang dapat membangun model-model pengajaran dan perlengkapan lain untuk membuat masalah-masalah menjadi konkret dan untuk memungkinkan penemuan praktis berlangsung. Siswa memerlukan ruang kerjanya sendiri dan lingkungan dimana kreativitas akan dihargai dan dimanfaatkan. Ruang kelas khusus mungkin dapat menyediakan kebutuhan-kebutuhan ini, tetapi sebuah kelompok sebesar ruang kelas mungkin menjadi terlalu besar untuk banyak kegiatan sinektik, dan kelompok yang lebih kecil perlu untuk diciptakan.
2.1.8 Penerapan Model Sinektik
a. Menggunakan Sinektik dalam Kurikulum
            Prosedur sinektik dapat digunakan untuk siswa-siswa di semua bidang kurikulum.Prosedur sinektik dapat diterapkan kepada diskusi guru-siswa di ruang kelas dan materi-materi yang dibuat guru untuk para siswa.Produk atau sarana kegiatan sinektik tidak perludituliskan, produk atau sarana dapat berupa lisan, atau dapat mengambil bentuk role play, gambar atau grafik, atau hanya perubahan pada perilaku.Ketika menggunakan sinektik untuk memperhatikan masalah-masalah social atau masalah perilaku.Anda dapat berharap untuk memperhatikan perilaku situsional sebelum dan sesudah kegiatan sinektik dan mengamati perubahannya.Juga menarik untuk menyeleksi gaya-gaya pengungkapan yang berlawanan dengan topik aslinya, seperti meminta siswa untuk mengambar bertema prasangka atau diskriminasi. Konsepnya abstrak, tetapi gaya pengungkapannya konkret.
b. Menulis Kreatif
            Strategi satu dari model sinektik dapat langsung diterapkan ke menulis kreatif, bukan hanya karena ia merangsang penggunaan anologi-anologi tetapi kerana ia membantu “memecahkan perangkat (break self)” ketika penulis berusaha untuk memperluas jangkauan perlengkapan yang dapat mereka gunakan untuk mendekati tugas-tugas ekspresif dalam genre yang bersifat menjelaskan (expository), persuasive, dan naratif.
c. Mengeksplorasi Masalah Sosial
            Strategi satu memberikan alternatif untuk mengeksplorasi isu-isu sosial, khususnya isu-isu dimana para siswa diberi definisi dan solusi.Metafora menciptakan jarak, sehingga konfrontasi tidak mengancam pembelajar, dan diskursi serta pengujian diri dimungkinkan.Fase anologi personal sangat penting untuk mengembangakan wawasan.
d. Memecahkan Masalah
            Tujuan strategi dua adalah untuk memecahkan perangkat (break set) dan mengkonseptualisasi mesalah dengan cara baru agar dapat menyarankan pendekatan segar daalam kehidupan pribadi serta di ruang kelas. Hubungan social di dalam kelas, resolusi konflik, bagaimana untuk mengatasi kegelisahan akan pelajaran matematika, bagaimana agar merasa lebih baik ketika mengenakan kacamata, bagaimana menghentikan kebiasaan menggoda orang – daftar tersebut tidak pernah berakhir.
e. Menciptakan Desain atau Produk
            Sinektik juga dapat digunakan untuk menciptakan produk atau desain.Produk adalah sesuatu yang berwujud, seperti lukisan, bangunan, atau rak buku, sedangkan desain adalah sebuah rancangan, seperti gagasan untuk pesta atau alat transportasi baru.Sebetulnya, desain atau rencana menjadi nyata, tetapi untuk tujuan model ini mereka tetap berada sebagai sketsa atau garis besar.
f. Memperluas Perspektif Konsep Kita
            Gagasan abstrak seperti budaya, prasangka, dan ekonomi sulit untuk diinternalisasikan karena tidak dapat melihat dengan cara yang sama seperti kita dapat melihat meja atau bangunan, tetapi kita sering menggunakannya dalam bahasa kita. Sinektik adalah cara terbaik untuk membuat gagasan yang “aneh/asing” menjadi familier dan dengan demikian memperoleh perspektif lain tentang hal ini.
