Jumat, 07 Desember 2018

MAKALAH PENGELOLAAN PENDIDIKAN “PENGELOLAAN KELAS”


MAKALAH PENGELOLAAN PENDIDIKAN
“PENGELOLAAN KELAS”


Dosen Pengampu        : Dwi Agus Kurniawan, S.Pd., M.Pd

KELOMPOK 7
1.    Sri Sukma Ajeng N          (A1C317003)
2.    M. Fikri Oksaputra           (A1C317053)
3.    Bs. Dita fitri                     (A1C317054)
4.    Iren Fannysah Naibaho    (A1C317065)


PRODI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PNEDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018



KATA PENGANTAR

            Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah mengizinkan penulis untuk membuat sebuah makalah Pengelolaan Pendidikan tentang PENGELOLAAN KELAS karena ridhanya lah penulis dapat menerbitkan makalah ini.
            Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT dan dan dosen pengampu bapak Dwi Agus Kurniawan, S.Pd.,M.Pd. dan orang-orang yang telah mendukung.
Dalam penulisan makalah ini penulis mendapatkan banyak ilmu pengetahuan yang baru, dan penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu masukan dan saran sangat penulis perlukan untuk makalah ini.
Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya dan jadi pedoman bagi yang membacanya.
Wallahu a’lam bi al-shawab

Jambi,   November 2018

     PENULIS





DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar.................................................................................................................. i
Daftar Isi............................................................................................................................ ii
Daftar Gambar.................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................. 1
1.2 Tujuan............................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kajian Teori................................................................................................................. 3
2.1.1 Pengertian Pengelolaan Kelas..................................................................................... 3
2.1.2Tujuan Pengelolaan Kelas............................................................................................ 7
2.1.3 Cara Pengelolaan Kelas.............................................................................................. 9
2.1.4 Peranan Guru Dalam Pengelolaan Kelas.................................................................... 18
2.1.5 Jenis-jenis Pengelolaan Kelas..................................................................................... 27
2.2 Kajian Kritis................................................................................................................ 32
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................... 34
3.2 Saran.............................................................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA



DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gaya Auditorium .............................................................................................. 14
Gambar 2. Gaya Tatap Muka (Fase to Fase) ...................................................................... 14
Gambar 3. Gaya Off-set...................................................................................................... 14
Gambar 4. Gaya Seminar..................................................................................................... 15




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Sekolah adalah tempat belajar bagi siswa, dan tugas guru adalah sebagian besar terjadi dalam kelas adalah membelajarkan siswa dengan menyediakan kondisi belajar yang optimal. Kondisi belajar yang optimal dicapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikanya dalam situasi yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pelajaran.
Dalam kelas segala aspek pembelajaran bertemu dan berproses, guru dengan segala kemampuannya, murid dengan segala latar belakang dan potensinya, kurikulum dengan segala komponennya, metode dengan segala pendekatannya, media dengan segala perangkatnya, materi serta sumber pelajaran dengan segala pokok bahasannya bertemu dan berinteraksi di dalam kelas. Oleh karena itu, selayaknya kelas dimanajemeni secara baik dan professional.
Menurut Nurdin dan Sibaweh (2015 : 237) kelas sebagai ruangan aktivitas belajar mengajar, tentunya perlu sebuah kenyamanan dan keamanan di dalamnya, nyaman terhadap gangguan yang bersifat fisik maupun nonfisik, kalau kita memperlihatkan kenyamanan belajar akan menjadi nyata apabila di dalam kelas terdapat rangsangan yang memacu siswa untuk belajar, tetapi sebenarnya siswa terpacu dalam belajar bukan hanya dipengaruhi oleh rangsangan yang terdapat di dalam kelas tetapi juga dipengaruhi oleh rangsangan yang terdapat di luar kelas. Hanya saja terkadang tidak disadari bahwa kedua aspek tersebut saling mempengaruhi.
Kegiatan guru di dalam kelas meliputi dua hal pokok, yaitu mengajar dan mengelola kelas. Kegiatan mengajar dimaksudkan secara langsung menggiatkan siswa mencapai tujuan seperti menelaah kebutuhan siswa, menyusun rencana pelajaran, menyajikan bahan pelajaran kepada siswa, mengajukan pertanyaan kepada siswa, menilai kemajuan siswa adalah contoh-contoh kegiatan mengajar. Kegiatan mengelola kelas bermaksud menciptakan dan mempertahankan suasana (kondisi) kelas agar kegiatan mengajar itu dapat berlangsung secara efektif dan-efisien. Memberi ganjaran dengan segera, mengembangkan hubungan yang baik antara guru dan siswa, mengembangkan aturan permainan dalam kegiatan kelompok adalah contoh-contoh kegiatan mengelola kelas.
Pada prinsipnya bahwa pengelolaan kelas berfungsi untuk bagaimana siswa mau belajar dengan sungguh-sungguh. Dan dominasi yang paling nyata adalah bagaimana penataan kelas itu sesuai dengan harapan warga belajar, ketika penataan itu meyenangkan dan membuat siswa termotivasi untuk belajar maka disinilah penataan itu perlu terus untuk dikembangkan.

