Jumat, 07 Desember 2018

MAKALAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR FISIKA “MODEL PENGAWASAN LAKU”


MAKALAH STRATEGI BELAJAR  MENGAJAR FISIKA
“MODEL PENGAWASAN LAKU”

DOSEN PENGAMPU :
DWI AGUS KURNIAWAN, S.Pd.,M.Pd

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 8:
1.      DANI TRI KRISMAWANTI         (A1C317001)
2.      KRISTINA MARGARETA. S       (A1C317041)
3.      PUSPA CANTIKA RIANA                        (A1C317069)
4.      DIAN YULIANTI                            (A1C317061)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018


KATA PENGANTAR


Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Strategi Belajar Mengajar Fisika ini.
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu Bapak Dwi Agus Kurniawan S.Pd., M.Pd. atas segala bimbingan dan arahan selama penyusunan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menerima saran dan kritikan yang membangun demi memperbaiki maklah ini.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat khusunya bagi mahasiswa yang membutuhkan. Aamiin.

                                                                                   Jambi, 29 Oktober 2018


                                                                                               Penulis







2.1.4. Prinsip-prinsip model pengawasan laku...................................................15
2.1.5. Langkah-langkah .....................................................................................17
2.1.6. Tips-tips untuk mengajar..........................................................................17
2.1.7. Sistem pada model pembelajaran pengawasan laku................................18
2.1.8. kelebihan dan kelemahan model pembelajaran pengawasan laku...........................................................................................................19
2.2. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)..................................................20
BAB III PENUTUP.. 29



Pengawasan diciptakan karena terlalu banyak kasus di suatu organisasi yang tidak dapat terselesaikan seluruhnya karena tidak ditepatinya waktu penyelesaian (deadline), anggaran yang berlebihan, dan kegiatan lain yang menyimpang dari rencana semula. Pengawasan merupakan suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan tujuan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan. Langkah awal suatu pengawasan sebenarnya adalah perencanaan dan penetapan tujuan berdasarkan pada standar atau sasaran.
Pengawasan bisa didefinisikan sebagai suatu usaha sistematis oleh manajemen bisnis untuk membandingkan kinerja standar, rencana, atau tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk menentukan apakah kinerja sejalan dengan standar tersebut dan untuk mengambil tindakan penyembuhan yang diperlukan dan melihat bahwa sumber daya manusia digunakan dengan seefektif dan seefisien mungkin di dalam mencapai tujuan.
      Pendidikan karakter kini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa, pendidikan karakter ini pun diharapkan mampu menjadi pondasi utama dalam mensukseskan Indonesia Emas 2025. Di lingkungan Kemdiknas sendiri, pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan di seluruh jenjang pendidikan yang dibinanya (Yoggi Herdani, 2010). Tidak kecuali di pendidikan tinggi, pendidikan karakter pun mendapatkan perhatian yang cukup besar. Saat ini permasalahan karakter menjadi masalah yang urgen untuk diselesaikan. Permasalahan ini juga merupakan tanggung jawab pendidik (guru/dosen).
Pembelajaran di dalam kelas diharapkan dapat menjadi wadah bagi penanaman nilainilai karakter secara tepat. Ekonomi kerakyatan merupakan mata kuliah  wajib tempuh bagi mahasiswa pendidikan ekonomi dan akuntansi yang  membahas tentang konsep-konsep dasar kebijakan ekonomi Indonesia dengan menyumbangkan Ekonomi Kerakyatan dan strategi penerapannya. Dengan demikian ekonomi kerakyatan merupakan ilmu yang sangat penting dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun saat ini yang terjadi di kelas, ekonomi kerakyatan masih dipelajari secara abstrak. Pembelajaran ekonomi kerakyatan masih dominan menggunakan metode ceramah. Hal ini menimbulkan kejenuhan mahasiswa karena materi yang abstrak itu sehingga hasil pembelajaran menjadi tidak optimal. Sebagian mahasiswa masih menganggap konsep pembelajaran ekonomi kerakyatan sebagai konsep yang sulit diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Padahal dalam kenyataan, konsep dalam ekonomi kerakyatan sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari di masyarakat.
1.2. Tujuan
1.      Dapat mengetahui pengertian model pembelajaran pengawasan laku
2.      Dapat mengetahui karakteristik  model pembelajaran pengawasan laku
3.      Dapat mengetahui model-model pembelajaran pengawasan laku
4.      Dapat mengetahui prinsip-prinsip model pembelajaran pengawasan laku
5.      Dapat mengetahui langkah-langkah model pembelajaran pengawasan laku
6.      Dapat mengetahui tips-tips mengajar model pembelajaran pengawasan laku
7.      Dapat mengetahui karakteristik  model pembelajaran pengawasan laku
8.      Dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan dari model pembelajaran pengawasan laku


BAB II

2.1 Kajian Teori

2.1.1.Pengertian Pengawasan Laku
Menurut Mutakallim (2016: 351), pegawasan merupakan salah satu fungsi dalam manajemen suatu organisasi.Dimana memiliki arti suatu proses mengawasi dan mengevaluasi suatu kegiatan.Suatu pengawasan dikatakan penting karena tanpa adanya pengawasan yang baik tentunya akan menghasilkan tujuan yang kurang memuaskan, baik bagi organisasinya itu sendiri maupun bagi para pekerja.
Menurut Hilmawan. P,dkk(2017: 3),model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan kegiatan pembelajaran  dikelas. Model tersebut merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran yang diharapkan. Model pembelajaran adalah pola interaksi peserta didik dengan guru didalam kelas yang menyangkut pendekatan,strategi,metode,teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Dalam suatu model pembelajaran ditentukan bukan hanya apa yang harus dilakukan oleh guru, tetapi menyangkut tahapan-tahapan, prinsip-prinsip reaksi guru dan peserta didik, serta sistem penunjang yang diperlukan.
Menurut Ashar (2011:155) Model mengajar merupakan suatu pola atau rencana yang dipakai guru dalam mengorganisasikan materi pelajaran, maupun kegiatan parasiswa dan dapat dijadikan petunjuk bagaimana guru mengajar didepan kelas (seperti alur yang diikutinya). Pendapat ini menujukkan bahw amodel mengajar lebih operasional kepada proses pembelajaran dibandingkan strategi pembelajaran. Sebab dinyatakan juga bahwa strategi mengajar mempunyai pengertian yang lebih luas daripada model (bentuk mengajar).

