Jumat, 07 Desember 2018

MAKALAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR FISIKA MODEL INQUIRY


MAKALAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR FISIKA
MODEL INQUIRY


Dosen Pengampu :
Dwi Agus Kurniawan, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh :
1.      Irma Fadilah                     (A1C317005)
2.      Arip Nurrahman              (A1C317023)
3.      Rita Arnila                        (A1C317073)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018



KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. Wb.
Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah strategi belajar mengajar fisika. Karena atas izin-Nya lah batas waktu yang disediakan tidak terlampaui, hingga sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam pelaksanaannya penulis tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dan kemudahan baik berupa saran maupun bentuk bantuan yang lainnya. Untuk itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada :
a.       Bapak Dwi Agus Kurniawan, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu.
b.      Teman-teman
c.       Para pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini
Semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikannya. Penulis harap makalah ini dapat berguna kelak dikemudian hari. Didalam makalah ini banyak sekali pembahasan tentang “Model Pembelajaran Inquiry”, namun penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan untuk perbaikan makalah ini. Jika ada sesuatu yang kurang berkenan penulis mohon maaf.
Demikian sepatah dua patah dari penulis. Atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Jambi,   November 2018

Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii        
DAFTAR TABEL................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang................................................................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah.............................................................................................. 2
1.3  Tujuan  .............................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kajian Teori........................................................................................................ 4
2.1.1        Pengertian Model Pembelajaran Inquiry.................................................... 4
2.1.2        Karakteristik Atau Ciri-ciri Model Pembelajaran Inquiry.......................... 9
2.1.3        Tujuan, Peran dan Manfaat Model Pembelajaran Inquiry....................... 10
2.1.4        Prinsip Model Pembelajaran Inquiry........................................................ 14
2.1.5        Langkah-langkah Model Pembelajaran Inquiry....................................... 15
2.1.6        Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Inquiry..................... 27
2.2 Kajian Kritis..................................................................................................... 28
BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan..................................................................................................... 30
3.2  Saran   ............................................................................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 31
LAMPIRAN......................................................................................................... 35




DAFTAR TABEL

Table 1. Traditional–reform pedagogy continuum....................................... 11
Tabel 2.Sintaks pembelajaran model inquiry................................................ 20





BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.Dibandingkan dengan negara berkembang lainnya, Indonesia memiliki mutu pendidikan yang rendah. Menurut Education For All Global Monitoring Report 2012 yang dikeluarkan oleh UNESCO setiap tahunnya, pendidikan Indonesia berada di peringkat ke-64 untuk pendidikan di seluruh dunia dari 120 negara.
Selama proses pembelajaran, pada umumnya guru jarang mengajak siswa melakukan pengamatan atau praktikum untuk materi yang sedang dipelajari secara nyata. Sebagai gantinyaguru melakukan demonstrasi di depan kelas. Demonstrasi dilakukan karena guru memiliki pertimbangan bahwa kegiatan demonstrasi    tidak menghabiskan waktu yang banyak dan dapat menyelesaikan materi dengan cepat. Penerapan pembelajaran seperti ini akan mengakibatkan siswa kurang mampu melakukan praktikum, sehingga kemampuan siswa seperti  melakukan pengamatan, merumuskan hipotesis, menggunakan alat, mengumpulkan data, mengidentifikasi variabel, membuat kesimpulan dan  kegiatan lain yang dapat mengembangkan keterampilan proses ilmiah yang ada pada diri siswa tidak tampak.
Selain itu, rendahnya hasil belajar siswa karena pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran konvensional. Guru jarang sekali melakukan pendekatan dengan siswa. Guru lebih sering menggunakan pola mengajar dengan menyajikan materi dan penyelesaian soal-soal dengan rumus. Guru hampir tidak pernah menggunakan model ataupun pendekatan pembelajara yang menimbulkan siswa tersebut untuk aktif. Siswa hanya menerima pelajaran, lalu diberi tugas untuk mengerjakan soal-soal tanpa dibimbing untuk mencari, menemukan dan mengaplikasikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari – hari. Hal inilah yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa.
Berdasarkan alasan di atas, upaya yang dapat dilakukan agar siswa aktif selama proses pembelajaran adalah guru menciptakan suasana kelas yang kondusif yaitu dengan cara merancang pembelajaran dengan memanfaatkan model pembelajaran yang menarik dansesuai dengan karakter siswa, agar siswa termotivasi dalam belajar sehingga siswa aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran untuk mengatasi masalah tersebut adalah menggunakan model pembelajaran Inquiry.
Menurut Sanjaya (2006: 194) dalam Maulana et al. (2015: 46), Model inkuiri merupakan model pembelajaran yang penyajiannya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Model inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Pada  model pembelajaran inquiry ini guru hanya sebagai fasilitator, guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan.Hal ini sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 yaitu mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik.
Menurut Elyani (2011) dalam arisa dan simamora (2014: 56), diperoleh rata-rata postest siswa di kelas eksperimen mencapai 77,17 sedangkan pada kelas kontrol rata-rata hasil postes hanya mencapai 62,06. Hal ini memperlihatkan bahwa model Pembelajaran Inquiry training dapat meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Oleh sebab itu model pembelajaran inquiry sangat baik digunakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran serta hasil belajar yang lebih efektif bagi siswa.
1.2  Rumusan Masalah
  1. Apa pengertian model pembelajaran inquiry ?
  2. Bagaimanakah karakteristik atau ciri-ciri model pembelajaran inquiry ?
  3. Apa saja tujuan, peran dan manfaat model pembelajaran inquiry ?
  4. Bagaimana prinsip model pembelajaran inquiry ?
  5. Apa saja langkah-langkah model pembelajaran inquiry ?
  6. Apa sajakah keunggulan dan kelemahan dari model pembelajaran inquiry?
1.3  Tujuan
1.                  Dapat mengetahui pengertian model pembelajaran inquiry.
2.                  Dapat mendeskripsikan karakteristik atau ciri-ciri model pembelajaran
inquiry.                                                                                                    
3.                  Dapat mengetahui tujuan, peran dan manfaat model pembelajaran inquiry.
4.                  Dapat menjelaskan prinsip model pembelajaran inquiry .
5.                  Dapat mengetahui langkah-langkah model pembelajaran inquiry.
6.                  Dapat mengetahui keunggulan dan kelemahan model pembelajaran inquiry.