1.2  Tujuan
a.       Dapat mengetahui pengertian pengelolaan kelas
b.      Dapat mengetahui tujuan pengelolaan kelas
c.       Dapat mengetahui cara pengelolaan kelas
d.      Dapat mengetahui peranan guru dalam pengelolaan kelas
e.       Dapat mengetahui jenis-jenis pengelolaan kelas



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Pengelolaan Kelas
Kelas dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula (Arikunto, 2014 : 3).
Pengelolaan kelas lebih berfokus bagaimana siswa itu dapat terlibat sebagai pelaksana kegiatan dan pelaku kegiatan yang dapat diberdayakan sedemikian rupa yang memungkinkan dengan keterlibatan siswa dapat memberikan jalan kemudahan dan peningkatan keilmuan yang dimiliki oleh siswa. Diharapkan dan mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan baik yang tentunya sesuai dengan bakat dan minat siswa (Nurdin dan Sibaweh 2015 : 239).
Menurut Amri (2014 : 183) dalam jurnal Azizah (2017 : 2), Pengelolaaan kelas adalah kegiatan yang dilakukan guru yang ditunjukkan untuk menciptakan kondisi kelas yang memungkinkan berlangsungnya proses pembelajaran yang optimal.
Menurut Djiwandono (2002) dalam jurnal Cahyani (2012 : 6), Pengelolaan kelas adalah tingkah laku guru yang dapat menghasilkan prestasi siswa yang tinggi karena keterlibatan siswa di kelas, tingkah laku siswa yang tidak banyak mengganggu kegiatan guru dan siswa lain, serta penggunaan waktu yang efisien.
Menurut Djamarah (2006) dalam jurnal Aliyyah (2016 : 82), Pengelolaan kelas adalah masalah tingkah laku yang kompleks, dan guru menggunakannya untuk menciptakan serta mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mencapai tujuan pengajaran secara efisien dan memungkinkan mereka dapat belajar.
Pengelolaan kelas dalam bahasa Inggris diistilahkan sebagai Classroom Management, itu berarti istilah pengelolaan identik dengan manajemen. Pengertian pengelolaan atau manajemen pada umumnya yaitu kegiatan-kegiatan meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan, dan penilaian. Definisi di atas menunjukkan bahwa pengelolaan kelas merupakan seperangkat perilaku yang kompleks dimana guru menggunakan untuk menata dan memelihara kondisi kelas yang akan memampukan para siswa mencapai tujuan pembelajaran secara efisien. Pengelolaan kelas dapat diartikan suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan (Sholikhudin, 2017 : 297).
Menurut Rohani (2003 : 123) dalam jurnal Pangastuti (2017 : 39), Pengelolaan kelas merupakan kegiatan – kegiatan yang mampu menciptakan dan mempertahankan kondisi optimal pada saat proses pembelajaran dari gangguan yang datang untuk merusak kondisi kelas.
Menurut Jacobsen (2009 : 41) dalam jurnal Isbadrianingtyas (2016 : 901), Kelas merupakan lingkungan yang digunakan dalam proses pembelajaran. Untuk menciptakan lingkungan tersebut dibutuhkan seorang pengelola. Guru sebagai pengelola dalam pembelajaran. Pengelolaan kelas adalah cara guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang tertib.
Pengelolaan kelas  merupakan suatu usaha menyiapkan kondisi yang optimal agar proses atau kegiatan pembelajaran dapat berlangsung secara lancar. Dengan melihat konteks tersebut, pengelolaan kelas dapat dipandang sebagai suatu usaha yang sangat penting dan harus mendapat prioritas oleh seorang guru dalam berbagai macam aktivitas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan peserta didik (Prasetyaningsih, 2016 : 151-152).
According to Khalkhali (2010) in Esmaeili (2015 : 1), Classroom is a preliminary stage for educational activities and it is a position for preparing people for living in a changing world. Classroom is a place that some direct services are provided for students so that they develop individually and socially and the requirement for healthy and holistic society development can be provided.
Menurut Khalkhali (2010) dalam Esmaeili (2015 : 1), Kelas adalah tahap awal untuk kegiatan pendidikan dan itu adalah posisi untuk mempersiapkan orang-orang untuk hidup di dunia yang terus berubah. Kelas adalah tempat yang beberapa layanan langsung disediakan untuk siswa sehingga mereka mengembangkan secara individu dan sosial dan persyaratan untuk pengembangan masyarakat yang sehat dan holistik dapat diberikan.