Menurut Wahyudi (2016:214-215) Behavior merupakan salah satu teknik guna merubah tingkah laku yang lebih adaptif. Pendekatan ini dirasa lebih efektif untuk menangani kasus-kasus dalam dunia pendidikan, khususnya yang notabene mal-adaptive. Penting untuk diketahui bahwa behavior ini merupakan aspek gerakan memodifikasi tingkah laku pada taraf yang masih bisa didefinisikan secara operasionanl, diamati dan diukur. Manusia mempunyai potensi positif dan negatif yang bisa jadi terbentuk karena faktor lingkungan sosial budaya.
Arah dari behavior pada dasarnya tertuju kepada perolehan tingkah laku baru yang lebih adaptif, sehingga dapat menghapus tingkah laku yang mal-adaptif. Serta tingkah laku dapat diasosiasikan dengan tingkah aku yang nampak, dan berpusat pada here and now. Semua tingkah laku dapat dipelajari baik yang adaptif maupun yang ma-ladaptif. Belajar merupakan cara efektif mengubah tingkah laku tersebut.
Menurut Hudha,dkk (2016:114-115) Model Pembelajaran sistem-sistem perilaku (behavior system models) adalah model pembelajaran yang menekankan pada perubahan perilaku melalui pembentukan sikap optimis dan perilaku positif dalam belajar. Model pembelajaran ini lebih didasarkan hasil experimen classical conditioning (kondisi klasik) yang dilakukan Pavlov maupun Thorndike 1911 dan, 1913 mengenai reward dalam pembelajaran serta penelitian Watson & Rayner (1920) yang menerapkan prinsip Pavlovnian mengenai kekacauan psikologi yang dialami manusia.
Menurut (Rusman, 2014: 143-144) dalam Sundari,Hanna (2015:112) Model pembelajaran modifikasi tingkah laku telah mengembangkan sistem yang efisien dalam upaya penyusunan aktivitas-aktivitas belajar dan membentuk perilaku melalui manipulasi penguatan. Model pembelajaran ini bertitik tolak pada teori belajar behaviorisme yang berfokus pada perubahan perilaku psikologis dan perilaku yang tak teramati. Penerapan model modifikasi tingkah laku dalam pembelajaran, diantaranya: guru selalu perhatian terhadap tingkah laku belajar siswa, modifikasi tingkah laku yang berkemampuan rendah melalui pemberian penghargaan, dan penerapan prinsip pembelajaran individual.
Menurut Sarwo (2017:38-39), Clark Leonard Hull menjelaskan perilaku adaptif dan untuk memahami variabel-variabel yang memengaruhinya. Dapat dikatakan bahwa Hull tertarik untuk menyusun sebuah teori yang menjelaskan bagaimana kebutuhan tubuh, lingkungan dan prilaku saling berinteraksi untuk meningkatkan probabilitas survival organisme.

2.1.2.Karakteristik Pengawasan Laku
Menurut Mahmud (2008:24-26),pada dasarnya, semua jenis penelitian adalah upaya memecahkan persoalan (problem solving). Begitu pula dengan model pengawsan laku yang berupaya memecahkan permasalahan yang timbul dalam kegiatan pembelajaran. Walaupun begitu, pengawsan laku memiliki karakteristik tersendiri, yaitu bahwa problem yang menjadi objek penelitian berangkat dari problem pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru. Problem tersebut dinilai oleh sang guru sebagai penghalang terhadap kelancaran dan keefektifan belajar mengajar. Dengan demikian, pengawasan laku dapat dilaksanakan bila guru merasakan dan menyadari terdapat persoalan yang terkait dengan proses dan hasil pembelajaran yang ia laksanakan. contohnya, seorang guru menyaksikan siswa-siswa yang diajarnya lambat berkemampuan membaca. Guru merasa dan menyadari bahwa persoalan tersebut sangat penting dan memerlukan pemecahan secara sistematis.
According to Keplic(1965:14), The term model is an abstraction of a physical system with a specific purpose (see, e.g., [16,36]). In this work, a model is a set of interacting objects. The term behavioral system model denotes a set of interacting objects with observable effects of a sequence of events. The term interaction is a specification of how stimuli (e. g., patterns) are sent between objects designed to performa specific task (e. g., pattern recognition [10,50]). Interaction is best understood in the context of a collaboration between objects, which a realization of a specification for a communicating system behavior. The term behavior donates the observable effects of sequence of events in the form of observed stimulation of an objects (e. g., arrival of a message) and observed response.
Menurut Keplic (1965:14), Model istilah adalah abstraksi sistem fisik dengan tujuan tertentu (lihat, misalnya, [16,36]). Dalam karya ini, model adalah sekumpulan objek yang berinteraksi. Istilah model sistem perilaku menunjukkan serangkaian objek yang berinteraksi dengan efek yang dapat diamati dari serangkaian kejadian. Spesifikasi bagaimana rangsangan (e. G. Pola) dirancang untuk melakukan tugas-tugas tertentu (e. G., pengenalan pola [10,50]). Interaksi paling baik dipahami dalam konteks kolaborasi antara objek, yang merupakan spesifikasi untuk perilaku sistem komunikasi. Perilaku istilah menyumbangkan efek yang dapat diamati dari peristiwa dalam bentuk stimulasi objek yang diamati (e. Kedatangan, pesan) dan respons yang diamati.
Pengawasan tidak selamanya harus dilakukan oleh seorang guru, apabila dirinya merasa bahwa apa yang dia praktikkan di dalam kelas tidak bermasalah. Namun, seberapa besar kemampuan dia dalam melihat masalah yang ada pada proses pembelajaran, adalah merupakan persoalan. Faktanya, tidak semua guru mampu melihat sendiri apa yang dilaksanakannya selama mengajar. Bisa saja seorang guru, ketika dirinya selalu merasa bahwa proses pembelajarannya sudah benar, padahal justru itu keliru. Karakteristik pengawsan laku yang paling jelas dan khas— membedakan  dari  yang lainnya—adalah adanya tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas. Jadi,  pengawasan laku bukan sekedar ingin tahu. Contohnya adalah ketika seorang guru meneliti tentang kebiasaan beberapa muridnya yang sering bolos. Ketika seorang guru mengetahui bahwa penyebab membolosnya murid adalah karena murid tersebut pada jam tertentu harus ikut berjualan di pasar membantu orangtuanya, maka guru harus melakukan tindakan tertentu, seperti berbicara dengan orangtuanya. Jadi, karakteristik pengawsan laku yang paling jelas adalah bahwa pengawasan  ini bukan sekadar ingin tahu persoalan, tapi ingin mencari solusi persoalan dalam rangka memperbaiki keadaan pembelajaran.