BAB II
PEMBAHASAN
2.1              Kajian Teori
2.1.1        Pengertian Model Pembelajaran Inquiry
Menurut Lefudin ( 2017: 224), inquiry yang dalam bahasa inggris , inquiry, berarti pertanyaan , pemeriksaan, penyelidikan. Strategi inkuiri ini banyak dipengaruhi oleh aliran belajar kognitif. Menurut aliran ini belajar pada hakikatnya adalah proses mental dan proses berpikir dengan memanfaatakan segala potensi yang dimiliki setiap individu secara optimal, belajar bukan hanya sekedar proses menghapal dan menumpuk ilmu pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan yang diperolehnya bermakna untuk siswa melalui keterampilan berpikir. Seperti yang telah dikemukakan di atas, aliran belajar kognitif selanjutnya melahirkan beberapa teori belajar Gestalt, teori medan, dan teori belajar kontruktivistik. Menurut teori-teori belajar yang beraliran kognitif, belajar pada hakikatnya bukan merupakan peristiwa behavioral yang dapat diamati, tetapi proses mental seseorang untuk memaknai lingkungannya sendiri.
Menurut Mulyasa (2003:234) dalam Chodijah et al. (2012: 6),“Inquiry adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi atau eksperimen untuk mencarijawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis”. Inquiry sebenarnya merupakan prosedur yang biasa dilakukan oleh ilmuwan dan orang dewasa yang memiliki motivasi tinggi dalam upaya memahami fenomena alam, memperjelas pemahaman, dan menerapkannnya dalam kehidupan seharihari. Inquiry menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif .
Menurut Sanjaya (2006: 194) dalam Maulana et al. (2015: 46), Model inkuiri merupakan model pembelajaran yang penyajiannya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Model inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Menurut Joyce dan well (2000) dalam Usdalifah et al. (2016: 9) Berdasarkan Kemendikbud tahun 2014, mengemukakan bahwa inti dari pembelajaran inkuiri adalah melibatkan peserta didik dalam masalah penyelidikan nyata dengan menghadapkan mereka dengan cara penyelidikan (investigasi), membantu mereka mengidentifikasi masalah konseptual atau metodologis dalam wilayah investigasi, dan meminta mereka merancang cara mengatasi masalah. Melalui inkuiri peserta didik belajar menjadi seorang ilmuwan dalam menyusun pengetahuan. Selaim itu peserta didik elajar menghargai ilmu dan mengetahui keterbatasan pengetahuan dan ketergantungan satu dengan yang lain.        
Menurut (Yuliani, 2012:20) dalam Purwasih (2015: 18),  Membedakan model pembelajaran inkuiri menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya intervensi guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru  kepada siswanya. Ketiga jenis model pembelajaran inkuiri tersebut adalah:
1)      Inkuiri Terbimbing
Menurut Sukimarwati (2013: 156),Guided InquiryModelmerupakan model pembelajaran yang menekankan dalam proses penemuan konsep.Guide inquiry model berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara metode ilmiah, dan menempatakn siswa lebih banyak beljar sendiri atau kelompok untuk memecahkan masalah.Model ini mengembangkan keterampilan proses sains dan memusatkan perhatian pada pengembangan motivaasi, dan kemampuan kreaatif,
Menurut Sukimarwati (2013: 156) Tahap-tahap model pembelajaran  Guided InquiryModel yaitu diawali dengan:
a.       Perumusan masalah (inisiasi)
b.      Membuat hipotesis (seleksi)
c.       Merancang percobaan (eksplorsi)
d.      Melaksanakan percobaan (formulasi)
e.       Membuat kesimpulan (koleksi)
f.       Mengkomunikasiakan hasil percobaan (pesentasi)
Tahap penilaian model pembelajaran ini akan lebih efektif apabila ditunjang oleh pembelajaran yang sesuai.
Menurut Santoso et al. (2017:22) Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah satu model pembelajaran yang tepat diterapkan pada kondisi kelas yang kemampuan peserta didiknya bervariasi. Model pembelajaran inkuir terbimbing (guided inquiry) adalah model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, peserta didik juga dilatih mengembangan kemampuan untuk berpikir, peserta didik dilatih berpikir kritis. Selain ini dapat membangkitkan gairah belajar pada peserta didik. Pembelajaran inkuiri terbimbing diterapkan agar peserta didik diberi kesempatan untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi secara individu ataupun berkelompok. Dan dilatih untuk beriteraksi dengan teman sebaya didalam kelas agar saling bertukar informasi.
Menurut Mediawati (2014:8), Model pembelajaran inkuiri memiliki kelebihan yaitu:
a)      Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan
b)      Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inkuiri
c)      Mendukung kemampuan problem solving siswa
d)     Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun guru dengan siswa. Dengan demikian siswa terlatih untuk enggunakan bahasa indonesia dengan baik dan benar
e)      Materi yang dipelajari akan mencapai tingkat kemampuan yang lebih lama membekas dalam ingatan karena sisiwa dilibatkan dalam proses menemukannya.
2)      inkuiri bebas;
3)      inkuiri yang dimodifikasi. 
Menurut Handriani et al. (2015: 211), MPI memiliki tingkatan berdasarkan kompleksitas dalam penerapannya. Mengelompokkan MPI menjadi empat tingkatan, yaitu inkuiri terstruktur (structured inquiry), inkuiri terbimbing (guided inquiry), inkuiri terbuka (open inquiry), dan siklus belajar (learning cycle). Penjelasannya sebagai berikut:
1)      inkuiri terstruktur, pada kegiatan pembelajaran guru menyediakan rumusan masalah penyelidikan, bahan, dan prosedur, sedangkan hasilnya dicari oleh siswa sendiri;
2)      inkuiri terbimbing, pada kegiatan pembelajaran guru hanya menyediakan bahan dan rumusan masalah penyelidikan, dan siswa merancang prosedur penyelidikan untuk mencari jawaban permasalahan;
3)      inkuiri terbuka, pada inkuiri ini siswa terlibat dalam merumuskan masalah yang diteliti. Inkuiri ini mirip seperti cara kerjanya para peneliti;
4)      siklus belajar, pembelajaran dengan tahap yang sudah diatur sedemikian rupa sehingga siswa ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran. Siklus belajar menekankan siswa untuk menemukan konsep baru, kemudian guru memberi jawaban formal nama konsep tersebut, dan siswa mengaplikasikan konsep tersebut dalam konteks yang berbeda.
Menurut Lahadisi (2014: 95-96), beberapa macam model pembelajaran inquiri yang dikemukakan oleh Sund dan Trowbridge dalam Hamruni, diantaranya:
1.      Guide Inquiry
Pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaanya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada guru.
2.      Modified inquiry
Model ini memiliki ciri yaitu guru hanya memberikan permasalahantersebut melalui pengamatan, percobaan, atau prosedur penelitianuntuk memperoleh jawaban
3.      Free inquiry
Pada model ini siswa harus mengidentifikasi dan merumuskan macam problema yang dipelajari dan dipecahkan.