According to Brophy (2006) in Gion (2014 : 11), presents a similar definition: “Classroom management refers to actions taken to create and maintain alearning environment conducive to successful instruction (arranging the physicalenvironment, establishing rules and procedures, maintaining students' attention to lessons andengagement in activities)”. Both definitions emphasize the importance of actions taken by the teacher to facilitate learning among the students.
Menurut Brophy (2006) dalam Gion (2014:11), menyajikan definisi serupa: “Manajemen kelas mengacu pada tindakan yang diambil untuk membuat dan memelihara lingkungan belajar yang kondusif untuk instruksi yang sukses (mengatur fisik lingkungan, menetapkan aturan dan prosedur, mempertahankan perhatian siswa terhadap pelajaran dan keterlibatan dalam kegiatan)”. Kedua definisi menekankan pentingnya tindakan yang diambil oleh guru untuk memfasilitasi pembelajaran di antara para siswa.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah dinyatakan pentingnya manajemen kelas. Manajemen kelas adalah semua aktivitas guru di kelas yang dapat menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar. Manajemen kelas adalah suatu usaha yang dilakukan penanggung jawab kegiatan belajar mengajar dengan tujuan agar tercapai kondisi yang optimal serta kondusif, sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan dan mengendalikan jika terjadi gangguan atau hambatan (Momongan, 2015:222).
According to Ming-tak and Wai-Shing (2008 : 3) The term “classroom management” has been defined in many different ways, depending on which of its aspects on focuses on, the particular philosophical positions held, and the operational approaches adopted. Some examples of different views on classroom management are summarized below.
1.      It is a dimension of effective teaching, and a process through which an effective classroom environment is created (Good and Brophy, 1997).
2.      It focuses on student behavior, especially discipline problems, and deals with issues of low learning motivation and poor self-esteem (Campbell, 1999).
3.      It refers broadly to all activities that teachers carry out in the classroom. It aims to promote student involvement and cooperation (Sanford et., 1983, Cited in Jones And Jones, 2001).
4.      It emphasizes the educational value of promoting the growth of students. Its focus is also on proactive and developmental classroom practices, rather than those with negative features of control and punishment (McCaslin and Good, 1992).
               Menurut Ming-tak dan Wai-Shing (2008: 3) Istilah "manajemen kelas" telah didefinisikan dalam berbagai cara, tergantung pada aspek-aspeknya yang berfokus pada, posisi filosofis tertentu yang dimiliki, dan pendekatan operasional yang diadopsi. Beberapa contoh pandangan yang berbeda tentang manajemen kelas dirangkum di bawah ini.
1.      Ini adalah dimensi pengajaran yang efektif, dan proses di mana lingkungan kelas yang efektif diciptakan (Good and Brophy, 1997).
2.      Ini berfokus pada perilaku siswa, terutama masalah disiplin, dan berhubungan dengan masalah motivasi belajar rendah dan harga diri yang rendah (Campbell, 1999).
3.      Ini secara luas mengacu pada semua kegiatan yang dilakukan guru di kelas. Ini bertujuan untuk mempromosikan keterlibatan dan kerja sama siswa (Sanford et., 1983, Dikutip dalam Jones and Jones, 2001).
4.      Ini menekankan nilai pendidikan untuk mendorong pertumbuhan siswa. Fokusnya juga pada praktik ruang kelas yang proaktif dan pengembangan, daripada mereka yang memiliki fitur kontrol dan hukuman negatif (McCaslin dan Good, 1992).
2.1.2 Tujuan Pengelolaan Kelas
Menurut Saifuddin (2018 : 73) tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan. Secara umum tujuan dari pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja untuk terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi siswa.
Menurut Rukajat (2018) tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan baik sehingga segera tercapainya tujuan pengajaran secara afektif dan efisien.