Menurut Richart Winter, ada enam karekteristik pengawasan laku, yaitu
(1) kritik reflektif,
(2) kritik dialektis,
(3) kolaboratif,
(4) resiko,
(5) susunan jamak, dan
(6) internalisasi teori dan praktek (Winter, 1996).
Untuk lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan secara singkat karakteristik PTK tersebut.
1.Kritik Refleksi
            Salah satu langkah di dalam penelitian kualitatif pada umumnya, dan khususnya pengawasan laku ialah adanya upaya refleksi terhadap hasil observasi mengenai latar dan kegiatan suatu aksi. Hanya saja, di dalam pengawasan laku yang dimaksud dengan refleksi ialah suatu upaya evaluasi atau penilaian, dan refleksi ini perlu adanya upaya kritik sehingga dimungkinkan pada taraf evaluasi terhadap perubahan-perubahan.
 2. Kritik Dialektis
 Dengan adanya kritik dialektif diharapkan penelitian bersedia melakukan kritik terhadap fenomena yang ditelitinya. Selanjutnya peneliti akan bersedia melakukan pemeriksaan terhadap:
(a) konteks hubungan secara menyeluruh yang merupakan satu unit walaupun dapat dipisahkan secara jelas.
 (b)Struktur kontradiksi internal, maksudnya di balik unit yang jelas, yang memungkinkan adanya kecenderungan mengalami perubahan meskipun sesuatu yang berada di balik unit tersebut bersifat stabil.
3.Kolaboratif
            Di dalam pengawsan laku diperlukan hadirnya suatu kerja sama dengan pihak-pihak lain seperti atasan, sejawat atau kolega, mahasiswa, peserta didik dan sebagainya.  Oleh karena pada hakikatnya kedudukan peneliti dalam pengawasan merupakan bagian dari situasi dan kondisi dari suatu latar yang ditelitinya. Peneliti tidak hanya sebagai pengamat, tetapi dia juga terlibat langsung dalam suatu proses situasi dan kondisi. Bentuk kerja sama atau kolaborasi di antara para anggota situasi dan kondisi itulah yang menyebabkan suatu proses dapat berlangsung.
 4. Resiko
 Dengan adanya ciri resiko diharapkan dan dituntut agar peneliti berani mengambil resiko, terutama pada waktu proses penelitian berlangsung. Resiko yang mungkin ada diantaranya
 (a) melesetnya hipotesis dan
 (b) adanya tuntutan untuk melakukan suatu transformasi.
 Selanjutnya, melalui keterlibatan dalam proses penelitian, aksi peneliti kemungkinan akan mengalami perubahan pandangan karena ia menyaksikan sendiri adanya diskusi atau pertentangan dari para kalaborator dan selanjutnya menyebabkan pandangannya berubah.  
5. Susunan Jamak
 Pada umumnya penelitian kuantitatif atau tradisional berstruktur tunggal karena ditentukan oleh suara tunggal, penelitinya. Akan tetapi, pengawsan laku memiliki struktur jamak karena jelas penelitian ini bersifat dialektis, reflektif, partisipasi atau kolaboratif. Susunan jamak ini berkaitan dengan pandangan bahwa fenomena yang diteliti harus mencakup semua komponen pokok supaya bersifat komprehensif. Suatu contoh, seandainya yang diteliti adalah situasi dan kondisi proses belajar-mengajar, situasinya harus meliputi paling tidak guru, siswa, tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran, interaksi belajar-mengajar, lulusan atau hasil yang dicapai, dan sebagainya. 
6.Internalisasi Teori dan Praktik
 Menurut pandangan para ahli bahwa antara teori dan praktik bukan merupakan dua dunia yang berlainan. Akan tetapi, keduanya merupakan dua tahap yang berbeda, yang saling bergantung, dan keduanya berfungsi untuk mendukung tranformasi. Pendapat ini berbeda dengan pandangan para ahli penelitian konvensional yang beranggapan bahwa teori dan praktik merupakan dua hal yang terpisah. Keberadaan teori diperuntukkan praktik, begitu pula sebaliknya sehingga keduanya dapat digunakan dan dikembangkan bersama. 
2.1.3.Model-Model Pembelajaran Pengawasan Laku
Menurut Hudah (2016:115), Model pembelajaran sistem perilaku menurut Joyce, at al (2009) terdiri dari tiga macam model pembelajaran, yaitu:
1) Model Belajar Menguasai (Mastery Learning Model);
2)Model Instruksi Langsung (Direct Instruction Model);
Pada tahap pelaksanaan, ada beberapa langkah pembelajaran yang dilakukan, disesuaikan dengan langkahlangkah atau tahap-tahap model pembelajaran langsung (direct instruction) yang dikemukakan oleh Joyce, Weil dan Neal Shambaugh , Susan G.M. yaitu:
a.         Tahap I: Orientasi
Menurut Danumihardja (2016:626-628),Pada tahap ini ada 3 langkah yang dilakukan yaitu:
(1)   Mengkaji ulang materi pelajaran yang telah dipelajari
Pada langkah ini guru bertanya jawab dengan siswa tentang materi yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya dan mengulasnya sepintas. Sekaligus mengaitkan materi yang lalu dengan materi baru yang akan dibahas sebagai apersepsi. Siswa memperhatikan dan merespon pertanyaan guru, karena materi yang ditanyakan adalah materi yang telah diajarkan.
(2)     Menyampaikan tujuan pembelajaran (State objectives for lesson)
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, siswa memperhatikan informasi tentang tujuan pembelajaran yang harus dicapai . Setelah itu, guru menyampaikan beberapa informasi dan keutamaan materi yang akan dibahas dengan harapan agar siswa mengetahui pentingnya menguasai materi tersebut dan memotivasi agar siswa tertarik sehingga merasa perlu mengikuti proses pembelajaran ini dengan benar dan serius. Pada akhirnya siswa dapat menguasai informasi dan keterampilan yang disampaikan. Pada langkah ini, siswa mulai mengenal masalah berdasarkan tujuan yang ingin dicapai itu.
(3)          Menentukan prosedur-prosedur pembelajaran
        Penentuan prosedur pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran tidak langsung disampaikan oleh guru melainkan melalui tanya jawab dengan siswa. Hal ini dilakukan untuk mendidik siswa berpikir kritis dalam menentukan cara-cara atau langkah – langkah yang dapa ditempuh untuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa dibagi menjadi 8 kelompok, masing-masing kelompok berangota 4 siswa. Selanjutnya, penentuan tugas dan tanggung jawab siswa selama aktivitas berlangsung.