4.      Inquiry Role Approach
Model pembelajaran inkuiri pendekatan peranan ini melibatkan siswa dalam tim-tim yang masing-masing terdiri atas empat orang untuk memecahkan masalah yang diberikan.
5.      Invitation Into Inquiry
Model inkuiri jenis ini siswa dilibatkan dalam proses pemecahan masalah dengan cara-cara yang ditempuh para ilmuwan.
6.      Pictorial Riddle
Pada model ini merupakan metode mengajar yang dapat mengembangkan motivasi dan minat siswa dalam diskusi kelompok kecil tau besar, gambar, peragaan, atau situasi sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara berpikir kritis dan kreatif para siswa.
7.      Synectics Lesson
Model ini lebih memusatkan keterlibatan siswa untuk membuat berbagai macam bentuk kiasan supaya dapat membuka intelegensinya dan mengembangkan kreativitasnya.
8.      Value Clarification
Pada model ini siswa lebih difokuskan pada pemberian kejelasan tentang suatu tata aturan atau nilai-nilai pada suatu proses pembelajaran.

2.1.2        Karakteristik Atau Ciri-ciri Model Pembelajaran Inquiry
Menurut Sanjaya (2006: 194) dalam Maulana et al. (2015: 46), Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama model inkuiri, yaitu:
a.       Inkuiri menekankan kepada aktivitas secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya model inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
b.      Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian model pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
c.       Dapat mengembangkan kemampuan berpikri secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian dalam model inkuiri siswa tak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
Menurut Minner et al. (2010: 478),inquiry science instruction can be characterized as having three aspects:
1)      Thepresence of science content,
2)      student engagement with science content, and
3)      student responsibility forlearning, student active thinking, or student motivation within at least one component of instruction question, design, data, conclusion, or communication.
Terjemahannya:
Menurut Minner et al. (2010: 478), instruksi ilmu inquiry dapat dicirikan memiliki tiga aspek:
1)      Keberadaan konten sains,
2)      Keterlibatan siswa dengan konten sains, dan
3)      Tanggung jawab siswa untuk belajar, pemikiran aktif siswa, atau motivasi siswa dalam setidaknya satu komponen pertanyaan instruksi, desain, data, kesimpulan, atau komunikasi.

2.1.3        Tujuan, Peran dan Manfaat Model Pembelajaran Inquiry
A.    Tujuan Model Pembelajaran Inquiry
Tujuan utama model inquiry adalah menolong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka. Model inquiry merupakan bentuk pembelajaran yang beorientasi kepada siswa (student centered approach), sebab siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran (Maulana et al., 2015: 47).
Menurut Setiawan (2006) dalam Maulana et al. (2015: 48), Adapun tujuan model inkuiri, adalah:
a.       Mengembangkan sikap, keterampilan, kepercayaan siswa dalam memecahkan masalah atau memutuskan sesuatu secara tepat (objektif).
b.      Mengembangkan kemampuan berpikir siswa agar lebih tanggap, cermat, dan nalar (kritis, analitis, dan logis).
c.       Membina dan mengembangkan sikap ingin tahu lebih jauh (curiousity).
d.      Mengungkapkan aspek pengetahuan (kognitif) maupun sikap (afektif).
Jadi, tujuan inkuiri pada dasarnya  melatih siswa untuk  belajar  bagaimana menemukan sendiri  pemecahan  masalah yang sedang dihadapi. Juga melatih siswa memahami  materi pembelajaran dari pengalaman yang ditemukan melalui proses inkuiri tersebut.

B.     Peran Guru dan Siswa dalam Model Pembelajaran Inquiry
Menurut Trianto (2007: 136) dalam buku Maulana et al. (2015: 47), Peran guru dalam pembelajaran inquiry:
a)      Motivator, memberikan rangsangan agar siswa mengalami bergairah berpikir.
b)      Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan.
c)      Penanya, Menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat.
d)     Administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas.
e)      Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
f)       Manajer, mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.

Menurut Simatupang (2015:  35) Dalam model pembelajaran inkuiri, guru berperan sebagai:
a)      Motivator, artinya guru mendorong siswa agar dapat berpikir kritis melalui penyajian masalah
b)      Fasilisator, artinya guru membantu siswa ketika mengalami kesulitan, dan
c)      Pengarah, guru sebagai pengarah artinya guru memimpin siswa agar mencapai tujuan pembelajaran yang telah diterapkan.
According to Anderson (2002: 5),  Table 1. Traditional–reform pedagogy continuum:
Predominance of old orientation
Predominance of new orientation
Teacher Role:
As dispenser of knowledge
Transmits information communicates with individuals directs student actions explains conceptual relationships teacher knowledge is static directed use of textbook, etc.

As coach and facilitator
Helps students process info. Communicates with groups Coaches student actions facilitatesstudent thinking models the learning process flexible use of materials
Student Role:
As passive receiver
Records teacher’s information memorizes information follows teacher directiions defers to teacher as authority

As self-directed learner
Processes information interprets, explains, hypoth. Designs own activities shares authority for answers
Student work:
Teacher-prescribed activities
Completes worksheets all students complete same tasks teacher directs tasks absence of items on right

Student-directed learning
Directs own learning tasks vary among students design and direct own tasks emphasizes reasoning, reading and writing for meaning, solving problems, building form existing cognitive structures, and explaining complex problems.

Terjemahannya:
Menurut Anderson (2002: 5), table 1. Regenerasi pedagogi tradisional-reformasi
Dominasi orientasi lama
Mendominasi orientasi baru
Peran Guru:
Sebagai dispenser pengetahuan
Mentransmisikan informasi berkomunikasi dengan individu mengarahkan tindakan siswa menjelaskan hubungan konseptual pengetahuan guru adalah penggunaan statis buku teks, dll.