            Kita telah mengetahui bahwa sinektik dapat digunakan untuk semua usia, meskipun untuk anak-anak yang masih sangat kecil cara yang paling baik adalah dengan memberikannya bersamaan dengan latihan pemanasan (stretching exercise). Di luar itu semua, penyesuaian sama seperti untuk pendekatan pengajaran lainnya-kepedulian untuk bekerja dalam pengalaman mereka, banyak menggunakan bahan-bahan yang konkret, penuh perhatian, dan penjelasan prosedur yang baik.
            Sinektik mudah dikombinasikan dengan model-model pengajaran lain. Sinektik dapat melonggarkan konsep-konsep yang sedang dieksplorasi dengan kelompok pemrosesan informasi; membuka dimensi masalah social yang dieksplorasi melalui permainan peran (role playing), penyelidikan kelompok, atau pemikiran yurisprudens, dan memperluas kekayaan masalah dan perasaan terbuka oleh model pengajaran lain dalam kelompok personal.
            Penggunaan sinektik yang paling efektif berkembang setiap saat.Ia memiliki hasil jangka pendek dalam melonggarkan pandangan konsep dan masalah, tetapi ketika siswa-siswa berulang kali mengalaminya, mereka dapat belajar bagaimana menggunakannya dengan keterampilan yang semakin meningkat-dan mereka belajar untuk memasuki gaya metafora dengan semakin mudah dan lengkap.
2.1.9 Kelebihan dan Kelemahan Model Synectik
               Menurut Nugraha (2017: 127-128) Model Sinektik mempunyai beberapa kelebihan antara lain.
1.      Strategi ini bermanfaat untuk mengembangkan pengertian baru padadiri siswa tentang sesuatu masalah sehingga dia sadar bagaimana bertingkah laku dalam situasi tertentu.
2.      Strategi ini bermanfaat karena dapat mengembangkan kejelasan pengertian dan internalisasi pada diri siswa tentang materi baru.
3.      Strategi ini dapat mengembangkan berpikir kreatif, baik pada diri siswa maupun pada guru.
4.      Strategi dilaksanakan dalam suasana kebebasan intelektual dan kesamaan martabat antar siswa.
5.      Strategi ini membantu siswa menemukan cara berpikir baru dalam memecahkan suatu masalah.    
            Selain kelebihan-kelebihan yang telah dijelaskan diatas, strategi sinektik juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain.
1.      Strategi ini sulit dilaksanakan bagi guru dan siswa sudah biasa melaksanakan pada penyampaian informasi, yang terutama tertuju pada pengembangan aspek intelektual.
2.      Karena strategi ini menitik beratkan pada berpikir reflektif dan imajinatif dalam kegiatan yang terjadi dalam situasi tertentu, maka ada kemungkinan siswa kurang menguasai faktafakta dan prosedur melaksanakan sesuatu ketrampilan.
3.      Untuk memecahkan masalah-masalah ilmiah, maka sangat diperlukan lingkungan yang memadai dan laboratorium atau sumber-sumber yang serasi dan memadai, yang mungkin belum terjangkau oleh sekolah-sekolah yang belum maju.
4.      Strategi menuntut agar guru mampu menempatkan diri sebagai pemrakasa dan pembimbing, kemampuan mana belum tentu dimiliki oleh semua guru.
2.2 KAJIAN KRITIS
Menurut kelompok kami Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang berupa pola prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan dalam mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar. Selain itu juga dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi dua arah antara pengajar dan peserta didik.
 Model Synectik adalah sebuah model pembelajaran yang menekankan sisiwa untuk mencari atau menggali informasi sendiri dengan berdasar pada arahan yang diberikan oleh guru, yakni guru tersebut hanya memberikan gambaran atau informasi tentang suatu bahan pelajaran kemudian siswa tersebut mengelolanya sendiri, nanti pada tahap akhir baru guru memberikan bimbingan kembali. Jadi peran guru pada model pembelajaran ini adalah memberikan bimbingan pada tahap awal dan tahap akhir kegiatan.