b.Tahap II: Presentasi
(1) Menyampaikan materi pembelajaran baru ( Present new material)
Pada langkah ini, guru menyampaikan atau mempresentasikan pengetahuan, misalnya apa yang dimaksud argumentasi, apa saja yang termasuk unsur-unsur argumrntasi, langkah-langkah menyusun argumentasi, jenis-jenis argumentasi berdasarkan isi, seperti apa contohnya. Pada langkah ini informasi disampaikan tidak dari satu arah, namun harus mengikutsertakan siswa secara aktif melalui tanya jawab. Siswa mencatat , mengumpulkan dan menyusun informasi yang disampaikan oleh guru untuk bahan menyelesaikan tugas dalam mencapai tujuan pembelajaran.
(2) Menyajikan representasi visual atau tugas yang diberikan
 Guru menayangkan rekaman satu peristiwa bencana alam. Siswa ditugasi untuk mengamati rekaman peristiwa bencana alam tersebut secara cermat. Selanjutnya, guru memberi contoh tema atau topik berdasarkan peristiwa itu. Topik itu dijadikan bahan untuk karangan argumentasi. Dari topik tersebut dibuat menjadi kerangka karangan, kemudian kerangka itu dikembangkan menjadi karangan argumentasi. Pada saat guru melakukan kegiatan itu, siswa meperhatikannya dan mencatat hal-hal penting yang dilakukan guru.
(3) Memastikan pemahaman
Guru menguji apakah siswa telah memahami cara menulis karangan argumentasi berdasarkan tayangan peristiwa bencana alam, sebelum mengaplikasikannya dalam tahap praktik dengan cara bertanya kepada siswa.

C.  Tahap III: Praktik yang terstruktur
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini yaitu:
 (1) Guru menampilkan beberapa rekaman peristiwa bencana alam .
(2) Guru menugaskan siswa memilih salah satu rekaman untuk dijadikan topik karangan argumentasi.
(3) Siswa dalam kelompok berdiskusi mengembangkan topik berdasarkan rekaman menjadi sebuah karangan argumentasi sesuai teori yang sudah dijelasskan guru.
(4) Perwakilan setiap kelompok mempresentasikan karangan hasil kerja kelompok masing-masing, kelompok lain meberikan penilaian dan tanggapan.
(5) Guru memberikan koreksi terhadap karangan yang masih salah dan memberikan penguatan pada hasil diskusi yang sudah baik sekaligus memberikan penjelasan ulang bagaimana cara membuat karangan argumentasi berdasarkan rekaman peristiwa.
d.Tahap IV: Praktik di bawah bimbingan guru
Pada tahap ini, langkah-langkah yang dilakukan yaitu:
(1)   Siswa berpraktik secara semiindependen
Siswa berlatih membuat karangan argumentasi berdasarkan gambar rekaman peristiwa yang ditayangkan. Guru memonitor aktiivitas siswa dan jika ada yang terlihat bingung, guru memberikan bimbingan
(2) Guru menugaskan siswa untuk melakukan presentasi hasil kerjanya dan siswa yang lain mengamati
(3) Guru memberikan tanggapan balik berupa pujian bisikan maupun petunjuk.
e.Tahap V: Praktik Mandiri
(1)   Memberikan Pelatihan bebas/mandiri: penilaian kinerja, memberikan koreksi sebagai masukan (Provide independent praticce: assess performance, provide corrective feedback).
(2) Mengulas latihan dan memberikan koreksi sebagai umpan balik (Review practice and provide corrective feedback).
3). Model Belajar Simulasi (Simulation Model).
Menurut Rahayu (2015:120) ,Simulasi adalah latihan keterampilan agar dapat menghadapi kenyataan dengan baik.simulasi harus menggambarkan situasi yang lengkap dan proses yang berurutan yang diperkiran terjadi dalam situasi yang sesungguhnya dan hendaknya dapat diusahakan terintegrasinya beberapa ilmu , terjadinya proses sebab akibat, pemecahan masalah dan sebagainya . Selain itu pembelajaran dengan model simulasi dapat melatih mahasiswa memahami perasaan orang lain, menghargai pendapat orang lain, memecahkan masalah bersama dan mengambil keputusan dan menganalisa masalah secara kelompok. Prinsip simulasi ini dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran maupun semua mata kuliah. Model simulasi memiliki 4 tahapan ataupun sintaks  menggambarkan tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
a.Tahap I: Orientasi
- Menyajikan topik luas mengenai simulasi dan konsep yang akan dipakai dalam aktivitas simulasi
 - Menjelaskan simulasi dan permainan
 - Menyajikan ikhtisar simulasi
b.Tahap II: Latihan partisipasi
- Membuat skenario (aturan, peran,prosedur,skor, tipe keputusan yang akan dipilih, dan tujuan)
 - Menugaskan peran
 - Melaksanakan praktik dalam jangka
c.Tahap III: Pelaksanaan simulasi
-Memimpin aktivitas permainan dan administrasi permainan
-Mendapatkan umpan balik dan evaluasi (mengenai penampilan danpengaruh keputusan)
- Menjelaskan kesalahan konsepsi
 - Melanjutkan simulasi
d.Tahap IV: Wawancara partisipan
- Menyimpulkan kejadian dan persepsi
- Menyimpulkan kesulitan dan pandangan-pandangan
- Menganalisis proses
 - Membandingkan aktivitas simulasi dengan materi pembelajaran
 - Menilai dan kembali merancang simulasi
According to Silhavy (2014:103), The behavioral modeling is a description how the proposed system will interact with the actors and with entitles which is out of boundary of the system. The first step in the creation of the system behavioral model is the requirements gathering. In the figure can be seen model of the requirements. The diagram illustrates hierarchical structure of the requirements. On the top of the tree the Specification package can be seen. Other parts are interconnected by containment association. The specification is clustered into sever groups. Groups are User Friendliness, Durability, Performance and Media Capacity.
Menurut Silhavy (2014:103), Pemodelan perilaku adalah deskripsi tentang bagaimana sistem yang diusulkan akan berinteraksi dengan orang-orang yang berada di luar batas sistem. Model perilaku pertama adalah pengumpulan persyaratan. Angka tersebut dapat dilihat sebagai model persyaratan. Diagram menggambarkan struktur hirarki persyaratan. Bagian atas pohon paket Spesifikasi dapat dilihat. Bagian lain saling berhubungan dengan asosiasi penahanan. Spesifikasi dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. Grup adalah Kepuasan Pengguna, Daya Tahan, Kinerja, dan Kapasitas Media.
2.1.4.Prinsip-Prinsip  Aksi – Reaksi Model Pengawasan Laku
Prinsip-prinsip dari Model Pengawasan Laku Menurut Joyce,Bruce,dkk (2016:503-506)  adalah sebagai berikut :
1.      Perilaku sebagai fenomena yang dapat diamati dan diidentifikasi.
Teori perilaku fokus pada perilaku yang bisa diamati dan menggunakan pandangan yang optimis.
2.      Perilaku maladaptif didapatkan, bukan di program
Dalam masyarakat kita, kebanyakan orang berasumsi bahwa anak-anak mengalami “hambatan untuk mempelajari” jenis-jenis hal tertentu (seperti matematika) dalam bentuk tahapan internal yang tidak dapat diubah. Ternyata kebanyakan hambatan ini hanya berupa aversi yang dipelajari yang dapat di pelajari anak-anak untuk dikendalikan. Jika pola-pola menghindari materi pelajaran yang di takuti tersebut di biarkan tidak tersentuk, maka keengganan akan semakin tampak jelas dan berkembang. Siswa akan semakin memperoleh kesulitan saat matematika yang ia pelajari semakin rumit. Terjadilah penurunan besar-besaran dalam prestasi akdemik bidang matematika ini. Kunci penyelesaian masalah ini adalah belajar menangani pengaruh dalam mendekati materi pelajaran tersebut. Beberapa teknik yang sederhana dapat berhasil pada kasus-kasus yang ringan.
3.      Tujuan perilaku sebagai spesifik dan individual
Walaupun teori-teori dari para ahli dari psikologi perilaku telah lama digunakan untuk merancang materi instruksional, semisal simulasi, yang juga digunakan oleh sejumlah siswa, kerangka ahli psikologi perilaku cenderung khusus, terpisah dan bergantung pada individu. Respons yang persis sama tidak berarti diproses dari stimulus asli yang juga serupa (seorang sisa mungkin akan bersikap ramah sebab keramahan dapat menarik hati orang lain, sedangkan siswa yang lain mungkin akan bersikap demikian namun dengan tujuan lain; yakni untuk tidak diacuhkan atau di jauhi orang lain). Sebaliknya, tidak ada dua orang yang akan memberikanrespons pada stimulus yang sama dengan cara yang juga persis sama. Akibatnya, prosedur untuk mendorong perilaku baru akan melibatkan setting khusus, yakni tujuan perilaku individu. Namun hal ini tidak berarti latihan kelompok adalah hal yang tidak mungkin dilakukan. Hal ini lebih berarti bahwa tujuan masing-masing siswa mungkin akan berbeda dan bahwa proses latihan harus dilakukan secara perorangan, baik dalam hal materi ataupun proseslatihan itu sendiri.
4.      Teori perilaku fokus pada hal-hal yang ada di sini dan saat ini
Dalam teori perilaku, peran proses membentukan perilaku seseorang yang sudah terjadi (lampau) tidaklah terlalu ditekankan dalam hal ini. Pengajaran yang kurang baik bisa saja mengakibatkan kegagalan dalam belajar membaca, namun hal yang akan di fokuskan di sini adalah belajar membaca saat ini. Ahli psikologi perilaku berkonsentrasi dalam pembentukan kondisi atau membantu siswa menciptakan keadaan yang akan memudahkan untuk maju dan memperoleh hasil yang memuaskan dalam waktu singkat. Pandangan ini berkaitan dengan perilaku manusia yang cenderung bersifat optimis dan tidak berdiam dan terlarus dalam masa lalu. Asumsinya adalah bahwa kegagalan yang pernah terjadi tidaklah disebabkan keadaan yang tidak bisa diubah. Masalah yang terasa semakin sulit sebenarnya hanya membbutuhkan upaya-upaya kecil untuk mengatasinya.
5.      Prinsip-prinsip reaksi dipandu oleh kebutuhan untuk memberikan pengetahuan      hasil, membantu siswa mengandalkan diri mereka sendiri, dan melakukan penguatan.

