Jumat, 07 Desember 2018

MAKALAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR FISIKA “MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) ”


MAKALAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR FISIKA
“MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT)




DOSEN PENGAMPU :
DWI AGUS KURNIAWAN, S.Pd.,M.Pd

DISUSUN OLEH:
 KELOMPOK 7 :

1.        RIZKI INTAN SARI                            (A1C317013)
2.        VEGA RAMADHANI                                      (A1C317019)
3.        DESI ROSANTI                                   (A1C317063)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018


KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum Wr. Wb
Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis ucapkan kehadirat Allah SWT.yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Strategi Belajar Mengajar Fisika. Karena dengan perkenanNyalah batas waktu yang disediakan tidak terlampaui, hingga sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam pelaksanaannya penulis tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dan kemudahan baik berupa saran maupun bentuk bantuan yang lain. Untuk itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkanterimakasih  kepada:
a.            Dosen Pengampu Bapak Dwi Agus Kurniawan S.Pd., M.Pd.
b.           Teman-teman,
c.            Para pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini,dll.

Semoga Allah SWT. berkenan membalas segala kebaikannya. Penulis harap Makalah ini dapat berguna kelak di kemudian hari. Di dalam makalah ini banyak sekali pembahasan tentang “Model Pembelajaran Teams-Games-Tournaments(TGT)”, namun penulis sadar bahwa makalah ini sangat banyak kekurangannya. Oleh sebab itu, kritik dan saran  yang bersifat membangun dan untuk perbaikan makalah inisangat penulis harapkan. Jika ada sesuatu yang kurang berkenan penulis mohon maaf.
Demikian sepatah dua patah dari penulis.Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
                                                              
Jambi, 29 Oktober 2018

Penulis


DAFTAR ISI
                                                                                           
Halaman Judul.........................................................................................................    i
Kata Pengantar........................................................................................................    ii
Daftar Isi...................................................................................................................    iii
Daftar Table.............................................................................................................    iv

BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................    1
1.2 Tujuan..................................................................................................................    2

BAB II Pembahasan
2.1.Kajian Teori.......................................................................................................    3
2.1.1  Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif................................................    3
2.1.2 Pengertian  Model Pembelajaran TGT.........................................................    7
2.1.3 Ciri-ciri Model Pembelajaran TGT...............................................................    10
2.1.4Syarat-syarat Model Pembelajaran TGT.......................................................    12
2.1.5Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran TGT................................    13

2.2.Kajian Kritis.......................................................................................................

BAB III Penutup      
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................
3.2 Saran....................................................................................................................

Daftar pustaka.........................................................................................................




DAFTAR TABEL


Tabel 1 Kriteria Penghargaan Kelompok................................................................       14























BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Pembelajaran merupakan proses interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa agar siswa mendapatkan pengalaman belajar dari kegiatan tersebut. Dalam proses pembelajaran, pemilihan suatu metode sangat menentukan kualitas pembelajaran. Seiring dengan proses peningkatan kualitas pembelajaran. Variasi metode dapat ditunjukkan jika guru menerapkan berbagai model pembelajaran untuk menyampaikan materi, karena di dalam model pembelajaran terdapat beberapa metode yang dapat diterapkan sehingga melibatkan siswa aktif.Salah satu pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa aktif adalah pembelajaran kooperatif.Dalam pembelajaran kooperatif ada beberapa model yang dapat diterapkan, salah satunya adalah model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament).

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang berorientasi pada mahasiswa.Mahasiswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil.Di dalam pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) tidak hanya mempelajari materi saja, namun mahasiswa juga mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif.Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas.Peranan hubungan kerja dapat dibangun melalui komunikasi antar anggota kelompok.Sedangkan peranan tugas dilakukan dengan pembagian tugas antar anggota kelompok selama kegiatan.Kelebihan dalam pembelajaran kooperatif yaitu mahasiswa bisa saling membantu dan berdiskusi bersama-sama dalam menyelesaikan kegiatan belajar (Wijayanti, 2016: 15).

Sedangkan model pembelajaran TGT (team-games-tournaments) inimerupakan salah satu model pembelajarankooperatif.Dalam pembelajaran kooperatiftersebut, siswa diharapkan mampumengkontruksi dan menyusun pengetahuansendiri. Tujuan yang ingin dicapai bukanhanya kemampuan akademik dalampengertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untukpenguasaan materi tersebut. Adanyakerjasama inilah yang menjadi ciri khaspembelajaran kooperatif. Pembelajarankooperatif TGT memungkinkan siswa dapatbelajar lebih rileks di sampingmenumbuhkan tanggung jawab, kerjasama,persaingan sehat, dan keterlibatan belajar (Sari, 2011: 817-818).

Model pembelajaran memungkinkan guru membantu siswa mendapatkan informasi, ide, ketrampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Untuk itu makalah ini disusun untuk membahas model pembelajaran Teams Games Tournament lebih dalam lagi.

1.2         Tujuan
a.       Dapat mengetahui pengertian model pembelajaran kooperatif.
b.      Dapat mengetahui pengertian model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT).
c.       Dapat mengetahui ciri-ciri model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT).
d.      Dapat mengetahui syarat-syarat model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT).
e.       Dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT).





BAB II
PEMBAHASAN
                                                                               
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

According Robbert,et all(1985:6), Cooperative learning methods are structured, systematic instructional  strategies capable of being used at any grade level and in most school subjets. all of the methods involve having the teacher assign the students to four to six member learning groups composed of high, average, and low achieving students, boy and girl, black,anglo, and hispanic students, and mainstreamed academically handicapped students as well as their non handicapped classmates.

            Menurut Robbert,dkk(1985:6), Metode pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang terstruktur dan sistematis yang dapat digunakan di semua tingkatan kelas apa pun dan di sebagian besar tugas sekolah. Semua metode melibatkan guru untuk menugaskan siswa ke empat hingga enam anggota kelompok belajar yang terdiri dari siswa berprestasi tinggi, rata-rata, dan rendah, siswa laki-laki dan perempuan, kulit hitam, anglo, dan Hispanik, dan mengarusutamakan siswa yang cacat secara akademis serta mereka teman sekelas yang tidak cacat.

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang berorientasi pada mahasiswa.Mahasiswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil.Di dalam pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) tidak hanya mempelajari materi saja, namun mahasiswa juga mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif.Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas.Peranan hubungan kerja dapat dibangun melalui komunikasi antar anggota kelompok.Sedangkan peranan tugas dilakukan dengan pembagian tugas antar anggota kelompok selama kegiatan.Kelebihan dalam pembelajaran kooperatif yaitu mahasiswa bisa saling membantu dan berdiskusi bersama-sama dalam menyelesaikan kegiatan belajar (Wijayanti, 2016: 15).

Accourding Johnson & Johnson(2009) in Tran (2014: 131), “Cooperative learning consists of five basic elements: positive interdependence, promotive interaction, individual accountability, teaching of interpersonal and social skills, and quality of group processing. Learning situations are not cooperative if students are arranged into groups without positive interdependence”.

Menurut Johnson & Johnson(2009) dalam Tran (2014: 131 “Pembelajaran kooperatif terdiri dari lima elemen dasar: interdependensi positif, interaksi promotif, akuntabilitas individu, pengajaran keterampilan interpersonal dan sosial, dan kualitas pengolahan kelompok. Situasi belajar tidak kooperatif jika siswa disusun dalam kelompok tanpa interdependensi positif”.