Model Synectik memiliki beberapa tujuan yaitu untuk memingkatkan kreativitas siswa dalam memecahkan masalah. Peserta didik diajak untuk berpikir kritis, sehingga peserta didik bisa lebih produktivitas.
Langkah-langkah model synectik antara lain :Guru menugaskan siswa untuk mendeskripsikan situasi yang ada sekarang, kemudian Siswa mengembangkan berbagai anaogi, kemudian memilih satu diantara analogi tersebut kemudian mendeskripsikan dan menjelaskannya secara mendalam. Siswa menjadi bagian dari analogi dari yang dipilihnya pada tahap sebelumnya.Siswa mengembangkan pemikiran dalam bentuk deskripsi-deskripsi dari yang dihasilkannya pada tahap dua dan tiga, kemudian menemukan pertentangan-pertentangan.Siswa menyimpulkan dan menentukan anologi-analogi tidak langsung lainnya. Guru mengarahkan agar siswa kembali pada tugas dan masalah semula dengan menggunakan analogi-analogi terakhir atau dengan menggunakan seluruh pengalaman sinektik.
Model Synectik memiliki kelebihan dalam mewujudkan siswa berpikir kritis dan dapat mengembangkan kreativitas mereka. Peserta didik bebas menuangkan segala yang dipikiran mereka dan guru berperan sebagai pembimbing.Selain kelebihannya model ini juga memiliki kekurangan, yaitu siswa dititik beratkan pada berpikir reflektif dan imajinatif dalam kegiatan yang terjadi dalam situasi tertentu, maka ada kemungkinan siswa kurang menguasai fakta-fakta dan prosedur melaksanakan sesuatu ketrampilan.
2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran



































BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang telah dibuat, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.        Model sinektik(synectics) merupakan salah satu model pembelajaran yang didesain oleh gordon yang pada dasarnya diarahkan untuk mengembangkan kreativitas siswa. Kreativitas merupakan proses mental yang melibatkan pemunculan gagasan atau konsep baru, atau hubungan baru antara gagasan dan konsep yang sudah ada serta melatih individu untuk bekerja sama mengatasi problema sehingga mampu meningkatkan produktivitasnya.
2.        Terdapat enam manfaat dalam model sinektik di antaranya, pengembangan kreasi menulis, menjelajahi masalah-masalah sosial, problem solving, pengembangan kreasi rencana atau produk, memperluas perspektif tentang suatu konsep, dan sinektik dalam kurikulum.
3.        langkah-langkahnya model synectik sebagai berikut: pertama, guru menyediakan  informasi tentang topik baru. Kedua, guru memberikan analogi langsung dan meminta siswa  menggambarkannya. Ketiga, guru meminta siswa untuk menjadi analogi langsung. Keempat,  guru menyuruh siswa untuk mengidentifikasi  dan menjelaskan poin-poin kesamaan antara materi baru dengan analogi langsung. Kelima, siswa diminta untuk menjelaskan dimana saja letak analogi yang tidak  sesuai. Keenam, siswa kembali mengeksplorasi topik yang asli. Ketujuh, siswa diminta untuk membuat analogi langsung dan mengeksplorasi persamaan dan perbedaannya.
4.        Model synectik mempunyai kelebihan untuk membantu siswa menemukan cara berpikir baru dalam memecahkan suatu masalah. Selain itu, model synectik juga memiliki kelemahan yaitu sulit dilaksanakan bagi guru dan siswa karena sudah biasa melaksanakan pada penyampaian informasi, yang terutama tertuju pada pengembangan aspek intelektual

3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun sudah berusaha memaparkan dan menjelaskan materi dengan semaksimal mungkin, tapi tidak menutup kemungkinan adanya kekeliruan dalam penyusunannya, dan juga dari segi materi yang dibahas. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan pembaca untuk dapat membantu penyempurnaan makalah selanjutnya. Harapan dari penyusun semoga makalah ini dapat memberi manfaat dalam proses pembelajaran terutama mengenai materi Model Synectik.






