Menurut Uno (2014 : 23) dalam jurnal Azizah dan Estiastuti (2017 : 2) menyatakan bahwa tujuan pengelolaan kelas ada dua, yaitu tujaun umum dan tujuan khusus, tujuan umumnya adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Menurut Nurdin dan Sibaweh (2015 : 237) pada perinsipnya bahwa pengelolaan kelas berfungsi untuk bagaimana siswa mau belajar bersungguh-sungguh. Dan dominasi yang paling nyata adalah bagaimana kelas itu sesuai dengan harapan warga belajar, ketika penataan itu menyenangkan dan membuat siswa termotivasi untuk belajar maka disinilah penataan itu perlu terus untuk dikembangkan.
Menurut Pranandri, dkk (2016 : 482) pelaksanaan pengelolaan kelas juga tidak lepas dari peran serta siswa sebagai subjek yang ada dikelas. Menurut Djamarah (2006:184) dalam jurnal Pranandri, dkk (2016 : 482) pengelolaan kelas terdiri dari atas lingkungan fisik, kondisi sosial-emosional, dan kondisi organisasional. Persepsi siswa sebagian besar dipengaruhi oleh factor kondisi sosio-emosional didalam kelas itu sendiri. Kondisi sosiso-emosional yang dimaksudkan yaitu suara guru selama berada di dalam kelas, sikap guru dalam mengadapi peserta didik. Dari hasil observasi yang dilakukan, kondisi sosio-emosional sangat berpengaruh terhadap persepsi siswa kepada guru di kelas. Siswa selalu melihat sikap yang diberikan guru didalam kelas. Siswa selalu mendambakan sosok guru yang baik dan memberikan pelayanan terbaik bagi siswa. Guru dianggap siswa memiliki sosok seperti itu selama pembelajaran anak akan cenderung menurut dan selalu perhatiaan dengan apa yang dilakukan guru. Guru tersebut dianggap memiliki kemmampuan dalam hal pengelolaan yang baik bagi siswa. Hal tersebut sesuai hal penelitian Ademulyono (2012) dalam jurnal Pranandri, dkk (2016 : 482) yang membuktikan bahwa keterampilan atau teknik manajemen kelas yang efektif dilakukan oleh guru memiliki pengaruh yang kuat dan positif terhadap prestasi siswa.
Acording to Lakes and Smith (2002) in journal Rijal (2014 : 49) have recognized the significance of effective classroom management as the first tool to improve learning effectiveness. These scholars have suggested that classroom management should be considered as an integrated function of characteristics development in teachers, behavioral management across the school community, managing school environment for effective teaching-learning, organizing and managing resources for effective learning, and designing effective lessons for effective student learning whereby they could show up their optimal participation and process engagement. Of course, classroom management stands for managing effective teaching learning. These scholars have claimed that effective classroom management has a noble reason of doing all of the things that a teacher does to organize students, space, time and materials so that instruction in content and student learning can take place by fostering student involvement and cooperation in all classroom activities, and establishing a productive working environment.
Menurut Lakes dan Smith (2012) dalam jurnal Rijal (2014 : 49) pentingnya kelas yang efektif manajemen sebagai alat pertama untuk meningkatkan pembelajaran efektivitas. Para sarjana ini telah menyarankan bahwa manajemen kelas seharusnya dianggap sebagai fungsi terintegrasi pengembangan karakteristik pada guru, manajemen perilaku di sekolah komunitas, mengelola lingkungan sekolah untuk pengajaran-pembelajaran yang efektif, pengorganisasian dan mengelola sumber daya untuk pembelajaran yang efektif, dan merancang pelajaran yang efektif untuk siswa yang efektif belajar dimana mereka dapat memunculkan mereka partisipasi optimal dan keterlibatan proses. Tentu saja, manajemen kelas berarti mengelola pembelajaran mengajar yang efektif. Para sarjana ini mengklaim itu efektif manajemen kelas memiliki alasan yang mulia melakukan semua hal yang dilakukan seorang guru mengatur siswa, ruang, waktu dan bahan jadi instruksi dalam konten dan pembelajaran siswa dapat terjadi dengan mendorong keterlibatan siswa dan kerja sama dalam semua aktivitas kelas, dan membangun lingkungan kerja yang produktif.