Sebagai pelatih dan fasilitator
Membantu siswa memproses info. Berkomunikasi dengan kelompok Pelajar siswa tindakan memfasilitasi model pemikiran siswa proses pembelajaran penggunaan bahan fleksibel
Peran Siswa:
Sebagai penerima pasif
Catatan informasi guru yang menghafal informasi mengikuti arahan pengarah guru ke guru sebagai otoritas

Sebagai pembelajar mandiri
Memproses interpretasi informasi, menjelaskan, hipotesis. Desain kegiatan sendiri memiliki otoritas untuk jawaban
Pekerjaan Siswa:
Kegiatan yang ditentukan oleh guru
Melengkapi lembar kerja semua siswa menyelesaikan tugas yang sama guru mengarahkan tugas tidak adanya item di sebelah kanan

Pembelajaran yang diarahkan oleh siswa
Mengarahkan tugas belajar sendiri bervariasi di antara desain siswa dan mengarahkan tugas sendiri menekankan penalaran, membaca dan menulis untuk makna, memecahkan masalah, membangun bentuk struktur kognitif yang ada, dan menjelaskan masalah yang kompleks.

C.    Manfaat Model Pembelajaran Inquiry
Menurut Sanjaya (2006) dalam Nurjannah (2017: 111-112),Manfaat model pembelajaran inquiry bagi anak dalam proses belajar antara lain sebagai berikut:
a.       Membantu dan mengembangkan konsep pada diri anak, sehingga anak dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide  lebih baik.
b.      Membantu dan menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
c.       Membantu anak untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap objektif, jujur dan terbuka.
d.      Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.
e.       Memberi stimulasi/rangsangan terhadap proses belajar anak lebih baik.
f.       Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
g.      Memberi kebebasan anak untuk belajar sendiri. 

2.1.4        Prinsip Model Pembelajaran Inquiry
Menurut Ibnu Badar dalam Mariyaningsih et al. (2018: 61), terdapat beberapa prinsip pembelajaran inkuiri meliputi:
1)      Berorientasi pada pengembangan intelektual
Pembelajaran inkuiri berorientasi kepada hasil dan proses belajar karena tujuan utama pada model pembelajaran inkuiri adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa
2)      Prinsip Interaksi
Guru bukanlah satu-satunya sumber belajr siswa,karena pada dasarnya prosees pembelajaran terjadi manakala ada proses interaksi baik antarsiswa, antara siswa dengan guru bahkan antara siswa dengan lingkungan. Jadi dalam hal ini perean guru adalah mengatur  lngkungan belajar dan interaksi yang diharapkan terjadi.
3)      Prinsip bertanya
Kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap mlangkah inkuiri sangat diperlukan, selalu dikembangkan pula sikap kritis siswa dengan selalu bertanya dan mempertnyakan berbagai fenomena yang dipelajari
4)      Prinsip belajar untuk berpikir
Belajar bukan sekedar mengingat sejumlah fakta, melainkan sejumlah proses berpikir, yang dimaksud berpikir disini adalah proses mengembangkan potensi seluruh otak. Berpikir adalah menggunaan dan pemanfaatan otak secara maksimal.
5)      Prinsip keterbukaan
Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan sehingga pelajaran yang dipelajari menjadi bermakna, pembelajaran yang bermakna merupakan pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya oleh siswa sendiri.
Menurut Wena (2009:76) dalam Chodijah et al. (2012: 9), menjelaskan prinsip model inquiry yaitu:
a.       Peserta didik akan bertanya jika mereka dihadapkan pada masalah yang membingungkan
b.      Peserta didik dapat menyadari dan belajar menganalisis strategi berfikir mereka.
c.       Strategi berfikir baru dapat diajarkan secara langsung dan ditambahkan pada apa yang telah mereka miliki.
d.      Inquiry dalam kelompok dapat memperkaya khazanah pikiran dan membantu peserta didik belajar mengenai sifat pengetahuan yang sementara dan menghargai pendapat orang lain.

2.1.5        Langkah-langkah Model Pembelajaran Inquiry
Menurut Sanjaya dalam Cahyani (2016:142), proses pembelajaran inkuiri dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1)      Orientasi
2)      Merumuskan Masalah
3)      Mengajukan hipotesis
4)      Mengumpulkan data
5)      Menguji hipotesis
6)      Merumuskan kesimpulan
Pengajaran guru yang melibatkan ke enam – enam fasa ini menggambarkan aplikasi model inkuiri. Model ini boleh digunakan sama ada di peringkat rendah atau pun menengah, bagi memastikan pengajaran secara inkuiri ini berjaya, guru hendak lah memahirkan diri dengan langkah atau fasa inkuri serta yakin dalam menggunakan model ini terlebih dahulu, selain itu guru hendaklah merancang pengajaran dengan teliti.
Menurut Majid (2016: 224-226), secara umum proses pembelajaran dengan menggunakanstrategi dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.
a.       Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasanaatau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini, gurumengkondjsikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran.Guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkanmasalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting.Keberhasilan startegi ini sangat tergantung pada. kemauan siswauntuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkanmasalah. Tanpa kemauan dan kemampuan tersebut tak mungkinproses pembelajaran akan berjalan dengan lancar.