2.1.5.Langkah-langkah        
Menurut Mahmud dan Pranata (2008:62), langkah-langkah penelitian tindakan kelas yaitu:
a.       Melatih guru untuk melakukan atau memberikan informasi cara melalukan sesuai dengan rancangan.Hal ini sangat perlu,jika apa yang akan dilakukan merupakan hal baru bagi guru
b.      Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan dikelas, yaitu dikelas perlu ada papan atau tempat menempel, perlu kertas stiker, atau kertas kecil-kecil dan lem.
c.       Mempersiapkan contoh-contoh perintah suruhan melakukan secara jelas.
d.      Mempersiapkan cara mengobservasi hasil beserta alatnya.
2.1.6.Tips-Tips untuk Mengajar
Tips-tips untuk Mengajar dari Sudut Pandang Perilaku Menurut Joyce,Bruce, dkk (2016:511-513 ) optimisme dan positivitas perilaku mungkin dapat dirangkum dalam tips-tips berikut bagi pengajaran yang mengajak pembaca untuk mengeksplorasinya.
1.      Aturan Kelas
Aturan terbaik adalah aturan (rule) dan penguat (reinforce) atau pengasuh (nurturer) yang positif.
2.      Perilaku Di Luar Tugas
Memuji siswa yang mengerjakan tugas (penguatan hal-hal positif lebih baik dibandingkan penguatan hal-hal negatif). Namun, tidak direkomendasikan untuk menenteramkan siswa yang tidak mengerjakan tugas. Orang dewasa adalah orang deasa, sesuatu yang tidak dilupkan atau digunakan sebagai sebuah perkumpulan. Sebagian siswa bersikeras untuk menantang tugas dan perlu belajar untuk mengambil alih pembelajaran pada kecenderungan yang meningkat.

3.      Pengajaran atau Pengajaran Diri Sendiri
Ketika memperkenalkan program pemrosesan kata yang baru kepada siswa-siswa yang sudah dapat menggunakan program lain, seorang guru mengajak siswa untuk mengikuti petunjuk manual lagkah demi langkah. Guru yang lain memberikan kepada siswa program-program dan setelah orientasi singkat, guru meminta siswa untuk menggunakannya.
4.      Siswa-siswa yang Gelisah
Siswa-siswa tertentu tidak terlihat sedang duduk dengan tenang solusi yang dapat di berikan adalah memberikan kontrol yang efektif, menjadi mitra siswa dalam mengatur perilaku mereka, serta memberikan kesempatan penguatan nilai-nilai positif diri, sebagai penguatan eksternal lain.
5.      Motivasi
Setelah melakukan ujian pada bidang studi matematika,guru menyuruh siswanya untuk mengoreksi pekerjaan mereka sendiri dan mencar tau alas an skor yang mereka peroleh.Guru yang lain memberi nilai pada ujian yang sudah dikerjakan siswa dan memberikan analisis terhadap item-item soal yang disalahkan.

2.1.7.Sistem Pada Model Pembelajaran Pengawsan Laku
a.    Sistem Pendukung
Sistem dukungan mencakup rangkaian tugas pembelajaran, yang terkadang sama rumitnya dengan seperangkat  materi yang dikembangkan oleh tim intruksi yang diberikan secara individual.

b.    Sistem Sosial         
Sistem sosial dalam model intruksi langsung ini benar-benar terstruktur. Namun demikian, terdapat kesulitan-kesulitan untuk memastikan bahwa siswa mengetahui bahwa apa yang harus dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Upaya terkonsentrasi siswa mendorong pembelajaran (Joyce,dkk. 2016 : 562).