Menurut Rianawati (2014:139) Dalam upaya pencapaian hasil yang maksimal, guru perlu memperhatikan 5 (lima) unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah sebagai berikut :
1. Positive Interdependence (saling ketergantungan positif)
Unsur tersebut menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif terdapat dua pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari dan berusaha memahami bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, memberikan jaminan bahwa semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut. Dengan kata lain tidak membebankan tugas pada anggota tertentu.

2. Personal Responsibility (tanggung jawab perseorangan)
Pertanggung jawaban ini muncul jika penilaian dilakukan terhadap keberhasilan kelompok. Tanggung jawab perseorangan merupakan kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. Artinya, setelah mengikuti kelompok belajar bersama, seluruh anggota harus dapat menyelesaikan tugas yang sama.

3. Face to face promotive interaction (interaksi promotif)
Unsur ini penting karena dapat menghasilakan saling ketergantungan positif. Ciri-ciri ingeraksi promotif adalah adanya proses saling membantu secara efektif dan efisien, saling menyampaikan informasi dan sarana yang dibutuhkan, memproses informasi secara bersama lebih efektif dan efisien, saling mengingatkan, saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi., saling percaya dan saling mendukung untuk memperoleh keberhasilan bersama.

4. Interpersonal skill (komunikasi antaranggota)
Untuk mengkoordinasikan kegiatan siswa dalam pencapaian tujuan, siswa dituntut untuk saling mengenal dan mempercayai,, mampu berkomunikasi sacar akurat dan tidak mementingkan diri sendiri, saling menerima dan salimg mendukung, serta mampu menyelesaikan perbedaan pendapat secara konstreuktif.

5. Group processing (pemrosesan kelompok)
Pemrosesan yang dimaksud dalam kajian ini mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok guru dapat mengidentifikasi mulai dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Siswa mana yang dari anggota kelompok sangat membantu dan siswa mana yang tidak membantu. Tujuan pemrosesan kelompokm ialah untuk meningkatkan efektivitas tiap anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratof untuk mencapai tujuan kelompok. Ada dua tingkat pemrosesan yaitu kelompok kecil dan kelas secara keseluruhan.

Menurut Gora (2010: 59-60), Pembelajaran yang bernaung dalam teori kontruktivis adalah kooperatif. Pembelajaran kooperatif menjadi salah satu pembaruan dalam dupergerakan reformasi pendidikan. Pembelajara kooperatif meliputi banyak jenis bentuk pengajaran dan pembelajaran yang merupakan perbaikan tipe pembelajaran tradisional. Pembelajaran kooperatif dilaksanakan dalam kumpulan kecil supaya anak didik dapat bekerja sama untuk mempelajari kandungan pelajaran dengan berbagai kemahiran sosial. Pendekatan pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa ciri antara lain :
1. Keterampilan sosial
            Artinya keterampilam untuk menjalin hubungan antarpribadi dalam kelompok untuk mencapai dan menguasai konsep yang diberikan guru.

2. Interaksi tatap muka
            Setiap individu akan berinteraksi secara bersemuka dalam kelompok. Interaksi yang serentak berlangsung dalam setiap kelompok melalui pembicaraan setiap individu yang turut serta mengambil bagian.

3. Pelajar harus saling bergantung positif
            Artinya setiap siswa harus melaksanakan tugas masing-masing yang diberikan untuk menyelasaikan tugas dalam kelompok itu. Setiap siswa mempunyai peluang yang sama untuk mengambil bagian dalam kelompok. Siswa yang mempunyai kelebihan harus membantu temannya dalam kelompok itu untuk tercapainya tugas yang diberikan kepada kelompok tu. Setiap anggota kelompok harus saling berhubungan, saling memenuhi dan bantu-membantu.

            Menurut Darmadi (2017:364) Tujuan akhir yang ingin dikembangkan dari pembelajaran kooperatif adalah mengoptimalkan kompetensi individu menjadi kompetensi kelompok dalam mencapai tujuan pembelajaran bersama, hal ini memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar, sebagai fondasi yang baik untuk meningkatkan prestasi siswa. Adapun kelebihan model pembelajaran kooperatif adalah :
a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan konsep sendiri dan cara memecahkan masalah.
b. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menciptakan kreatifitas dalam melakukan komunikasi dengan teman sekelompoknya.
c.  Membiasakan siswa untuk bersikap terbuka namun tegas.

                 Accourding Slavin(2010) in Gull (2015: 247-248), There are dozens of strategies that can be used by the teachers under umbrella of cooperative learning process, some of them have gained more popularity than others, including; Student Teach Achievement Division (STAD), Jigsaw II and Teams-Games-Tournaments (TGT). Essence of all cooperative learning activities is that in each case the students are divided in heterogeneous groups based on their learning capability, where they support each other for learning.

               Menurut Slavin(2010) dalam Gull (2015: 247-248), Ada puluhan strategi yang dapat digunakan oleh para guru di bawah payung proses pembelajaran kooperatif, beberapa di antaranya telah mendapatkan popularitas lebih dari yang lain, termasuk; Student Teach Achievement Division (STAD), Jigsaw II dan Teams-Games-Tournaments (TGT). Inti dari semua kegiatan pembelajaran kooperatif adalah bahwa dalam setiap kasus siswa dibagi dalam kelompok heterogen berdasarkan kemampuan belajar mereka, di mana mereka saling mendukung untuk belajar.

2.1.2  Pengertian Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

Teams Games Tournament (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards, merupakan model pembelajaran pertama dari Johns Hopkins. Dalam model ini, siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat sampai lima orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, kemudian siswa dibagi dalam tim, selanjutnya diadakan turnamen, dimana siswa memainkan game akademik. TGT menambahkan dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan (Yulhendri, 2016: 59).

“Menurut Musyafa (2015: 372), Model pembelajaran TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.”

Menurut Purnamawati, dkk (2014: 101), TGT adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru mengenalkan materi pelajaran dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan permainan akademik.

TGT (team-games-tournaments) inimerupakan salah satu model pembelajarankooperatif.Dalam pembelajaran kooperatiftersebut, siswa diharapkan mampumengkontruksi dan menyusun pengetahuansendiri. Tujuan yang ingin dicapai bukanhanya kemampuan akademik dalampengertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untukpenguasaan materi tersebut. Adanyakerjasama inilah yang menjadi ciri khaspembelajaran kooperatif. Pembelajarankooperatif TGT memungkinkan siswa dapatbelajar lebih rileks di sampingmenumbuhkan tanggung jawab, kerjasama,persaingan sehat, dan keterlibatan belajar (Sari, 2011: 817-818).

Accourding Nopita (2017: 18), Cooperative learning TGT model is one type or model of cooperative learning that is easy to apply, involving the activities of all students seems to have no status difference, involving the role of students as peer tutors and contain elements of game and reinforcement. The meaning of reinforcement is any form of verbal or non-verbal response, which is part of the teacher's behavioral modification of student conduct that aims to provide information or feedback from students for their actions as an act of encouragement or correction. Technical implementation of TGT is similar to STAD. Each student is placed in a group of three low, medium, and high-skilled individuals. Thus, each group has a comparable member composition. Where Teams Games-Tournament model of cooperative learning has five main components: class presentations, teams, games, tournaments, and team recognition that require students to work in small groups. Therefore, in an effort to improve students 'mathematical reasoning ability, cooperative learning model of Teams Games Tournament type is expected to increase students' activity so they can construct their own knowledge in learning. In the TGT students play the game with other team members to score for their respective teams. The game can be arranged by teachers in the form of tournaments in the form of questions related to the subject matter. TGT learning process will be more easily applied when assisted by the existence of a learning medium for games (Games).