b.      Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah melibatkan siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki tersebut karena masalah tersebut pasti ada jawabannya sehingga siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat panting dalam strategi inkuiri. Oleh sebab itu, melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses belajar.
c.       Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawabansementarahipotesis perludiuji kebenarannya. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarangperkiraantetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokohsehinggahipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis.Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat dipengaruhioleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman.Dengandemikian, setiap individu yang kurang mempunyai wawasanakan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis.
d.      Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasiyang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan prosesmental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Prosespengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuatdalam belajar, tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Oleh karena itu, tugas dan peranguru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaanyang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yangdibutuhkan. Sering terjadi kemacetan berinkuiri adalah manakalasiswa tidak apresiatif terhadap pokok permasalahan. Tidak apresiatifitu biasanya ditunjukkan oleh gejala-gejala ketidakgairahan dalambelajar. Manakala guru menemukan gejala-gejala semacam ini, guruhendaknya secara terus-menerus memberikan dorongan kepadasiswa untuk belajar melalui penyuguhan berbagai jenis pertanyaansecara merata kepada seluruh siswa sehingga mereka terangsang untuk berpikir.
e.       Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yangdianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperolehberdasarkan pengumpulan data. Dalam menguji hipotesis yangterpenting adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawabanyang diberikan. Di samping itu, menguji hipotesis juga berartimengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaranjawabanyang diberikanbukan hanya berdasarkanargumentasiakan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapatdipertanggungjawabkan.
f.       Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuanyang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskankesimpulan merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran.Sering terjadi, karena banyaknya data yang diperoleh menyebabkankesimpulan yang dirumuskan tidak fokus pada masalah yanghendak dipecahkan. Oleh karena itu, untuk mencapai kesimpulanyang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa datamana yang relevan.
According to Hutahaean et al. (2017: 31), the science process skills is a complex capability device commonly used in conducting scientific inquiry into a series of learning process.Science process skills in this study refers to are as follows 1) obseving, 2) asking question, 3) Formulate hypotheses, 4) Find patterns and variable relationships, 5) Communicate effectively, 6) Designing an experiments,7) conducting an experiments ,8) Make a conclusion. Menurut Hutahaean et al. (2017: 31), keterampilan proses sains adalah perangkat kemampuan kompleks yang biasa digunakan dalam melakukan penyelidikan ilmiah ke dalam serangkaian proses pembelajaran. Keterampilan proses sains dalam penelitian ini mengacu adalah sebagai berikut 1) obseving, 2) mengajukan pertanyaan, 3) Merumuskan hipotesis, 4) Menemukan pola dan hubungan variabel, 5) Berkomunikasi secara efektif, 6) Merancang percobaan, 7) melakukan percobaan, 8) Buat kesimpulan.
Menurut Zaini et al. ( 2008: 28-29), langkah-langkah inquiri adalah sebagai berikut:
1.      Buat satu pertanyaan tentang satu pelajaran yang dapat membangkitkan minat peserta didik untuk mengetahui lebih lanjut atau mendiskusikannya dengan teman. Pertanyaan tersebut harus dibuat yang sekiranya hanya diketahui oleh sebagian kecil peserta didik. Misalnya adalah :
·   Pengetahuan sehari-hari (“ mengapa harga BBM naik ?”)
·   Bagaimana (“ Menurut prinsip-prinsip andragogi, bagaimana seharusnya seorang pengajar memperlakukan peserta didiknya?”)
·   Definisi (“Apakah tujuan pembelajran itu?”)
·   Ide pokok (“Menurut anda, apa yang dibahas dalam topik ini?”)
·   Cara kerja sesuatu (“ Apa yang menyebabkan concept map dapat dipahami oleh orang lain?”)
·   Produk/hasil (“Menurut Anda apa yang akan dihasilkan oleh pelatihan ini?”)
·   Solusi (“Apa jalan keluarnya jika tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh seorang pengajar?”)
2.      Anjurkan peserta didik untuk menjawab apa saja sesuai dengan dugaan mereka. Gunaka kata-kata; coba perkirakan, apa kira-kira? Dan lain-lain.
3.      Jangan memberi jawaban secara langsung. Tamping semua dugaan-dugaan, biarkan peserta didik bertanya-tanya tentang jawaban yang benar,
4.      Gunakan pertanyaan tersebut sebagai jembatan untuk mengajarkan apa yang akan anda ajarkan kepada peserta didik. Jangan lupa beri jawaban yang benar di tengah-tengah anda menyampaikan pelajaran/perkuliahan.
Unsur-Unsur dalam Model Pembelajaran Inquiry
·         Sintaks ( struktur model pengajaran )
            Menurut Joyce et al. (2015:151-152) Sintaks memiliki beberapa fase-fase,tetapi tidak diurutkan secara kaku.
·         Fase satu, bidang penyelidikan dikemukakan oleh kepada siswa, termasuk metodologi-metodologi yang digunakan dalam penyelidikan tersebut.
·         Fase dua, masalah disusun sehingga siswa mengidentifikasi suatu kesulitan dalam penyelidikan, kesulitan mungkin menjadi salah satu inpretasi data,pembentukan data, kendali eksperimen, atau pembuatan kesimpilan.
·         Fase tiga, siswa diminta untuk berspekulasi tentang masalah, sehingga siswa dapat mengidentifikasi kesulitan yang terlibat dalam penelitian.
·         Fase empat, siswa kemudian diminta memikirkan cara-cara memecahkan kesulitan dengan merancang ulang eksperimen,  menyusun data dengan cara-cara yang berbeda, menghasilkan data, mengembangkan kontstruk, dan sebagainya.
Menurut Hermawan dan Sondang S. (2013: 34), Sintaks pembelajaran model inquiry :
Fase-Fase
Kegiatan Pembelajaran
1.      Menyajikan pertanyaan
Guru membimbing siswa Mengidentifikasi masalah dan di tulis di papan tulis. Guru membagi siswa ke dalam kelompok.
2.      Membuat Hipotesis
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyidikan.
3.      Merancang percobaan
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hiptesis yang akan dilakukan. Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan.
4.      Melakukan percobaan untuk memperolah informasi
Guru membiming siswa mendapat informasi melalui percobaan
5.      Mengumpulkan dan menganalisa data
Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul
6.      Membuat kesimpulan
Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan
Tabel 2. Sintaks pembelajaran model inquiry
According to Vanaja  (2003: 40), syntax for inquiry training models (ITM): it is the plan of action that a teacher has to follow while using ITM in the classroom. It is devided into five phases.
Phase 1:   Encounter with the problem: In this phase the teacher explains the rules of the model and presents a puzzling or problem situation.
Phase 2:   Data gathering - verification
Phase 3:   Data gathering – Experimentation
            In phase 2 and 3 students have to gather data for analysis, verification and experimentation. The students are required to ask series of questions such that the teacher can answer by only ‘yes’ or ‘no’. there are three distinct steps in the data gathering process:
        i.            Verifying the nature of objects, conditions and properties and occurrence of event.
      ii.            Isolating the irrelevant variables and conditions through experimentation could be of two-type (a) verbal and (b) manipulative.
    iii.            Hypothesizing and testing causal relationships through experimentation.
Phase 4:   Formulation of an Explanation: in this phase the students try to formulate an explanation on the basis of the data gathered in Phase 2 and 3.
          According to Suchman theory building takes place at four levels:
a)  Simple linear causation.
b)  Theories of properties.
c)  Analysis.
d)  Application of a generalization.
Phase 5:   Analysis of inquiry process: in this phase the students analyze their patterns of thinking. They identify the questions that were useful in analysing data and those that were irrelevant.
                 Terjemahannya:
Menurut Vanaja (2003: 40), sintaks untuk model pelatihan inquiry (ITM): itu adalah rencana tindakan yang harus diikuti oleh seorang guru ketika menggunakan ITM di kelas. Dibagi menjadi lima fase.
Fase 1: Bertemu dengan masalah: Pada tahap ini guru menjelaskan aturan model dan menyajikan situasi yang membingungkan atau bermasalah.
Fase 2: Pengumpulan data – verifikasi
Fase 3: Pengumpulan data – Eksperimen
            Pada fase 2 dan 3 siswa harus mengumpulkan data untuk analisis, verifikasi dan eksperimen. Para siswa diminta untuk mengajukan serangkaian pertanyaan sedemikian rupa sehingga guru dapat menjawab hanya dengan 'ya' atau 'tidak'. ada tiga langkah berbeda dalam proses pengumpulan data:
        i.            Memverifikasi sifat benda, kondisi dan sifat dan kejadian kejadian.
      ii.            Mengisolasi variabel dan kondisi yang tidak relevan melalui eksperimen dapat berupa dua tipe (a) verbal dan (b) manipulatif.
    iii.            Hipotesis dan pengujian hubungan kausal melalui eksperimen.
Fase 4: Perumusan Penjelasan: dalam fase ini para siswa mencoba untuk merumuskan penjelasan berdasarkan data yang dikumpulkan pada Tahap 2 dan 3.
Menurut teori Suchman, bangunan berlangsung di empat tingkat:
a)      Penyebab linier sederhana.
b)     Teori-teori properti.
c)      Analisis.
d)     Penerapan generalisasi.
Fase 5: Analisis proses inkuiri: dalam fase ini para siswa menganalisis pola pikir mereka. Mereka mengidentifikasi pertanyaan yang berguna dalam menganalisis data yang tidak relevan.
·         Sistem Social
          Iklim yang kooperatif dan teliti diperlukan. Karena siswa dipersilahkan masuk kedlam komunitas pencari yang menggunakan teknik-teknik ilmu pengetahuan terbaik., iklim tersebut mencakup tingkat keberanian dan kesederhanaan tertentu. Para  siswa mampu membuat hipotesis secara teliti, menantang bukti, mengkritis rancangan penelitian, dan sebagainya. Selain menerima perlunya untuk teliti,, para siswa juga harus mengenal sifat yang sementara dan tiba-tiba dari pengetahuan mereka sendiri serta bidang ilmu pengetahuan tersebut, dan dalam melakukannya juga mengembangkan kesederhanaan tertentu menyangjut pendekatan mereka ke mata pelajaran ilmiah yang dikembangkan  dengan baik (Joyce et al., 2015:151-152).