2.1.8.Kelebihan dan Kelemahan dari Model Pembelajaran Pengawasan Laku
A.  Kelebihan
Menurut lefudin (2014:79) kelebihan teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linear, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shapping yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik untuk tidak bebas berkreasi dan beimajinasi.
Accrording to Murry (2015:180) Beneficial outcomes demonstrate the importance of implementing this principle for both the teacher and the student. Initially, the student is taught a new behavior and when using the new behavior that is desired by the teacher is reinforced by the teacher for that use. The student’s use of this new behavior should also earn reinforcement from other individuals, such as peers or personnel in the educational environment. Thus, as the student acquires this new behavior as a skill, uses it in a variety of environments while receiving reinforcement, the use becomes part of the student’s regular repertoire of behavior. As the behavior becomes a consistent pattern of use, which is referred to as automaticity by Csikszentmihalyi (2008), the teacher gains benefit by recognizing that positive reinforcement of the desired behavior is effective in getting the student to show the behavior he/she wanted to see. There is less stress felt by the teacher.
              Menurut Murry (2015:180) Hasil yang bermanfaat menunjukkan pentingnya menerapkan prinsip ini baik untuk guru maupunmahasiswa. Awalnya, siswa diajarkan perilaku baru dan ketika menggunakan perilaku baru yang diinginkan oleh guru diperkuat oleh guru untuk penggunaan itu. Penggunaan perilaku baru oleh siswa ini juga harus mendapatkan penguatan dariindividu lain, seperti rekan atau personel dalam lingkungan pendidikan.Dengan demikian, karena siswa memperoleh ini baruperilaku sebagai keterampilan, menggunakannya dalam berbagai lingkungan saat menerima penguatan, penggunaan menjadi bagian darirepertoar rutin siswa. Karena perilaku tersebut menjadi pola penggunaan yang konsisten, yang disebut sebagaiotomatisitas oleh Csikszentmihalyi (2008), guru mendapatkan manfaat dengan mengakui bahwa penguatan positif dariperilaku yang diinginkan efektif dalam membuat siswa menunjukkan perilaku yang ingin dilihatnya. Ada sedikit rasa stresoleh guru, dan pada gilirannya, oleh semua siswa dengan siapa guru memiliki kontak. Seperti yang berulang kali diberikan oleh gurupenguatan positif dan melihat peningkatan perilaku yang diinginkan oleh siswa, penggunaan teknik positifnya .

B.  Kelemahan
               Menurut Lefudin (2014:79) teori behavioristik sering kali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan atau belajar yang tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan antara stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara stimulus dan respon ini dan tidak dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan terjadinya penyimpangan antar stimulus yang diberikan dengan responnya.

2.2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Sekolah                                               :               SMA
Mata Pelajaran                                   :               Fisika
Kelas/Program                                   :               XI Reguler
Semester                                             :              I (Ganjil)
Pertemuan ke                                     :              1
Materi Pokok                                     :              Termodinamika
Sub Pokok Bahasan                           :             Pengertian,Prinsip,Sistem dan Hukum
Alokasi waktu                                      :             2X45 menit
a.          Standar Kompetensi
Menerapkan konsep Termodinamika.
b.         Kompetensi Dasar
Menganalisis penerapan hukum Termodinamika.
c.          Indikator
1.         Mengidentifikasi pengertian Termodinamika dan Hukum Termodinamika.
2.         Mendeskripsikan berbagai sistem dalam Termodinamika.
3.         Memformulasikan Hukum Termodinamika.
d.        Tujuan Pembelajaran
1.         Siswa dapat mendeskripsikan pengertian Termodinamika,prinsip,sistem dan hokum untuk menganalisis  konsep Termodinamika.
2.         Siswa dapat mendeskripsikan dan memformulasikan sistem Termodinamika dalam berbagai proses.
3.         Siswa dapat mendeskripsikan dan memformulasikan Hukum Termodinamika.
e.          Materi
1.         Pengertian Termodinamika
Termodinamika adalah suatu ilmu yang menggambarkan usaha  untuk mengubah kalor (perpindahan energi yang disebabkan perbedaan suhu) menjadi energi serta sifat-sifat pendukungnya. Termodinamika berhubungan erat dengan fisika energi, panas, kerja, entropi dan kespontanan proses. Termodinamika juga berhubungan dengan mekanika statik. Cabang ilmu fisika ini mempelajari suatu pertukaran energi dalam bentuk kalor dan kerja, sistem pembatas dan lingkungan. Aplikasi dan penerapan termodinamika bisa terjadi pada tubuh manusia, peristiwa meniup kopi panas, perkakas elektronik, Refrigerator, mobil, pembangkit listrik dan industri.
2.         Prinsip Termodinamika
Prinsip termodinamika sebenarnya yaitu hal alami yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, termodinamika direkayasa sedemikian rupa sehingga menjadi suatu bentuk mekanisme yang bisa membantu manusia dalam kegiatannya. Aplikasi termodinamika yang begitu luas dimungkinkan karena adanya perkembangan ilmu termodinamika sejak abad 17. Pengembangan ilmu termodinamika dimulai dengan pendekatan makroskopik yakni perilaku umum partikel zat yang menjadi media pembawa energi.
3.         Sistem Termodinamika
Klasifikasi sistem termodinamika berdasarkan sifat dari batasan dan arus benda, energi dan materi yang melaluinya. Ada tiga jenis sistem berdasarkan jenis pertukaran yang terjadi antara sistem dan lingkungannya, yakni sebagai berikut :
a)    Sistem terbuka
Sistem yang menyebabkan terjadinya pertukaran energi (panas dan kerja) dan benda (materi) dengan lingkungannya. Sistem terbuka ini meliputi peralatan yang melibatkan adanya suatu aliran massa kedalam atau keluar sistem seperti pada kompresor, turbin, nozel dan motor bakar. Sistem mesin motor bakar yaitu ruang didalam silinder mesin, dimana campuran bahan bahan bakar dan udara masuk kedalam silinder, dan gas buang keluar sistem. Pada sistem terbuka ini, baik massa maupun energi bisa melintasi batas sistem yang sifatnya permeabel. Dengan demikian, pada sistem ini volume dari sistem tidak berubah sehingga disebut juga dengan control volume.