Menurut Nopita (2017: 18), Pembelajaran kooperatif Model TGT adalah salah satu jenis atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan kegiatan semua siswa tampaknya tidak memiliki perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan penguatan. Yang dimaksud dengan penguatan adalah segala bentuk respon verbal atau non-verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi perilaku siswa perilaku siswa yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik dari siswa untuk tindakan mereka sebagai tindakan dorongan atau koreksi.Implementasi teknis TGT mirip dengan STAD.Setiap siswa ditempatkan dalam kelompok tiga individu rendah, menengah, dan terampil tinggi.Dengan demikian, setiap kelompok memiliki komposisi anggota yang sebanding. Di mana Teams Games-Tournament model pembelajaran kooperatif memiliki lima komponen utama: presentasi kelas, tim, permainan, turnamen, dan pengenalan tim yang mengharuskan siswa untuk bekerja dalam kelompok kecil. Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa, model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa sehingga dapat membangun pengetahuannya sendiri dalam pembelajaran. Di siswa TGT, mainkan permainan dengan anggota tim lain untuk mendapatkan skor untuk tim mereka masing-masing. Permainan dapat diatur oleh guru dalam bentuk turnamen dalam bentuk pertanyaan yang terkait dengan materi pelajaran. Proses belajar TGT akan lebih mudah diterapkan bila dibantu oleh keberadaan media pembelajaran untuk permainan (Games).

Pada model TGT siswa akan berkompetisi dalam permainan sebagai wakil dari kelompoknya. Setiap kelompok bersaing mengumpulkan nilai untuk menjadi juara dalam permainan tersebut.Selain bertanggung jawab pada kelompok, setiap siswa juga bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri karena setiap siswa dituntut untuk mampu menyelesaikan soal dalam game tersebut.Dengan model TGT ini diharapkan setiap siswa dapat termotivasi untuk terus belajar dan meningkatkan pengetahuannya (Rosyana, dkk, 2014: 75-76).
                             
2.1.3.Ciri-ciri Model Pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT)

Menurut Slavin dalam Gora (2010: 61-63),Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT terdiri atas 5 langkah tahapan, yaitu tahap penyajian kelas (class presentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan penghargaan kelompok (team recognation). Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki ciri-ciri berikut :
a. Siswa Bekerja dalm Kelompok-Kelompok Kecil
Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda. Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok, diharapkan dapat memotivasi siswa untuk saling membantu antar siswa yang berkemampuan lebih dengan siswa yang berkemampuan kurang dalm menguasai materi pelajaran. Hal ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri siswa bahwa belajar secara kooperatif sangat menyenangkan.

b. Games Tournamet
Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing-masing ditempatkan dalam meja-meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati 5 sampai 6 orang peserta, dan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Dalam setiap meja turnamen diusahakan setiap peserta homogen. Permainan ini diawali dengan memberitahukan aturan permainan. Setelah itu permainan dimulai dengan membagikan kartu-kartu soal untuk bermain (kartu soal dan kunci ditaruh terbalik diatas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca).
Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut. Pertama, setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang akan diambil oleh pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, pemain akan membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang searah jarum jam. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali memberikan jawaban benar.
Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan dimana posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain dan penantang. Disini permainan dapat dilakukan berkali-kali dengan syarat bahwa setiap peserta harus mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain, penantang dan pembaca soal.
Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal dan membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan jawaban pada peserta lain. Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan. Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh kepada ketua kelompok. Ketua kelompok memasukkan poin yang diperoleh anggota kelompoknya pada tabel yang telah disediakan, kemudian menentukan kriteria pengharagaan yang diterima oleh kelompoknya.

c. Penghargaan Kelompok
Langkah pertama sebelum memberikan pengharagaan kelompok adalah menghitung rerata skor kelompok. Untuk memilih rerata skor kelompok dilakukan dengan caramenjumlahkan skor yang diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok dibagi dengan banyaknya anggota kelompok.

2.1.4  Syarat-syaratModel Pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT)
1.      Syntax Pembelajaran
Menurut Andayani (2015: 135), Syntax pembelajaran merupakan langkah-langkah operasional pembelajaran yang sifatnya baku. Langkah-langkah ini dipilih sesuai dengan model yang dikembangkan.Syntax diperlukan dalam pengembangan sebuah model pembelajaran supaya langkah-langkah yang dirancang tersebut dapat dijadikan pedoman bagi guru yang akan menerapkannya.

Menurut Slavin (2005:) dalam Fauziah dan Subhanato (2016: 50-51), Dalam model pembelajaran TGT, terdiri dari 5 komponen yaitu presentasi kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (turnamen), dan penghargaan kelompok (team recognition). 


a.       Presentasi kelas 
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi secara garis besarnya saja, biasanya dilakukan dengan cara pengajaran secara langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin oleh guru. Dalam presentasi kelas, siswa harus benarbenar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan oleh guru, karena akan membantu siswa dalam kerja kelompok dan pada saat permainan karena skor permainan akan menentukan skor kelompok.

b.      Belajar kelompok 
Kelompok biasanya terdiri dari lima atau enam orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda. Fungsi utama dari kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman satu kelompoknya, dan lebih khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggota kelompok agar dapat bekerja dengan baik dan optimal pada saat permainan dan yang paling penting pada tahap ini, siswa saling berdiskusi, bertukar pikiran dalam hal pemahaman atau beda pendapat.

c.       Permainan (Games)
Permainan terdiri atas pertanyaanpertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperoleh saat presentasi kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan games terdiri dari pertanyaanpertanyaan sederhana yang diberi nomor. Pertanyaan-pertanyaan yang akan digunakan dalam permainan ini akan dikemas dalam bentuk kartu bernomor. Permainan ini akan dimainkan pada meja-meja yang terdiri dari 5 sampai 6 anak dengan kemampuan akademik yang sama, tiap siswa mewakili tim yang berbeda. Peraturan dalam permainan ini adalah masing-masing siswa sudah berada dalam meja turnamen.Masing-masing siswa mengambil nomor undian yang telah disediakan.Nomor undian ini berfungsi untuk menentukan pembaca pertama dan penantang. Siswa yang mendapat nomor undian tertinggi akanmendapat kesempatan sebagai pembaca pertama. Permainan berlangsung searah jarum jam dan dimulai dari pembaca pertama. Pada saat permainan berlangsung, pembaca pertama mengacak kartu dan mengambil kartu yang paling atas.Setelah itu membacakan soal dengan keras sesuai nomor yang diambil, termasuk pilihan jawabannya jika bentuk soal pilihan ganda. Kemudian pembaca menjawab pertanyaan berdasar kartu yang ia ambil, dan apabila pembaca ragu akan jawabannya boleh menebak jawaban karena apabila jawabannya salah tidak dikenai hukuman. 

d.      Turnamen
 Turnamen biasanya berlangsung setelah guru memberikan dan menyelesaikan presentasi kelas serta tim telah menyelesaikan tugas-tugas dalam LKS. Pada turnamen pertama, guru membagi siswa dalam meja turnamen. Pemenang pada tiap meja turnamen akan “naik tingkat” atau  berpindah ke meja selanjutnya yang lebih tinggi (misalnya, dari meja turnamen 2 ke meja turnamen 1). Siswa yang mendapat skor tertinggi kedua tetap berada pada meja yang sama sedangkan siswa yang mendapat skor paling rendah akan “diturunkan” atau berpindah ke meja yang ditempati oleh siswa yang kemampuan akademiknya rendah.

e.       Penghargaan kelompok 
Sebelum memberikan penghargaan kelompok, terlebih dahulu guru harus menghitung rerata skor kelompok. Kelompok akan mendapatkan penghargaan apabila skor rata-rata mencapai rata-rata tertentu. Keberhasilan suatu kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok.