          According to Vanaja (2003: 41), This model is based on the assumption that team approach is better than individual approach. The social system here is cooperation. The teacher and students participate as equals where ideas are concerned. Teacher acts as a facilitator to conduct the students in their pursuit of an explanation to the discrepant event.
a)  Teacher’s Role: The teacher performs a large number of roles in this model. He selects the problem situation, acts as a referee in the inquiry, responds to the students queries, probes with necessary information, helps beginners to focus on inquiry process, facilitates discussion of the problem situation among students, acts as a recorder, keeps track of inquiryby recording theories and types of questions on the black board, and helps students to arrive at explanations.
b)  Student’s Role: Students play an active role in this model. They find out the discrepancy from the problem and try to account for it. The collect data by asking pinpointed questions that can be answered by a ‘yes’ or ‘no’. they logically arrange data gathered and try to put forward suitable explanations. They finally suggest analogies and generalize the theory.
c)  Classroom procedure: This model emphasizes group activity. The students are given the freedom to interact among themselves. They can arrange their places at their will. They can consult the library, perform experiments or use any related books. The model requires on open classroom climate where the teacher acts as an instructional manager and monitor.
Terjemahannya:
Menurut Vanaja (2003: 41), Model ini didasarkan pada asumsi bahwa pendekatan tim lebih baik daripada pendekatan individual. Sistem sosial di sini adalah kerja sama. Guru dan siswa berpartisipasi sebagai sederajat di mana ide-ide diperhatikan. Guru bertindak sebagai fasilitator untuk memimpin siswa dalam mengejar penjelasan tentang kejadian yang tidak sesuai.
a)     Peran Guru: Guru melakukan sejumlah besar peran dalam model ini. Dia memilih situasi masalah, bertindak sebagai wasit dalam penyelidikan, menanggapi pertanyaan siswa, menggali dengan informasi yang diperlukan, membantu pemula untuk fokus pada proses penyelidikan, memfasilitasi diskusi tentang situasi masalah di kalangan siswa, bertindak sebagai perekam, melacak menyelidiki teori pencatatan dan jenis pertanyaan di papan tulis, dan membantu siswa untuk sampai pada penjelasan.
b)    Peran Siswa: Siswa memainkan peran aktif dalam model ini. Mereka mencari tahu perbedaan dari masalah dan mencoba untuk memperhitungkannya. Pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan berspekulasi yang dapat dijawab oleh ‘ya’ atau ‘tidak’. mereka secara logis mengatur data yang dikumpulkan dan mencoba untuk mengedepankan penjelasan yang sesuai. Mereka akhirnya menyarankan analogi dan generalisasi teori.
c)     Prosedur kelas: Model ini menekankan aktivitas kelompok. Para siswa diberikan kebebasan untuk berinteraksi di antara mereka sendiri. Mereka dapat mengatur tempat mereka sesuai keinginan mereka. Mereka dapat berkonsultasi dengan perpustakaan, melakukan eksperimen atau menggunakan buku-buku terkait. Model ini membutuhkan iklim kelas terbuka di mana guru bertindak sebagai manajer instruksional dan memantau.
·         Prinsip-prinsip Reaksi
Tugas guru adalah mengasuh penelitian dengan menekankan proses penelitian dan memengaruhi siswa untuk bercermin padanya. Guru perlu berhati-hati sehingga identifikasi fakta-fakta tidak menjadi isu sentral dan sebaiknya mendorong tingkat ketelitian yang baik dalam penelitian. Guru sebaiknya mengarahkan siswa menuju pembentukan hipotesis, interpretasi data, dan perkembangan kontsturk, yang dipandang sebagai cara menginterpretasikan relita secara cepat (Joyce et al., 2015:151-152).
            According to Vanaja (2003: 40-41), In this model the most important reactions of the teacher takes place during the second and third phases. In the second phase, the task of the teacher is to help the students to inquire but not to do the inquiry for them. Many a time students may ask questions that cannot be answered with a ‘yes or ‘no’. in such situations, the teacher must ask the students to rephrase their questions so that their attempt to collect data progresses smoothly. The teacher can if necessary keep the ball of inquiry rolling by making new information available to the group and focus on a particular problem even by raising questions.
Terjemahannya:
Menurut Vanaja (2003: 40-41), Dalam model ini reaksi yang paling penting dari guru terjadi selama fase kedua dan ketiga. Pada tahap kedua, tugas guru adalah membantu siswa untuk bertanya tetapi tidak melakukan penyelidikan untuk mereka. Banyak waktu siswa dapat mengajukan pertanyaan yang tidak dapat dijawab dengan 'ya atau' tidak '. dalam situasi seperti itu, guru harus meminta siswa untuk mengulang kembali pertanyaan mereka sehingga upaya mereka untuk mengumpulkan data berjalan dengan lancar. Guru dapat jika perlu menjaga bola penyelidikan bergulir dengan membuat informasi baru tersedia untuk kelompok dan fokus pada masalah tertentu bahkan dengan mengajukan pertanyaan.
·         Sistem Pendukung
           Instruktur yang terampil dan fleksibel dalam poses penelitian adalah suatu keharusan.Pelajaran dapat disajikan dalam jarak  jauh, tetapi akses yang mudah didapat untuk seorang instruktur adalah penting struktur campuran dengan pengajaran yang kuat di sekolah adalah kemungkinan yang baik (Joyce et al., 2015:151-152).
          According to Vanaja (2003: 41), The main requirements of this model are a set of discrepant events, teacher’s knowledge about the inquiry process and resource material related to problem.
          Terjemahannya:
             Menurut Vanaja (2003: 41), Persyaratan utama dari model ini adalah serangkaian kejadian yang tidak sesuai, pengetahuan guru tentang proses penyelidikan dan materi sumber yang terkait dengan masalah.
2.1.6        Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Inquiry
A.    Keunggulan Model Pemelajaran Inquiry
Menurut Sanjaya (2006: 206) dalam Setiasih (2016: 424), Beberapa kelebihan dari model pembelajaran inkuiri, yaitu:
·         Menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran lebih bermakna.
·         Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
·         Dianggap sebagai model yang sesuai dengan perkembangan psikologi modern.
·         Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata.
Menurut Roestiyah (2012) dalam Setiasih (2016: 424), Model pembelajaran inkuiri memiliki beberapa kelebihan yaitu:
·         Dapat membantu siswa dalam menggunakan ingatan yang sudah ada untuk dikaitkan dengan konsep yang akan dibahas
·         Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri,
·         Memberi kebebasan pada siswa dalam belajar
·         Mendorong siswa untuk dapat berpikir dan memecahkan masalah atas masalah yang sedang dihadapinya.
Menurut Mediawati ( 2014 :8), Model pembelajaran inkuiri memiliki kelebihan yaitu:
a)      Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan
b)      Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inkuiri
c)      Mendukung kemampuan problem solving siswa
d)     Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun guru dengan siswa. Dengan demikian siswa terlatih untuk enggunakan bahasa indonesia dengan baik dan benar
e)      Materi yang dipelajari akan mencapai tingkat kemampuan yang lebih lama membekas dalam ingatan karena sisiwa dilibatkan dalam proses menemukannya.
Hal ini terbukti setelah melalui proses pembelajaran inkuiri terbimbing kemampuan pemecahan masalah secara matematis siswa meningkat. Lebih baik dibandingkan dengan siswa yang belajar menggunakan pembelajaran Konvensioanal, Interaksi antar siswa sangat baik, pembelajaran seperti ini dapat menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan mengemukakan pendapat.
B.     Kelemahan Model Pemelajaran Inquiry
            Menurut Mariyaningsih et al. (2018:64), Pembelajaran inkuiri memiliki kelemahan sebagai berikut:
1)      Memerlukan waktu yang relatif lebih panjang
2)      Diperlukan usaha ekstra keras dari guru untuk mengubah kebiasaan belajar siswa yang lebih banyak mengandalkan informasi dari guru
3)      Kadang sulit dalam menentukan indicator keberhasilan pembelajaran
4)      Sistem pendidikan di Indonesia yang dominan menyatakan kriteria keberhasilan belajar adalah menguasa materi, maka strategi ini akan mengalami tantangan dalam pengimplementasiannya.
2.2    Kajian Kritis
Model pembelajaran inquiry merupakan model pembelajaran yang sangat efektif karena model pembelajaran inquiry merupakan model pembelajaran yang penyajiannya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Dimana guru hanya berperan sebagai motivator, fasilitator, penanya, administrator dan pengarah yang memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Dalam pelaksanaannya model pembelajaran inquiry ini harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut diantaranya: berorientasi pada pengembangan intelektual, prinsip interaksi, prinsip bertanya, prinsip belajar untuk berpikir, dan prinsip keterbukaan. Sedangkan langkah-langkah dari model pembelajaran inquiry ini yaitu yang pertama orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data , menguji hipotesis dan yang terakhir yaitu merumuskan kesimpulan. Model pembelajaran inquiry terdiri atas beberapa unsur yaitu sintaks, sintaks ini terdiri dari beberapa fase: mulai dari bertemu dengan masalah hingga analisis proses inquiry; system social, Sistem sosial di sini adalah kerja sama; prinsip reaksi; dan system pendukung.
Beberapa kelebihan dari model pembelajaran inkuiri, yaitu:
·         Menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran lebih bermakna.
·         Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
·         Dianggap sebagai model yang sesuai dengan perkembangan psikologi modern.
·         Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata.
Kelemahan pembelajaran inkuiri sebagai berikut:
1)      Memerlukan waktu yang relatif lebih panjang
2)      Diperlukan usaha ekstra keras dari guru untuk mengubah kebiasaan belajar siswa yang lebih banyak mengandal informasi dari guru
3)      Kadang sulit dalam menentukan indicator keberhasilan pembelajaran
4)      Sistem pendidikan di Indonesia yang dominana yang menyatakan kriteria keberhasilan belajar adalah menguasa materi, maka strategi ini akan mengalami tantangan dalam pengimplementasiannya.


BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Inquiry yang dalam bahasa inggris, inquiry, berarti pertanyaan, pemeriksaan, penyelidikan. Model inkuiri merupakan model pembelajaran yang penyajiannya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Model pembeljaran inquiry memiliki tingkatan berdasarkan kompleksitas dalam penerapannya, pengelompokan tersebut  yaitu inkuiri  terstruktur (structured inquiry), inkuiri terbimbing (guided inquiry), inkuiri terbuka (open inquiry), dan siklus belajar (learning cycle).Instruksi ilmu inquiry dapat dicirikan memiliki tiga aspek:
1.      Keberadaan konten sains,
2.      Keterlibatan siswa dengan konten sains, dan
3.      Tanggung jawab siswa untuk belajar, pemikiran aktif siswa, atau motivasi siswa dalam setidaknya satu komponen pertanyaan instruksi, desain, data, kesimpulan, atau komunikasi.
Tujuan utama model inquiry adalah menolong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka. Model inquiry merupakan bentuk pembelajaran yang beorientasi kepada siswa (student centered approach), sebab siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran. Manfaat model pembelajaran inquiry bagi anak dalam proses belajar antara lain sebagai berikut:
a.         Membantu dan mengembangkan konsep pada diri anak, sehingga anak dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide  lebih baik.
b.        Membantu dan menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
c.         Membantu anak untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap objektif, jujur dan terbuka.
d.        Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.
e.         Memberi stimulasi/rangsangan terhadap proses belajar anak lebih baik.
f.         Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
g.        Memberi kebebasan anak untuk belajar sendiri. 
Beberapa kelebihan dari model pembelajaran inkuiri, yaitu:
·         Menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran lebih bermakna.
·         Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
·         Dianggap sebagai model yang sesuai dengan perkembangan psikologi modern.
·         Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata.
Kelemahan pembelajaran inkuiri sebagai berikut:
·         Memerlukan waktu yang relatif lebih panjang
·         Diperlukan usaha ekstra keras dari guru untuk mengubah kebiasaan belajar siswa yang lebih banyak mengandal informasi dari guru
·         Kadang sulit dalam menentukan indicator keberhasilan pembelajaran
·         Sistem pendidikan di Indonesia yang dominana yang menyatakan kriteria keberhasilan belajar adalah menguasa materi, maka strategi ini akan mengalami tantangan dalam pengimplementasiannya.