Perjanjian yang kita gunakan untuk menganalisis sistem yaitu :
·       Untuk panas (Q) bernilai positif jika diberikan kepada sistem dan bernilai negatif bila keluar dari sistem
·       Untuk usaha (W) bernilai positif jika keluar dari sistem dan bernilai negatif jika diberikan (masuk) kedalam sistem.
b)   Sistem tertutup
Sistem yang mengakibatkan terjadinya pertukaran energi (panas dan kerja) tetapi tidak terjadi pertukaran zat dengan lingkungan. Sistem tertutup terdiri atas suatu jumlah massa yang tertentu dimana massa ini tidak bisa melintasi lapis batas sistem. Tetapi, energi baik dalam bentuk panas (heat) maupun usaha (work) bisa melintasi lapis batas sistem tersebut. Dalam sistem tertutup, walaupun massa tidak bisa berubah selama proses berlangsung, tapi volume bisa saja berubah disebabkan adanya lapis batas yang bisa bergerak (moving boundary) pada salah satu bagian dari lapis batas sistem tersebut. Contoh sistem tertutup yaitu suatu balon udara yang dipanaskan, dimana massa udara didalam balon tetap, tetapi volumenya berubah dan energi panas masuk kedalam masa udara didalam balon.
Sebagaimana gambar sistem tertutup dibawah ini, jika panas diberikan kepada sistem (Qin), maka akan terjadi pengembangan pada zat yang berada didalam sistem. Pengembangan ini akan mengakibatkan piston akan terdorong ke atas (terjadi Wout). Karena sistem ini tidak mengizinkan adanya keluar masuk massa kedalam sistem (massa selalu konstan) maka sistem ini disebut dengan control mass.
Suatu sistem bisa mengalami pertukaran panas atau kerja atau keduanya, biasanya dipertimbangkan sebagai sifat pembatasnya:
·       Pembatas adiabatik: tidak memperbolehkan pertukaran panas.
·       Pembatas rigid: tidak memperbolehkan pertukaran kerja.
Dikenal juga istilah dinding, ada dua jenis dinding yaitu dinding adiabatik dan dinding diatermik. Dinding adiabatik yaitu dinding yang menyababkan kedua zat mencapai suhu yang sama dalam waktu yang lama (lambat). Untuk dinding adiabatik sempurna tidak memungkinkan terjadinya suatu pertukaran kalor antara dua zat. Sedangkan dinding diatermik yaitu dinding yang memungkinkan kedua zat mencapai suhu yang sama dalam waktu yang singkat (cepat).
c)    Sistem terisolasi
Sistem terisolasi ialah sistem yang menyebabkan tidak terjadinya pertukaran panas, zat atau kerja dengan lingkungannya. Contohnya : air yang disimpan dalam termos dan tabung gas yang terisolasi. Dalam kenyataan, sebuah sistem tidak bisa terisolasi sepenuhnya dari lingkungan, karena pasti ada terjadi sedikit pencampuran, walaupun hanya penerimaan sedikit penarikan gravitasi. Dalam analisis sistem terisolasi, energi yang masuk ke sistem sama dengan energi yang keluar dari sistem.
Karakteristik yang menentukan sifat dari sistem disebut dengan property (koordinat sistem/variabel keadaan sistem), seperti tekanan (p), temperatur (T), volume (v), masa (m), viskositas, konduksi panas dan lain-lain. Selain itu ada juga koordinat sistem yang didefinisikan dari koordinat sistem yang lainnya seperti, berat jenis, volume spesifik, panas jenis dan lain-lain. Suatu sistem bisa berada pada suatu kondisi yang tidak berubah, jika masing-masing jenis koordinat sistem tersebut bisa diukur pada semua bagiannya dan tidak berbeda nilainya. Kondisi tersebut disebut sebagai keadaan (state) tertentu dari sistem, dimana sistem memiliki nilai koordinat yang tetap. Jika koordinatnya berubah, maka keadaan sistem tersebut disebut mengalami perubahan keadaan. Suatu sistem yang tidak mengalami perubahan keadaan disebut sistem dalam keadaan seimbang (equilibrium).
4.         Hukum Termodinamika
Hukum I termodinamika (Kekekalan Energi dalam Sistem)
Energi tidak bisa diciptakan maupun dimusnahkan. Manusia hanya bisa mengubah bentuk energi dari bentuk energi satu ke energi lainnya. Dalam termodinamika, jika sesuatu diberikan kalor, maka kalor tersebut akan berguna untuk usaha luar dan mengubah energi dalam.
Bunyi Hukum I Termodinamika
“untuk setiap proses apabila kalor Q diberikan kepada sistem dan sistem melakukan usaha W, maka akan terjadi perubahan energi dalam ΔU = Q – W”.
Dimana U menunjukkan sifat dari sebuah sistem, sedangkan W dan Q tidak. W dan Q bukan fungsi Variabel keadaan, tetapi termasuk dalam proses termodinamika yang bisa merubah keadaan. U merupakan fungsi variabel keadaan (P,V,T,n).
W bertanda positif bila sistem melakukan usaha terhadap lingkungan dan negatif jika menerima usaha lingkungan.
Q bertanda positif jika sistem menerima kalor dari lingkungan dan negatif jika melepas kalor pada lingkungan.
Perubahan energi dari sebuah sistem hanya tergantung pada transfer panas ke dalam sistem dan kerja yang dilakukan oleh sistem dan tidak bergantung pada proses yang terjadi. Pada hukum ini tidak ada petunjuk adanya arah perubahan dan batasan-batasan lain.

Secara matematis hukum I termodinamika dapat dirumuskan sebagai berikut:
Q = ∆U+W
f.     Langkah-Langkah Pembelajaran
1.    Pendahuluan
·      Guru membuka pelajaran dengan mengucap salam.
·      Guru memberika apersepsi pada siswa dengan bertanya:
1)   Apa itu Termodinamika?
2)   Apa saja sistem pada Termodinamika?
3)   Apa yang kalian ketahui mengenai Termodinamika?
·         Guru menginformasikan materi yanga kan diajarkan tentang Termodinamika.
·         Guru menyajikan uraia singkat tentang konsep Termodinamika.
·         Guru membagia peserta didik dalam berbagai kelompok.
2.        Kegiatan Inti
·      Guru mulai mengajarkan bagaimana praktik konsep Termodinamika.
·      Guru mulai menjelaskan apa konsep dari praktikum itu.
·      Guru mengawasi peserta didik dalam memperhatikan praktikum yang dilaksanakan.
·      Guru memberi tugas kepada peserta didik untuk mampu melakukan proses praktikan dengan baik serta konsep yang ada didalamnaya.
3.        Penutup
·         Guru membimbing peserta didik dalam membuat kesimpulan.
·         Guru menunjuk pada salah satu siswa yang mampu membuat kesimpulan dengan konsep Termodinamika.
·         Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
g.    Penilaian
1)   Penilaian kognitif diperoleh dari nilai post-test dan ulangan harian.
2)   Penilaian afektif siswa berdasarkan daftar kehadiran siswa ,keaktifan peserta didik dalam menjawab pertanyaan dan keaktifan peserta didiik dalam bertanya.
Nilai afektif peserta didik = 
Menurut kelompok kami model Pembelajaran system pengawasan laku  adalah model pembelajaran yang menekankan pada perubahan perilaku melalui pembentukan sikap optimis dan perilaku positif dalam belajar.Model pembelajaran ini bertitik tolak pada teori belajar behaviorisme yang berfokus pada perubahan perilaku psikologis dan perilaku yang tak teramati. Penerapan model modifikasi tingkah laku dalam pembelajaran, diantaranya: guru selalu perhatian terhadap tingkah laku belajar siswa, modifikasi tingkah laku yang berkemampuan rendah melalui pemberian penghargaan, dan penerapan prinsip pembelajaran individual.