Menurut Slavin dalam Gora (2010: 64), Pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada rerata poin yang diperoleh kelompok dari permainan. Lembar penghargaan dicetak dalam kertas HVS, dimana penghargaan ini akan diberikan kepada tim yang memenuhi kategori rerata poin sebagai berikut.

                                           Tabel 1 Kriteria Penghargaan Kelompok          
Kriteria (Rerata Kleompok)
Predikat
30 sampai 39
Tim Kurang Baik
40 sampai 44
Tim Baik
45 sampai 49
Tim Baik Sekali
50 keatas
Tim Istimewa

According Miller (2008:66), Games are a way of helping make the link. Educationally, game are used as a vehicle to engage students in the learning process. they are used to drill facts, connect ideas, or help students synthesize discrete knowledge. one method of teaching, used by many educators, is the Team Games Tournament(TGT) model. students are divided into base teams and then are assigned to small groups, where students of  the about save level or skill ability compete against each other.

              Menurut Miller (2008:66), Permainan adalah cara membantu membuat tautan. Secara edukasional, game digunakan sebagai wahana untuk melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. mereka digunakan untuk mengebor fakta, menghubungkan ide, atau membantu siswa menyintesis pengetahuan diskrit. Salah satu metode pengajaran, yang digunakan oleh banyak pendidik, adalah model Team Games Tournament (TGT). Siswa dibagi menjadi tim basis dan kemudian ditugaskan ke kelompok-kelompok kecil, di mana siswa dari tingkat tentang menghemat atau kemampuan keterampilan bersaing satu sama lain.
                                      
            Accourding DeVries & Slavin(1976)in  Ke and Grabowski (2007: 253-254), For the TGT cooperative gameplaying, a close simulation of the TGT structure was used. Specifically, students were stratified by their maths-ability level and gender, and then randomly assigned to a four-member team. At the beginning of each game session, students collaborated for 10 minutes in pairs, practicing with the game, discussing questions and solutions and correcting each other’s misconceptions. For the remainder of the 30 minutes, class teams then competed against one another; each team member held a laptop and was assigned to a tournament table to play against representatives of the other teams. At any tournament table, the students were roughly comparable in achievement level. At the end of every two gaming sessions, the players at each table compared their gaming scores to determine their rank order which was then converted into points. The points that the players earned were added to compute a team score. The individual and team scores were ranked and listed in a newsletter, and distributed to the class at the beginning of every treatment week. In the newsletter, individuals were identified by pseudoidentities (IDs) known only to themselves and their teammates, which was intended to ensure the individual accountability in cooperative learning (by having each team be aware of its members’ contribution), whilst avoiding interpersonal competition (by hiding individual performances from the public).

Menurut DeVries & Slavin(1976) dalam Ke dan Grabowski (2007: 253-254),Untuk permainan kooperatif TGT, simulasi dekat struktur TGT digunakan. Khususnya, siswa diberi stratifikasi berdasarkan tingkat kemampuan matematika dan jenis kelamin mereka, dan kemudian secara acak ditugaskan ke tim beranggotakan empat orang. Di awal setiap sesi permainan, siswa berkolaborasi selama 10 menit berpasangan, berlatih dengan permainan, mendiskusikan berbagai pertanyaan dan solusi, serta memperbaiki kesalahpahaman masing-masing. Selama sisa 30 menit, tim kelas kemudian bertanding melawan satu sama lain; setiap anggota tim memegang laptop dan ditugaskan ke meja turnamen untuk bermain melawan perwakilan dari tim lain. Di setiap meja turnamen, para siswa secara kasar sebanding dalam tingkat pencapaian.Di akhir setiap dua sesi permainan, para pemain di setiap meja membandingkan skor permainan mereka untuk menentukan urutan peringkat mereka yang kemudian diubah menjadi poin. Poin yang diperoleh pemain ditambahkan untuk menghitung skor tim. Skor individu dan tim diberi peringkat dan tercantum dalam buletin, dan didistribusikan ke kelas pada awal setiap minggu perawatan. Dalam buletin, individu diidentifikasi oleh pseudoidentities (ID) yang hanya diketahui oleh mereka sendiri dan rekan tim mereka, yang dimaksudkan untuk memastikan akuntabilitas individu dalam pembelajaran kooperatif (dengan meminta setiap tim menyadari kontribusi anggotanya), sambil menghindari persaingan interpersonal (dengan menyembunyikan pertunjukan individu dari publik).

According Ehlers (2002:68), In a team tournament(TGT), the team as whole competes against other teams. however, each member also competes with all other team members because each persons's scores are added to those of all other team members to make up the team score. select four or five minute members of different academic abilities for each team. one member in each team will be the reader, another one will be the scorekeeper, and the other two or three will be the challengers. the reader reads the question, and the first team member who knows the answer puts up his or her hand and is recognised by the scorekeeper as the first, second or third one to attempt to answer the question.  if the first learner  answers correctly, he or she gets one point. if the answer is incorrect, the second learner gets  a chance to answer and score a point, and so on. each learner gets only one chance at each answer. the scorekeeper must ensure that the scores are visible to the players at all times and that all changes are made immediately. it is best to keep one sheet of paper with the players names on it, and just to add a tick next to each player's name for each correct answer.

            Menurut Ehlers (2002:68), Dalam turnamen tim (TGT), tim secara keseluruhan bersaing dengan tim lain. namun, setiap anggota juga bersaing dengan semua anggota tim lainnya karena skor masing-masing orang ditambahkan ke semua anggota tim lain untuk membuat skor tim. pilih empat atau lima menit anggota kemampuan akademis yang berbeda untuk masing-masing tim. satu anggota di setiap tim akan menjadi pembaca, yang lain akan menjadi pencatat skor, dan dua atau tiga lainnya akan menjadi penantang. pembaca membaca pertanyaan, dan anggota tim pertama yang tahu jawabannya mengangkat tangannya dan diakui oleh pencatat skor sebagai yang pertama, kedua atau ketiga untuk mencoba menjawab pertanyaan. jikapelajar pertama menjawab dengan benar, dia mendapat satu poin. jika jawabannya salah, pelajar kedua mendapat kesempatan untuk menjawab dan mencetak poin, dan seterusnya. setiap pelajar hanya mendapat satu kesempatan di setiap jawaban. pencatat skor harus memastikan bahwa skor dapat dilihat oleh pemain setiap saat dan semua perubahan segera dilakukan. yang terbaik adalah menyimpan satu lembar kertas dengan nama pemain di atasnya, dan hanya untuk menambahkan tanda centang di sebelah nama setiap pemain untuk setiap jawaban yang benar.

2.         Prinsip Reaksi
Menurut Warsiman (2016: 59), Prinsip reaksi bermakna sikap dan perilaku guru dalam mengendalikan jalannya proses pembelajaran berlangsung. Prinsip reaksi merupakan hal terpenting yang harus diemban oleh seorang guru. Guru harus melakukan suatu tindakan agar kegiatan di kelas dapat berjalan sesuai rencana. Lebih dari itu, guru harus menggunakan kemampuannya untuk memahamkan siswa dan memfasilitasi proses pembelajaran serta mengadakan evaluasi selama proses pembelajaran berlangsung.