2.1.3 Cara Pengelolaan Kelas
According to Delceva and Dizdarevik (2014) In order to be efficient, a teacher has to bear in mind that the following phases are essential to the teaching process:
1.      Planning and preparing for the lesson;
2.      Duration of the lesson itself, along with performance;
3.      Establishing a positive climate in the classroom;
4.      Establishing a working atmosphere and discipline;
5.      Evaluation of progress and
6.      Evaluation of one’s own work.
For all this to be realized successfully, conditions should be met:
1.      The teachers has to maintain a high level of attention in his students;
2.      He should encourage them and motivate them during the entirety of the lesson;
3.      Activities realized during the lesson should be in accordance with the type ofstudying we are trying to achieve.

               Menurut Delceva dan Dizdaverik (2014:53) Agar efisien, seorang guru memiliki untuk diingat bahwa faseberikut adalahpenting untuk proses pengajaran:
1.      Merencanakan dan mempersiapkan pelajaran;
2.      Durasi pelajaran itu sendiri, bersamadengan kinerja;
3.      Menetapkan iklim positif dikelas;
4.      Membangun suasana kerjadan disiplin;
5.      Evaluasi kemajuan dan
6.      Evaluasi pekerjaan sendiri.
Agar semua ini berhasil direalisasikan,kondisi harus dipenuhi:
1.      Para guru harus mempertahankan yang tinggitingkat perhatian pada murid-muridnya;
2.      Dia harus mendorong mereka dan memotivasimereka selama keseluruhan pelajaran;
3.      Aktivitas yang direalisasikan selama pelajaranharus sesuai dengan jenisbelajar kami coba capai.
Menurut Istihana (2015:274-275) dalam penyusunan rancangan prosedur pengelolaan kelas. Adapun teknik-tekniknya sebagai berikut:
a.       Teknik mendekati. Bila seorang siswa mulai bertingkah, satu teknik yang biasanya efektif yaitu teknik mendekatinya.
b.      Teknik memberikan isyarat. Apabila siswa berbuat penakalan kecil, guru dapat memberikan isyarat bahwa ia sedang diawasi isyarat tersebut dapat berupa petikan jari, pandangan tajam, atau lambaian tangan.
c.       Teknik mengadakan humor. Jika insiden itu kecil, setidaknya guru memandang efek saja, dengan melihatnya secara humoristis, guru akan dapat mempertahankan suasana baik, serta memberikan peringatan kepada si pelanggar bahwa ia tahu tentang apa yang akan terjadi.
d.      Teknik tidak mengacuhkan. Untuk menerapkan cara ini guru harus lues dan tidak perlu menghukum setiap pelanggaran yang diketahuinya. Dalam kasus-kasus tertentu, tidak mengacuhkan kenakalan justru dapat membawa siswa untuk di perhatikan.
e.       Teknik menghimbau. Kadang-kadang guru sering mengatakan, “harap tenang”. Ucapan tersebut adakalanya membawa hasil siswa memperhatikannya. Tetapi apabila himbauan sering digunakan mereka cenderung untuk tidak menggubrisnya.
Dalam pengelolaan kelas, guru juga bisa melakukan, pengorganisasian kelas, melakukan kegiatan komunikasi, kegiatan monitoring dan seperti apa ketika menyampaikan pembelajarannya.
a.       Pengorganisasian kelas, antara lain:
1.      Mengatur tempat duduk, sehingga memudahkan siswa memandang ataupun berpindah.
2.      Membuat jadwal harian dan mendiskusikannya.
3.      Siswa diberi janji sampai guru memaparkan secara jelas kegiatan yang akan dating.
4.      Mendorong siswa untuk bertanggung jawab dalam belajar untuk tidak mengerjakan tugas-tugas siswa lainnya.
5.      Menetapkan kegiatan rutin untuk mengumpulkan pekerjaan rumah.
6.      Melakukan kompetisi kelompok untung merangsang transisi yang lebih banyak lagi.
Menurut Nurdin dan Sibaweh (2015:240) kegiatan yang lebih terperinci yang perlu dilaksanakan dalam manajemen kelas sebagai berikut:
1.      Mengecek kehadiran siswa. Siswa dilihat keberadaannya satu persatu terutama diarahkan untuk melihat kesiapannya dalam mengikuti proses belajar mengajar, kesiapan secara fisik terutama mental karena dengan perhatian awal akan memberikan dorongan kepada mereka untuk dapat mengikuti kegiatan.