Pengawsan laku memiliki karakteristik tersendiri, yaitu bahwa problem yang menjadi objek penelitian berangkat dari problem pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru. Problem tersebut dinilai oleh sang guru sebagai penghalang terhadap kelancaran dan keefektifan belajar mengajar. Dengan demikian, pengawasan laku dapat dilaksanakan bila guru merasakan dan menyadari terdapat persoalan yang terkait dengan proses dan hasil pembelajaran yang ia laksanakan. Ada enam karekteristik pengawasan laku, yaitu kritik reflektif,kritik dialektis,kolaboratif,resiko,susunan jamak, dan internalisasi teori dan praktek. Model pembelajaran sistem perilaku terdiri dari Model Belajar Menguasai (Mastery Learning Model) dan Model Instruksi Langsung (Direct Instruction Model).
Prinsip-prinsip dari Model Pengawasan Laku adalah sebagai berikut :
1.    Perilku sebagai fenomena yang dapat diamati dan diidentifikasi.
Teori perilaku fokus pada perilaku yang bisa diamati dan menggunakan pandangan yang optimis.
2.    Perilaku maladaptif didapatkan, bukan di program
Belajar menangani pengaruh dalam mendekati materi pelajaran tersebut. Beberapa teknik yang sederhana dapat berhasil pada kasus-kasus yang ringan.

3.    Tujuan perilaku sebagai spesifik dan individual
Tujuan masing-masing siswa mungkin akan berbeda-beda dan bahwa proses latihan harus dilakukan secara perorangan, baik dalam hal materi ataupun proseslatihan itu sendiri.
4.    Teori perilaku fokus pada hal-hal yang ada di sini dan saat ini
Peran proses membentukan perilaku seseorang yang sudah terjadi (lampau) tidaklah terlalu ditekankan dalam hal ini.
              
               Kelebihan teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linear, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shapping yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik untuk tidak bebas berkreasi dan beimajinasi. Sedangkan kelemahan dari teori behavioristik ini sering kali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan atau belajar yang tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan antara stimulus dan respon.










BAB III
3.1 Kesimpulan
                  Model pembelajaran perilaku bertitik tolak dari teori belajar behavioristik, yang memandang belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar apabila ia bisa menunjukkan perubahan tingkah lakunya.
1.     Ciri-ciri model pembelajaran perilaku.
2.     Prinsip model pembelajaran perilaku.
3.     Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran perilaku.
  4.     Implementasi model pembelajaran perilaku dalam pembelajaran.

Kita sebagai calon guru harusnya mampu mendidik para peserta didik kita dengan baik, dengan metode serta teori yang tepat sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik. Oleh karena itu pelajarilah teori-teori pembelajaran yang ada agar kita mampu menemukan kecocokan dalam metode mengajar yang tepat.








DAFTAR PUSTAKA
Ashar, Hasbullahair. Aplikasi Model Pembelajaran untuk Mendukung Kegiatan Belajar Mengajar. Lentera Pendidikan, Vol. 14 No. 2.
Baroroh, Kiromim.2011.Upaya Meningkatkan Nilai-Nilai Karakter Peserta Didik Melalui Penerimaan Metode Role Playing.Vol .8.No.2.
Danumihardja, dkk. 2016. IX SMP.Penerapan Model Pembelajaran Langsung BerbasisBerpikir Kristis dalam Pembelajaran Menulis Karanagan Argumentasi Siswa Kelas .ISSN:2089-2616. Vol.3. No.2.
Dougherty, A. Michael. 2009. Psychological Consultation and Collaboration  in School and Community Settings. A merica. Brooks/Cole, Cengage Learning.
Hilmawan P, dkk. 2017. Model Pembelajaran Sistem Perilaku. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.
Hudha, dkk. 2016. Telaah Model-model pembelajaran dan sintaksnya sebagai upaya pengembangan model pembelajaran ‘Oidde’ study of instructional models and syntax as an effort for developing ‘oidde’ instructional model. Vol. 2. No. 2. P-ISSN:2442-3750. E-ISSN:2527-6204.
Indabawa, salisu. 2014. Human Relations and Behavioral Science Organizations in Kano Metropolis   Nigeria. Vol 6. No. 25. P-ISSN : 2222-1905. E-ISSN : 2222-2839.
Indriwati. 2011. Perenacanaan Pembelajaran Fisika:Model-Model Pembelajaran Implementasinya dalam Pembelajaran Fisika. Jember: Universitas Jember.
Joyce, dkk. 2016. Model-Model Pengajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Keplicz, Barbara Dunin, dkk. 2005. Monitoring, Security, and Rescue Techniques in Multiagent Systems. Poland : Springer.
Lefudin. 2014. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish (CV Budi Utama).
Mahmud,Tedi.2008.Penelitian Tindakan Kelas Teori dan Praktek. Bandung: Tsabita.
Murry, Francie. 2015. Teaching Teachers the Five Principles of Behavior Reinforcement:Changing Challenging Behaviors in the Classrooms. Vol.4.No.4.
Mutakllim. 2016. Pengawasan ,Evaluasi dan Umpan Balik Stratejik. Vol.V.No.2.
Rahayu,Satukik. 2015. Model Simulasi Dalam Mata  Kuliah Strategi Pembelajaran Fisika. ISSN:2407-6942.Vol.1.No.2.
Sarwo, Edy dan Sri Uchtiawati. 2017. Teori Belajar. Gresik :UMG Press.
Silhavy, Radek, dkk. 2014. Behavioral Modeling in System Engineering. Recent Researches in Automatic Control . ISBN: 978-1-61804-004-6.
Sundari,hanna. 2015. Model-model Pembelajaran dan pemefolehan bahasa kedua/asing. Vol.1. No. 2.
Wahyudi, muchamad. 2016. Pendekatan behavior dalam menangani perilaku indisipliner siswa korban perceraian di SMP Diponegoro. Yogyakarta. Vol XVI. No. 2
Zerz, eva. 2008. Behavioral system theory: A survey. Vol. 18. No. 3.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makalah Global Warming (Pemanasan Global)

Makalah Global Warming (Pemanasan Global) BAB 1 Pendahuluan A.      Latar Belakang Makalah Dalam beberapa tahun terakhir, isu pe...