Menurut Sumantri (2014: 21-23), Pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT). Dengan menggunakan model pembelajaran ini siswa akan berperan aktif sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing yang menunjang kegiatan siswa.Oleh karena itu  pengembangan pembelajaran ini memerlukan kreatifitas guru untuk menciptakan pembelajaran yang lebih aktif, kreatif, inovatif, menyenangkan, dan berkualitas. Sehingga siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal. Tugas guru hanya memfalitasi, memotivasi,mendidik, membimbing, dan melatih

3.         Sistem Sosial
Menurut Warsiman (2016:59), Sistem sosial adalah pola hubungan guru dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Sistem sosial ini menandakan adanya hubungan terjalin antara siswa dengan guru pada saat proses pembelajaran.

Menurut Desstya (2012: 172), Model pembelajaran kooperatif memberi kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi secara terbuka dan memberikan suasana yang menyenangkan sehingga akan tercipta adanya saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, penilaian individual, dan dapat mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah akademiknya, serta meningkatkan rasa harga diri. Suasana pembelajaran yang menyenangkan, akan mengkondisikan siswa untuk lebih senang dalam belajar. Dalam pembelajaran ini, siswa membangun ketergantungan atau kepercayaan dalam tim asal yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk merasa percaya diri ketika bersaing dalam tournament.

            Menurut Pratiwi (2015: 184-185), Dalam TGT terjadi kerja kelompok dan diskusi yang menuntut siswa untuk saling berinteraksi dengan temannya.Dalam hal ini interaksi sosial memegang peranan penting karena siswa dan pencapaian hasil belajar siswa lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran kompetitif atau pembelajaran individualistik. Proses pembelajaran didominasi oleh kegiatan siswa, sehingga guru hanya membimbing dan memfasilitasi. Masing-masing siswa bertanggung jawab terhadap kemajuan kelompoknya dengan cara saling bekerja sama dalam diskusi, kekompakan dalam permainan maupun menulis hasil pemecahan masalah.

4.         Sistem Pendukung
Menurut Andayani (2015: 137), Support System atau sistem pendukung adalah komponen-komponen yang menjadi pendukung dalam penerapan sebuah model pembelajaran. Sistem pendukung ini merupakan sebuah sistem yang menyediakan kemampuan untuk penyelesaian masalah dan menjamin terjadinya interaksi guru-siswa untuk menyelesaikan permasalahan pembelajaran.

Menurut Warsiman (2016:59), Penunjang keberhasilan pembelajaran merupakan segala sesuatu yang menjadi bagian dari penunjang proses pembelajaran. Unsur-unsur penunjang tersebut berupa alat-alat, bahan sumber belajar yang diperlukan oleh siswa dalam proses pembelajaran. Segala sesuatu yang diperlukan untuk mendorong proses pembelajaran diupayakan untuk dipenuhi.

Menurut Rosyana (2014: 105),  Model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan media kartu dan ular tangga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar aspek kognitif siswa. Media kartu yang digunakan dalam pembelajaran kooperatif TGT ini berupa kartu soal dan kartu jawaban.Pada pembelajaran dengan media kartuini siswa dilibatkan untuk menemukan kartu jawaban dari kartu kartu soal yang tersedia.Pembelajaran dengan media kartu ini membuat siswa lebih tertarik dan termotivasi karena mereka merasa tertantang dalam menemukan kartu jawaban yang tersedia.Secara tidak langsung, hal tersebut menuntut ketelitian, kecermatan dan kecepatan dalam berpikir siswa.Dengan adanya beberapa kartu jawaban membuat siswa lebih terarah dalam menemukan jawaban yang tepat. Di sisi lain, hal ini dapat menumbuhkan suasana kreatif dan menyenangkan sehingga siswa mau terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Sedangkan dalam media ular tangga, soal-soal ditempatkan pada nomor-nomor dari kotak-kotak tersebut.Pada pembelajaran TGT dengan media ular tangga ini, siswa membutuhkan pengetahuan yang luas untuk menjawab pertanyaan karena tidak ada bantuan berupa pilihan jawaban sehingga siswa kurang konsentrasi dan terarah dalam menjawab soal.Siswa cenderung menjawab soal dengan seadanya sesuai dengan yang dipahaminya saja ketika mendapat giliran menjawab soal.

5.            Instructional Objective
Menurut Andayani (2015: 138), Instructional Objective seringkali dimaknai sama degan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran (instructional objective) adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk perilaku kompetensi spesifik, aktual, dan terukur sesuai yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu. Penyusunan tujuan pembelajaran merupakan tahapan penting dalam rangkaian pengembangan desain model pembelajaran. Dari tahap inilah ditentukan apa dan bagaimana harus melakukan tahap lainnya. Apa yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran menjadi acuan untuk menentukan jenis materi, strategi, metode, dan media yang akan digunakan dalam  proses pembelajaran. Tanpa tujuan yang jelas, pembelajaran akan menjadi kegiatan tanpa arah, tanpa fokus, dan menjadi tidak efektif.

Dalam pembelajaran kooperatiftersebut, siswa diharapkan mampumengkontruksi dan menyusun pengetahuansendiri. Tujuan yang ingin dicapai bukanhanya kemampuan akademik dalampengertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untukpenguasaan materi tersebut. Adanyakerjasama inilah yang menjadi ciri khaspembelajaran kooperatif. Pembelajarankooperatif TGT memungkinkan siswa dapatbelajar lebih rileks di sampingmenumbuhkan tanggung jawab, kerjasama,persaingan sehat, dan keterlibatan belajar (Sari, 2011: 817-818).

2.1.5 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT)

Menurut Anggo, dkk  (2003) dalam Tiya (2013: 178), Model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT), karena pada modelini siswa menempati posisi sangat dominandalam proses pembelajaran, dimana semuasiswa dalam setiap kelompok diharuskanuntuk berusaha memahami dan menguasaimateri yang sedang diajarkan dan selalu aktifketika kerja kelompok, sehingga saat ditunjukuntuk mempresentasikan jawabannya merekadapat menyumbangkan skor bagikelompoknya. Keunggulan lain dari modelpembelajaran ini adalah dalam prosespembelajaran menekankan adanya kompetisiyang dilakukan dengan cara membandingkankemampuan anggota dalam satu bentuk”turnamen”. Turnamen ini menyiapkan siswadari semua tingkat agar mempunyaikeberanian dalam bersaing, dapat bekerjasamaserta memiliki kemampuan dalamberkompetisi. Dengan demikian siswa akantermotivasi untuk lebih aktif, kreatif dan mandiri dalam proses pembelajaran.Penetapan model pembelajaran ini diharapkan pembelajaran yang terjadi dapat lebih bermakna dan memberi kesan yang kuat kepada siswa, dalam hal ini siswa akan termotivasi untuk lebih aktif dalam mengembangkan potensi dan kreatifitasnya secara maksimal dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya siswa. Pada kenyataannya, model pembelajaran yang melibatkan siswasecara aktif dalam proses pembelajarn memberidampak sangat kuat bagi peningkatan hasil belajar siswa. Hasil yang diperoleh ternyata jauh lebih baik bila dibandingkan dengan hasil dari proses pembelajaran yang berpusat pada guru.

Accourding DeVries, et all (1980: 5), As a teaching method, TGT "works" for several reasons. first, it capatalized on the cooperative aspects off small groups,the motivational nature of instructional games, the competitive spirit of tournaments, and the students familiarity with all of these. second, TGT inexpensive. it does not require costly materials or special facilities. third, TGT is easy to implement. it is designed to e used in 30 to 45 minute class periode, in any subject, with elementary and secondary school students, in a conventional and experimental classroom arrangements. and, it can be used with equal success by both novice and veteran teachers.