2.      Mengumpulkan hasil pekerjaan siswa, memeriksa dan menilai hasil pekerjaan tersebut. Pekerjaan yang sudah hendaknya dengan cepat dikumpulkan dan diberikan komentar singkat sehingga rasa penghargaan yang tinggi dapat membeikan motivasi atas kerja yang sudah dilakukan.
3.      Pendistribusian bahan dan alat. Apabila ada alat dan bahan belajar yang harus didistribusikan maka secara adil dan proporsional setiap siswa memperoleh kesempatan untuk melakukan praktik atau menggunakan alat dan bahan dalam proses belajarnya.
4.      Mengumpulkan informasi dari siswa. Banyak informasi yang berguna bagi guru dan bagi siswa itu sendiri yang dapat diperoleh dari siswa baik yang berupa informasi tentang pribadi siswa maupun berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan siswa yang harus dan sudah dikerjakan.
5.      Mencatat data. Data-data siswa baik secara perorangan maupun kelompok yang menyangkut individu maupun pekerjaan sangat penting untuk dicatat karena dengan akan mendukung guru dalam memberikan evaluasi akhir akhir terhadap pencapaian hasil pekerjaan siswa.
6.      Pemeliharaan arsip. Arsip-arsip tentang kegiatan dalam kelas disimpan dan ditata dengan rapih dan dipelihara sebagai tangung jawab bersama sehingga dapat memberikan informasi baik guru maupun bagi siswa.
7.      Menyampaikan materi pelajaran. Tugas utama guru adalah memberikan informasi tentang bahan belajar yang harus dilakukan siswa dengan teratur dan dapat menggunakan berbagai media dan informasi yang ada dalam kelas.
8.      Memberikan tugas/PR. Penugasan adalah proses memberikan tanggung jawab kepada siswa untuk melakukan kegiatan secara mandiri dan dapat mengevaluasi kemampuan secara sendiri.
Menurut Dantes (2014:115) manajemen kelas yang baik terarah kepada upaya pencegahan munculnya perilaku bermasalah, dan penataan likungan fisik merupakan unsure penting dalam manajemen kelas. Penataan kelas akan mempengaruhi keterlibatan dan partisipasi peserta didik, dan penataan secara fisik harus sejalan dengan tujuan pembelajaran. Wahana lingkungan fisik akan mempengaruhi perilaku peserta didik secara langsung maupun melalui perilaku guru, atau melalui tugas-tugas terstruktur yang diberikan guru kepada peserta didik.
Sebagai contoh, ketika peserta didik diminta untuk curah gagasan untuk kerj mereka lebih baik dalam posisi duduk berlingkar daripada dalam posisi berbanjar. Ini menunjukkan bahwa dalam posisi melingkar para peserta didik lebih mudah berinteraksi lebih mudah memantau interaksi mereka.
Pengelompokan peserta didik kedalam kelompok kecil harus dilakukan dengan hati-hati. Apakah kelompok akan dibuat secara homogin atau heterogin. Kelompok homogin adalah kelompok yang terdiri atas peserta didik dengan kemampuan dan kebutuhan yang relative sama, sedangkan kelompok heterogin adalah kelompok yang terdiri atas peserta didik dengan kemampuan dan kebutuhan yang beragam. Kelompok homogen akan lebih mudah diatur  tapi sulit memunculkan peran pengamnbil inisiatif di dalam kelompok. Kelompok heterogin memerlukan keragaman perlakuan tetapi mungkin peran-peran pengambil inisiatif yang dapat meningkatkan dinamika dan produktivitas kelompok.
Menurut Marwiyah, dkk (2018:158-162) berikut beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam mendesain kelas lingkungan fisik kelas:
1.      Menata kelas seefektif mungkin sesuai kondisi area jangkauannya
Pada tataran ini, terdapat empat bentuk prinsip dasar yang dapat digunakan ketika hendak menata lingkungan secara efektif, yakni:
a.       Kurangi jangkauan peserta didik terhadap kepadatan ditempat lalu lalang.
b.      Pastikan bahwa anda dapat dengan mudah menjangkau peserta didik.
c.       Materi pengajaran dan perlengkapan belajar peserta didik harus mudah diakses
d.      Pastikan bahwa peserta didik dapat dengan mudah melihat semua kegiatan presentasi kelas.
2.      Merancang gaya penataan kelas secara variatif
Sekurang-kurangnya ada lima bentuk jenis penataan kelas yang dapat dirasa efektif untuk diterapkan disaat melaksanakan kegiatan proses pembelajaran di kelas.