DAFTAR PUSTAKA

Agustin, dkk.2017. Pengaruh Model Pembelajaran Sinektik Terhadap Kreativitas Siswa Pada Materi Menggambar Imajinatif Mengenai Alam Sekitar. Jurnal Pena Ilmiah. Vol. 2. No. 1
Alia, dkk.2016. Efektivitas Perbandingan Model Pembelajaran Synectic Dengan Model Konvensional (Ceramah) Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Jurnal Biotek. Vol. 4. No. 2
Arif, Muhammad. 2016. Bahan Ajar Rancangan Teknik Industri.Yogyakarta: Deepublish
Aunurrahman. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Chandrasekaran. 2014. Effectiveness of Synectics Techniques in Teaching of Zoology at Higher Secondary Level. International Journal of Humanities and Social Science Invention.Volume. 3. Issue 8.E-ISSN : 2319 – 7722, P-ISSN: 2319 – 7714
Constantina, Boghici. 2011. Creativity-Boosting Interactive Methods And Techniques – Key Elements In The Didactic Strategies. Journal of Science and Arts.No. 4(17). E-ISSN 2068-3049
Djudin, Tomo. 2013. Model Pembelajaran Synectics: Suatu Tawaran  Mengembangkan Kreativitas Siswa Melalui Pembelajaran Sains. Jurnal Pendidikan Informatika dan Sains. Vol. 2 No. 2
Joyce, Bruce And Marsha Weil. 2003. Models Of Teaching Fifth Edition. New Delhi: Private Limited
Joyce, dkk. 2016. Models of Teaching (Model-Model Pengajaran). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Karimah, dkk. 2016. Synectics-Simulation Globale Model In Français Du Tourisme Through Multimedia Based On Local Wisdom. Vol. 1.No. 1. E-ISSN: 2527-5100. P-ISSN: 2527-5097
Kaswati, Uus. 2012. Aplikasi Model Pembelajaran Sinektik (Synectic Model).Jurnal Seni dan Budaya Panggung.Vol. 22. No. 2
Kaur, Kiranjit  and Sesadeba Pany. 2016. Creative Teaching:  The Need Of The Hour. Scholarly Research Journal For Humanity Science and English Language. Vol. 3/15. ISSN: 2348-3083
Khan, Aftab Ahmad  and Nasir Mahmood. Effect of Synectics Model of Teaching in Enhancing Students’ Understanding of Abstract Concepts of Mathematics.Pakistan Journal of Distance & Online Learning. Volume: IV. Issue I
Mutmainah, Ummi dan Aquami. 2016. Penerapan Model Sinektik (Synectics) Terhadap Kreativitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas V Di Madrasah Ibtidaiyah Hijriyah II Palembang. Jurnal Ilmiah PGMI. Vol. 2. No. 1
Nugraha, Eggie. 2017. Model Sinektik Berorientasi Berpikir Kreatif Dalam Pembelajaran Menulis Naskah Drama (Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas Viii Smp Pgii 2 Bandung. Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah. Vol. 7.No. 2. E-ISSN: 2549-2594
Sani, Ridwan Abdullah. 2015. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Tierauf, Robert J. 1987. A Problem-Finding Approach To Effective Corporate Planning. United States of America: Qourum Books
Wake, Warren K. 2000.Design Paradigms: a Sourcebook for Creative Visualization. Canada: John Willey & Sons, Inc.
Yulhendri dan Rita Syofyan. 2016. Pendidikan Ekonomi Untuk Sekolah Menengah Perencanaan, Strategi, dan Materi Pembelajaran. Jakarta: Kencana






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makalah Global Warming (Pemanasan Global)

Makalah Global Warming (Pemanasan Global) BAB 1 Pendahuluan A.      Latar Belakang Makalah Dalam beberapa tahun terakhir, isu pe...