   Menurut  DeVries, dkk (1980: 5), Sebagai metode pengajaran, TGT "berfungsi" karena beberapa alasan. Pertama, ia mengkategorikan pada aspek-aspek kooperatif dari kelompok-kelompok kecil, sifat motivasi dari permainan instruksional, semangat kompetisi turnamen, dan keakraban siswa dengan semua ini. Kedua, TGT murah.itu tidak memerlukan bahan mahal atau fasilitas khusus. Ketiga, TGT mudah diterapkan. Itu dirancang untuk digunakan dalam periode kelas 30 hingga 45 menit, dalam mata pelajaran apa pun, dengan siswa sekolah dasar dan menengah, dalam pengaturan kelas konvensional dan eksperimental  dan itu dapat digunakan dengan sukses yang sama oleh guru pemula dan veteran.

Accourding to Silver (2007:60-63), The arguments in favor of designating TGT as an Interpersonal strategy were compelling taht give the strategy its strong social orientation. The strategy turns the work of mastering critical content into an engaging and highly effective instructional technique. Here are six good reason why TGT works.
1. TGT incorporate the best of cooperation and competition.
2. TGT meets all the requirements of an effective cooperative learning strategy. 
3. TGT builds student learning through repetition and variation.
4. TGT provides the teacher with good assesment data.
5. TGT uses a motivation based scoring model.
6. TGT incorporates a variety of questions types.

               Menurut Silver (2007: 60-63), Argumen yang mendukung menunjuk TGT sebagai strategi Interpersonal yang menarik yang memberikan strategi orientasi sosial yang kuat. Strategi ini mengubah pekerjaan penguasaan konten kritis menjadi teknik instruksional yang menarik dan sangat efektif. Berikut adalah enam alasan bagus mengapa TGT berfungsi.
1. TGT menggabungkan kerja sama dan kompetisi terbaik.
2. TGT memenuhi semua persyaratan strategi pembelajaran kooperatif yang efektif
3. TGT membangun pembelajaran siswa melalui pengulangan dan variasi.
4. TGT memberi guru data penilaian yang bagus
5. TGT menggunakan model scoring motivasi berbasis
6. TGT menggabungkan berbagai jenis pertanyaan

Accourding Sa’adah (2017: 12), Teams Games Tournament Learning model has the advantages which take place on the cooperative learning process that requires the involvement of students from early learning to the end of the lesson, this method can draw the students' attention because it uses a combination of learning, play, and competition, so it will increase the interest to study economics. This method can involve all members of the group which is heterogeneous in one group and contains elements of the game and there is an element of competition that can stimulate the activity of students in order to get the best point for their own group. In the application of this lesson, the students will enjoy how the atmosphere of the tournament is.

Menurut Sa’adah (2017: 12), Model Teams Games Tournament Learning memiliki kelebihan yang terjadi pada proses pembelajaran kooperatif yang membutuhkan keterlibatan siswa dari awal belajar hingga akhir pelajaran, metode ini dapat menarik perhatian siswa karena menggunakan kombinasi pembelajaran, bermain, dan persaingan, sehingga akan meningkatkan minat untuk mempelajari ekonomi. Metode ini dapat melibatkan semua anggota kelompok yang heterogen dalam satu kelompok dan mengandung unsur permainan dan ada unsur persaingan yang dapat merangsang aktivitas siswa untuk mendapatkan poin terbaik untuk kelompok mereka sendiri. Dalam penerapan pelajaran ini, para siswa akan menikmati bagaimana atmosfer turnamen ini.

Menurut Nugroho (2013: 162), Pembelajaran kooperatif Team GamesTournament (TGT) ini mempunyai kelebihan dan kekurangan, yaitu :
Kelebihan dari model pembelajaran TGT yaitu:
1. Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas gerak.
2. Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu.
3. Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam.
4. Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa.
5. Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain.
6. Motivasi belajar lebih tinggi.
7. Hasil belajar lebih baik.
8. Meningkatkan kebaikan budi, kerjasama, dan persaingan sehat.

Kekurangan dari model pembelajaran TGT yaitu:
1. Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis.
2. Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya.

Menurut Taniredja(2011:72) dalam Astutik (2013: 4-5), Adapun kelebihanpembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut:
(1)   Dalam pembelajaranTGT siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi danmenggunakan pendapatnya,
(2) Rasa percaya diri yangdimiliki siswa menjadi lebih tinggi,
(3) Perilakumengganggu terhadap siswa lain menjadi lebih kecil,
(4)Motivasi belajar siswa bertambah,
(5) Pemahaman yanglebih mendalam terhadap materi pelajaran,
(6)Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi baik antar siswa maupun antara siswa dengan guru, dan
(7) Siswa dapat mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya, selain itu dengan adanya kerja samaakan membuat interaksi belajar dalam kelas menjadi hidup dan tidak membosankan.

Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah:
(1) Sering terjadi dalam kegiatan pembelajaran tidak semua siswa ikut serta menyumbangkan pendapatnya,
(2) Kekurangan waktu untuk proses pembelajaran karena pembelajaran denganmodel TGT membutuhkan waktu yang lama, dan
 (3)Kemungkinan terjadinya kegaduhan kalau guru tidak dapat mengelola kelas.

2.1.6  Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif

According Agarwal and Nagar (2011:97), Teams games tournaments was developed by devries and edwards on the on the same line as STAD. TGT is the same the STAD in every respect but one: instead of quizzes and the individual improvement score system, TGT uses academic tournaments, in which student compete as representatives of their teams with members of other teams who are like them in past academic performance. TGT is very frequently used in combination with STAD, adding an occasional tournament to the usual STAD structure.

               Menurut Agarwal dan Nagar (2011:97), Turnamen permainan tim dikembangkan oleh devries dan edwards pada garis yang sama dengan STAD. TGT sama dengan STAD dalam segala hal kecuali satu: alih-alih kuis dan sistem skor peningkatan individu, TGT menggunakan turnamen akademik, di mana siswa berkompetisi sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang menyukai mereka dalam kinerja akademis sebelumnya. TGT sangat sering digunakan dalam kombinasi dengan STAD, menambahkan turnamen sesekali ke struktur STAD biasa.

Menurut Huriah (2018:69), Perbedaan antara TGT dan STAD adalah kompisisi kelompok pada STAD berdasarkan kemampuan, ras, etnik dan gender, sedangkan pada TGT hanyalah berfokus pada tingkat kemampuannya saja. Selain itu, pada STAD yang digunakan adalah kuis, sedangkan pada TGT diganti dengan game akademik. 