3.2  Saran
Sabagai seorang guru dan calon guru di masa yang akan datang, sebaiknya jadilah guru yang pandai dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan kepada siswanya agar apa yang di sampaikan dapat diterima dengan baik. Karena tidak semua model pembelajaran efisien digunakan pada materi pembelajaran apa saja.



DAFTAR PUSTAKA
Anderson, R. D. 2002. Reforming Science Teaching: What Research says about Inquiry. Journal of Science Teacher Education vol 13(1): 1-12.
Arisa, Y., dan P. Simamora. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Fluida Statis. Jurnal Inpafi vol 2(4): 54-60
Cahyani E.D,2016.Pembelajaran matematika berbasis masalah dengan strategi inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi ditinjau dari kemampuan siswa dari mts.Vol.28.No.2.ISSN : 0852-0976.
Chodijah, S., A. Fauzi., dan R. Wulan. 2014. Pengaruh Perangkat Pembelajaran Fisika Menggunakan Model Guided Inquiry yang dilengkapi Penilaian Portofolio pada Materi Gerakan Melingkar..ISSN:2252-3014.
Handriani L.S,dkk. 2015. pengaruh model pembelajaran inkuiri terstruktur dengan pendekatan saintifik terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar fisika siswa.Vol.1No.3.ISSN:2407-6902.
Hermawan dan Sondang, S. 2013. Perbedaan Hasil Belajar Menggunakan  Model Guided Discovery Dengan Model Inquiry Pada Pelajaran Memahami Sifat Dasar Sinyal Audio Di Smk N 2 Surabaya.Jurnal Pendidikan Teknik ElektroVol 1 (1):
Hermawan eriyan,dkk.2013. perbedaan hasil pelajaran menggunakan model GUIDED DISCOVERY dengan model INQUIRY pada pelajaran memahami sifat dasar sinyal audio di SMK N 2 SURABAYA.Vol.1.No.1.
Hutahaean, R., et al. 2017. The Effect of Scientific Inquiry Learning Model Using                Macromedia Flash on Student’s Concept Understanding and Science             Process Skills in Senior High School.IOSR Journal of Research &        Method in Education (IOSR-JRME).Volume 7. Issue 4. ISSN: 2320–        737X.
Joyce Bruce, dkk. 2016. Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Lahadisi. 2014. Inkuiri: Sebuah Strategi Menuju Pembelajaran Bermakna. Jurnal   Al-Ta’dib Vol. 7 No. 2.
Lefudin, 2017. Belajar dan Pembelajaran di Lengkapi dengan Model Pembelajaran, Strategi Pembelajaran, Pendekatan Pembelajaran, dan Metode Pembelajaran. Cetakan Kedua. Yogyakarta: Deepublish.
Majid, Abdul. 2016. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Mariyaningsih, N., dan M. Hidayati. 2018. Teori dan Praktik Berbagai Model dan Metode Pembelajaran Menerapkan Inovasi Pembelajaran di Kelas-kelas Inspiratif. Cetakan Pertama. Surakarta: Kekata Group.
Maulana, et al. 2015. Ragam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Cetakan Peertama. Sumedang: UPI Sumedang Press.
Mediawati yenny,2014. pengaruh pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP. Vol.1.No.2.ISSN:2356-3915.
Minner, D. D., A. J. Levy., dan J. Century. 2010. Inquiry-Based Science Instruction—What Is It and Does It Matter?. Journal of Research in Science Teaching vol 47(4): 474–496.
Nurjannah Nunung,dkk. 2017. Penerapan model pembelajaran INQUIRY BASED LEARNING dalam meningkatkan kemampuan berhitung dan operasi bilangan anak usia dini. Vol.2No.3.
Purwasih ratai,dkk. 2015.peningkatan kemampuan pemahaman matematika dan SELF CONFIDENCE siswa MTS Di kota Cemahi melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing.Vol.9.No.1.ISSN:1978-5089.
Santoso Budi Bimo. dkk, 2017.  Pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar kognitif peserta didik di SMA Negeri 01 Manokwari (studi pada pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan).vol.5.No.1.ISSN : 2339-07449.
Setiasih Della S,dkk.2016.Penggunaan model inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sifat-sifat magnet dikelas V SDN Sukajaya kecamatan jatinunggal Kabupaten Sumedang.Vol.1.No.1.
Simatupang sehat, dkk. 2015. Pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap                    hasil pelajar siswa pada materi pokok listrik dinamis di kelas x semester                      II SMA NEGERI  8 medan T.P. 2013/2014. Vol. 1.no.1.ISSN:2461-1247
Sukimarwati juli,dkk.2013.pembelajaran biologi dengan GUIDED INQUIRY Model menggunakan lks terbimbing dan lks bebas termodifikasi ditinjau dari kretivitas dan motivasi berprestasi siswa.Vol.2.No.2.ISSN:2252-7893.
Usdalifah sri,dkk. 2016.Pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap kemampuanberpikir kritis dan keterampilan proses siswa pada mata pelajaran biologikelas VII SMP NEGERI 19 PALU.Volume.5.Nomor.3.ISSN : 2089-8630
Vanaja, M. 2003. Inquiry Training Model. New Delhi: Discovery Publishing House.
Zaini, H., B. Munthe., dan S. A. Aryani. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makalah Global Warming (Pemanasan Global)

Makalah Global Warming (Pemanasan Global) BAB 1 Pendahuluan A.      Latar Belakang Makalah Dalam beberapa tahun terakhir, isu pe...