Menurut Ahriani (2013: 6), Deskripsi tingkat ketuntasan indikator menunjukkan bahwa nilai rata-rata tingkat ketuntasan indikator kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD karena pada model pembelajaran kooperatif tipe TGT terdapat game dan turnamen yang memungkinkan peserta didik bereaksi lebih baik. Selain itu data hasil observasi menunjukkan bahwa nilai rata-rata sikap, keaktifan dan kerjasama peserta didik pada kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yangmenggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Menurut Syaodih (2007: 10-11), Perbandingan langkah-langkah pembelajaran dari masing-masing pembelajaran kooperatif diilustrasikan sebagai berikut:
Tabel 2

Pembelajaran Peningkatan Prestasi Tim/STAD
Pembelajaran Permainan Tim/TGT
Pembelajaran Keahlian Tim JIGSAW II
Pembelajaran kelompok (Lee, A)
Kerangka Model (Persamaan)
1. Penyajian dari guru
1. Penyajian dari guru
1. Membaca
1.Mencari pasangan
2.Berfikir pasangan
1. Orientasi
2. Kegiatan belajar dalam tim
2. Kegiatan belajar dalam tim
3. Permainan
2. Diskusi kelompok
3. Laporan dalam tim
3.Berfikir berpasangan ber-4
4.Berkirim salam & soal
5.Kepala bernomor 2 tinggal & 2 tamu
7. Dua tinggal dua tamu
8. Keliling kelompok
9. Kancing gemerincing
10. Lingkaran kecil&besar
2. Eksplorasi
3. Tes
4. Pengenalan prestasi tim
4. Pertandingan
5. Pengenalan prestasi tim
4. Tes
5. Pengenalan prestasi tim
11. Jigsaw
3. Penyimpulan


2.2  RPP Simulasi



2.3 Kajian Kritis
Menurut kelompok kami pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang berorientasi pada mahasiswa.Mahasiswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil.Di dalam pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) tidak hanya mempelajari materi saja, namun mahasiswa juga mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif.Tujuan akhir yang ingin dikembangkan dari pembelajaran kooperatif adalah mengoptimalkan kompetensi individu menjadi kompetensi kelompok dalam mencapai tujuan pembelajaran bersama, hal ini memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar, sebagai fondasi yang baik untuk meningkatkan prestasi siswa.

TGT adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Terlebih dahulu guru mengenalkan materi pelajaran dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan permainan akademik.Siswa diharapkan mampumengkontruksi dan menyusun pengetahuansendiri. Tujuan yang ingin dicapai bukanhanya kemampuan akademik dalampengertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untukpenguasaan materi tersebut. Adanya  kerjasama yang menjadi ciri khas dari pembelajaran kooperatif. Pembelajarankooperatif TGT memungkinkan siswa dapatbelajar lebih rileks di sampingmenumbuhkan tanggung jawab, kerjasama,persaingan sehat, dan keterlibatan belajar.

Ciri-ciri pembelajaran teams games tournament (TGT) sebagai berikut:
a. Siswa Bekerja dalm Kelompok-Kelompok Kecil
b. Games Tournamet
c. Penghargaan Kelompok

Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, ada beberapa syarat-syarat yang perlu ditempuh yaitupertama,Syntax pembelajaran merupakan langkah-langkah dalam proses pembelajaran. Langkah-langkah ini dipilih sesuai dengan model yang dikembangkan.Syntax diperlukan dalam pengembangan sebuah model pembelajaran supaya langkah-langkah yang dirancang tersebut dapat dijadikan pedoman bagi guru yang akan menerapkannya. Dalam model pembelajaran TGT, terdiri dari 5 syntax yaitu presentasi kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (turnamen), dan penghargaan kelompok (team recognition).  Kedua, Prinsip reaksi bermakna sikap dan perilaku guru dalam mengendalikan jalannya proses pembelajaran berlangsung. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT)siswa akan berperan aktif sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing yang menunjang kegiatan siswa.Ketiga, Sistem sosial adalah pola hubungan guru dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Sistem sosial ini menandakan adanya hubungan terjalin antara siswa dengan guru pada saat proses pembelajaran.Dalam TGT terjadi kerja kelompok dan diskusi yang menuntut siswa untuk saling berinteraksi dengan temannya.Keempat,Support System atau sistem pendukung adalah komponen-komponen yang menjadi pendukung dalam penerapan sebuah model pembelajaran. Unsur-unsur penunjang tersebut berupa alat-alat, bahan sumber belajar yang diperlukan oleh siswa dalam proses pembelajaran. Kelima, Instructional Objective atau tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran (instructional objective) adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu. Dalam pembelajaran TGT tujuan yang ingin dicapai bukanhanya kemampuan akademik dalampengertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untukpenguasaan materi tersebut. Adanyakerjasama inilah yang menjadi ciri khaspembelajaran kooperatif. Pembelajarankooperatif TGT memungkinkan siswa dapatbelajar lebih rileks di sampingmenumbuhkan tanggung jawab, kerjasama,persaingan sehat, dan keterlibatan belajar

Adapun kelebihan pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut:
(1)  Dalam pembelajaranTGT siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi danmenggunakan pendapatnya,
(2) Rasa percaya diri yangdimiliki siswa menjadi lebih tinggi,
(3) Perilakumengganggu terhadap siswa lain menjadi lebih kecil,
(4)Motivasi belajar siswa bertambah,
(5) Pemahaman yanglebih mendalam terhadap materi pelajaran,
(6)Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi baik antar siswa maupun antara siswa dengan guru, dan
(7) Siswa dapat mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya, selain itu dengan adanya kerja samaakan membuat interaksi belajar dalam kelas menjadi hidup dan tidak membosankan.

Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah:
(1) Sering terjadi dalam kegiatan pembelajaran tidak semua siswa ikut serta menyumbangkan pendapatnya,
(2) Kekurangan waktu untuk proses pembelajaran karena pembelajaran denganmodel TGT membutuhkan waktu yang lama, dan
 (3)Kemungkinan terjadinya kegaduhan kalau guru tidak dapat mengelola kelas.

Perbedaan antara TGT, STAD, Jigsaw dan Pembelajaran Kelompok adalah kompisisi kelompok pada STAD berdasarkan kemampuan, ras, etnik dan gender, Jigsaw berdasarkan tes prestasi kelompok sedangkan pada TGT hanyalah berfokus pada tingkat kemampuannya saja. Selain itu, pada STAD yang digunakan adalah kuis, Jigsaw diskusi kelompok dengan laporan dalam tim, kelompok belajar berfikir berpasangan ber-4, sedangkan pada TGT diganti dengan game akademik.
























BAB III
PENUTUP
a.       Kesimpulan
1.      Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang berorientasi pada mahasiswa. Mahasiswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Di dalam pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) tidak hanya mempelajari materi saja, namun mahasiswa juga mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif.

2.      TGT adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru mengenalkan materi pelajaran dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan permainan akademik.

3.      Ciri-ciri pembelajaran teams games tournament (TGT) sebagai berikut:
a. Siswa Bekerja dalm Kelompok-Kelompok Kecil
b. Games Tournamet
c. Penghargaan Kelompok

4.      Syarat-Syarat model pembelajaran teams games tournaments meliputi 5 aspek yaitu:
1.    Syntax pembelajaran
2.    Prinsip Reaksi
3.    Sistem Sosial
4.    System Pendukung
5.   Instructional Objective atau tujuan pemelajaran

5.      Adapun kelebihan pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut:
(1)  Dalam pembelajaranTGT siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi danmenggunakan pendapatnya,
(2) Rasa percaya diri yangdimiliki siswa menjadi lebih tinggi,
(3) Perilakumengganggu terhadap siswa lain menjadi lebih kecil,
(4)Motivasi belajar siswa bertambah,
(5) Pemahaman yanglebih mendalam terhadap materi pelajaran,
(6)Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi baik antar siswa maupun antara siswa dengan guru, dan
(7) Siswa dapat mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya, selain itu dengan adanya kerja samaakan membuat interaksi belajar dalam kelas menjadi hidup dan tidak membosankan.

Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah:
(1) Sering terjadi dalam kegiatan pembelajaran tidak semua siswa ikut serta menyumbangkan pendapatnya,
(2) Kekurangan waktu untuk proses pembelajaran karena pembelajaran denganmodel TGT membutuhkan waktu yang lama, dan
 (3)Kemungkinan terjadinya kegaduhan kalau guru tidak dapat mengelola kelas.

6.      Perbedaan antara TGT, STAD, Jigsaw dan Pembelajaran Kelompok adalah kompisisi kelompok pada STAD berdasarkan kemampuan, ras, etnik dan gender, Jigsaw berdasarkan tes prestasi kelompok sedangkan pada TGT hanyalah berfokus pada tingkat kemampuannya saja. Selain itu, pada STAD yang digunakan adalah kuis, Jigsaw diskusi kelompok dengan laporan dalam tim, kelompok belajar berfikir berpasangan ber-4, sedangkan pada TGT diganti dengan game akademik,

3.2 Saran
            Dalam penyusunan makalah ini, penyusun sudah berusaha memaparkan dan menjelaskan materi dengan semaksimal mungkin, tapi tidak menutup kemungkinan adanya kekeliruan dalam penyusunannya, dan juga dari segi materi yang di bahas.Oleh karena itu, penyusun mengharapkan pembaca untuk dapat membantu dalam penyempurnaan makalah selanjutnya. Harapan dari penyusun semoga makalah ini dapat memberi manfaat dalam proses pembelajaran terutama mengenai materi model pembelajaran teams games tournament (TGT).























DAFTAR PUSTAKA

Agarwal, Reena., and Nandita Nagar. 2011. Cooperative Learning. India: Kalpaz.

Ahriani, Faridha. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar Kimia Peserta Didik Kelas X SMK Negeri 2 Bantaeng. Jurnal Chemica. Vol. 14.No. 1.

Andayani. 2015. Problema dan Aksioma dalam Metodologi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Deepublish.

Astutik, Tri., dan M. Husni Abdullah. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Sekolah Dasar. Jurnal PGSD. Vol. 01.No. 02.

Darmadi.2017. Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar Siswa. Yogyakarta: DEEPUBLISH.

Desstya, A., Haryono., &Saputro, Sulistyo. 2012. Pembelajaran Kimia dengan Metode Teams Games Tournament (TGT) menggunakan Media Animasi dan Kartu ditinjau dari Kemampuan Memori dan Gaya Belajar Siswa. Jurnal Inquiri. Vol. 1. No. 3. ISSN: 2252-7893.
DeVries, D.L., et all. 1980. The Intructional Design Library. New Jersey: Educational Technology Publications.

Ehlers,Valerie. 2002. Teaching Aspects Of Health Care. Lansdowne: Juta.

Fauziah, R., & Subnanto, Aprian. 2016. Penerapan Model Pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Sumber Daya Alam di Kelas III SD Negeri 70 Kuta Raja Banda Aceh. Jurnal Tunas Bangsa. ISSN: 2355- 0066.
Gora, Winastwan., dan Sunarto. 2010. PAKEMATIK Strategi Pembelajaran Inovatif Berbasis TIK. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Gull, Fariha., and Shumaila Shehzad. 2015.  Effects of Cooperative Learning on Students’ Academic Achievement. Journal of Education and Learning.Vol. 9.No. 3. ISSN: 246-255.

Huriah, Titih. 2018.Metode Student Learning Aplikasi pada Pendidikan Keperawatan. Jakarta : Prenadamedia Group.

Ke, Fengfeng., and Barbara Grabowski. 2007. Gameplaying for Maths Learning: Cooperative or not?.British Journal of Educational Technology.Vol. 38.No. 2. ISSN: 249-259.

Miller,C.T. 2008.Games:Purpose and Potensial in Education.  New York:    Springer Science+Business Media.

Musyafa, W.N., dan Riswan D.D. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament (TGT) terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Teknik Pegelasan.E-Jurnal Pendidikan Teknik Mesin.Vol. 3.No.5.

Nugroho, D.R., dan Abdul Rachman. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (Teams Games Tournament) TGT terhadap Motivasi Siswa Mengikuti Pembelajaran Bolavoli di Kelas X SMAN 1 Panggul Kabupaten Trenggalek. Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan.Vol. 01.No. 01.

Pratiwi, Y., Mulyani, S., &Ashadi. 2015. Upaya Peningkatan Prestasi Belajar dan Interaksi Sosial Siswa dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dilengkapi Media Peta Konsep pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Siswa Kelas XI IPA SMA Batik 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK). Vol. 4. No. 1. ISSN 2337-9995.

Purnawati, Hening, Ashadi dan Endang Susilowati. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) dengan Media Kartu dan Ular Tangga ditinjau dari Kemampuan Analisis Siswa terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Pokok Reaksi Redoks Kelas X Semester 2 SMA MUHAMMADIYAH 1 KARANGANYAR Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK). Vol 3.No. 4.  ISSN: 2337-9995.

Rianawati. 2014. Implementasi Nilai -Nilai Karakter Pada Mata Pelajaran.Kalimantan Barat: IAIN Pontianak Press.

Rosyana, W., Sri Mulyani dan Sulistyo Saputro. 2014. Pembelajaran Model TGT (Teams Games Tournament) Menggunakan Media Permainan Monopoli dan Permainan Ular Tangga pada Materi Pokok Sistem Koloid Ditinjau dari Kemampuan Memori Kelas XI SMA NEGERI 1 SRAGEN Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK). Vol 3.No. 2. ISSN: 2337-9995.

Sa’adah, Silky Roudhotus. 2017. Implementation of Cooperative Learning Model with Teams Games Tournament (TGT) Method to Improve Interests and Learning Outcomes.Classroom Action Research Journal.Vol. 1.No. 2.

Sari, Erma Andhika. 2011. Penerapan Model TGT (Teams-Games-Tournaments) sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas X-B SMA MA’ARIF Pandaan-Pasuruan Tahun Ajaran 2008/2009. Jurnal Artikulasi. Vol. 12.No. 2.

Silver, H, F., Strong, R, W., & Perini, M, J. The Strategic Teacher Selecting the Right Research-Based Strategy for Every Lesson. USA: Thoughful Education Press.
Sitorus, Elsa Nopita., dan EdySurya. 2017. The Influence of Teams Games Tournament Cooperative Learning Model on Students’ Creativity Learning Mathmematics. International Journal of Scienes: Basic and Applied Research (IJSBAR). Vol. 34.No. 1. ISSN: 2307-4531.

Slavin, Robert., et all. 1985.  Learning to Cooperete, Cooperative to Learn. New York and London: PLENUM PRESS.

Sumantri, Bambang. 2014. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Pkn Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Game Tournamen (Tgt) Pada Siswa Kelas Iii Sd Negeri  Pelem 2 Ngawi. Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi.Vol.13 No. 1.

Syaodih, Erliany. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial. Educare Jurnal Pendidikan dan Budaya.Vol. 5.No. 1. ISSN: 1412-579X.

Tiya, Kadir. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa SMPN. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol. 4.No. 2.

Tran, V.D. 2014. The Effects of Cooperative Learning on the Academic Achievement and Knowledge Retention.International Journal of Higher Education.Vol. 3.No. 2. ISSN:1927-6044   E-ISSN: 1927-6052.
Warsiman.2016. Membumikan Pembelajaran Sastra yang Humanis. Yogyakarta: Universitas Brawijaya Press (UB press).

Wijayanti, Astuti. 2016. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Dasar Mahasiswa Pendidikan IPA. Jurnal Pijar MIPA. Vol. XI.No. 1. ISSN: 1907-1744 (Cetak). ISSN: 2410-1500 (Online).

Yulhendri dan Rita Syofyan. 2016. Pendidikan Ekonomi untuk Sekolah Menengah Perencanaan, Strategi, dan Materi Pembelajaran. Jakarta: KENCANA. 
 








             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makalah Global Warming (Pemanasan Global)

Makalah Global Warming (Pemanasan Global) BAB 1 Pendahuluan A.      Latar Belakang Makalah Dalam beberapa tahun terakhir, isu pe...