a.       Gaya Auditorium
Gaya auditorium merupakan gaya susunan kelas dimana semua peserta didik menghadap guru.
Gambar 1. Gaya Auditorium

b.      Gaya Tatap Muka (Fase to Fase)
Gaya tatap Muka (fase to fase) merupakan gaya susunan kelas dimana peserta didik saling berhadapan.
Gambar 2. Gaya Tatap Muka (Fase to Fase)

c.       Gaya Off-set
Gaya off-set merupakan gaya susunan kelas di mana sejumlah peserta didik biasanya terdiri dari 3 atau 4 orang yang ada di bangku, tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain.
Gambar 3. Gaya Off-set
d.      Gaya Seminar
Gaya seminar merupakan gaya susunan kelas di mana jumlah besar peserta didik (10 atau lebih) duduk pada susunan penataan posisi belajar yang berbentuk lingkaran, bentuk “U model” atau bentuk persegi. Untuk posisi guru pada tipe lingkaran, tipe “U model” dan model persegi. Untuk posisi guru pada tipe lingkaran, tipe U model dan model persegi dapat dikondisikan apakah berada ditengah-tengah barisan peserta didik, diluar barisan ataukah berada diantara barisan peserta didik.
Gambar 4. Gaya Seminar

e.       Gaya Klaster
Gaya klaster merupakan gaya susunan kelas dimana sejumlah peserta didik biasanya 4 (empat) sampai 8 (delapan) anak bekerja pada kelompok kecil. Tipe pengelompokan diskusi  ini hamper sama dengan model tatap muka (fase to fase) dan model off-set, hanya saja dalam pembentukannya tidak terlalu ditekankan adannya batasan mengenai gaya/bentuk dan pemosisian tempat duduk peserta didik.
3.      Menetepakan strategi pengelolaan kelas.
a.       Menggunakan gaya otoritatif
Strategi pengelolaan kelas yang otoritatif akan mendorong peserta didik untuk menjadi pemikir yang independent (mandiri) termasuk dalam bertindak.  Guru yang otoritatif dapat melibatkan peserta didik dalam berbagai kegiatan pembelajaran terlebih lagi dalam aktivitas yang membutuhkan kerja sama (give and take), baik bersama guru dengan peserta didik ataukah peserta didik bersama peseta didik lainnya.
b.      Mengelola aktifitas kelas secara efektif
Untuk mencapainya dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1.       Buat semenarik mungkin sajian pembelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik
2.       Sertakan aturan kedisiplinan kelas yang harus ditaati.
3.       Penegakan aturan kedisiplinan kelas tidak berat sebelah dalam artian aturan kedisiplinan kelas tidak semata-mata untuk peserta didik yang melainkan guru pun juga harus turut menaatinya.
4.       Menjaga kelancaran dan kontinuitas kebajikan kelas serta materi pelajaran yang disuguhkan
5.       Libatkan peserta didik dalam berbagai aktifitas yang menantang
c.       Membuat, mengajarkan dan mempertahankan aturan dan prosedur kegiatan pengelolaan atau manajemen kelas sebab tanpa kehadiran hal demikian ini bisa jadi menimbulkan kesalah pahaman yang berdampak pada timbuknya kekacauan dalam pembelajaran.
d.      Berikan imbalan/hadiah terhadap prilaku yang tepat.
1.      Memilih penguatan yang efektif
Anda bisa berkata kepada peserta didik, “jika kamu telah selesai mengerjakan soal fisika ini, kamu boleh istirahat atau bermain”
2.      Gunakan prompts (dorongan) secara efektif
Seperti memberi imbalan sehingga ada dorongan untuk perbaikan perilaku yang dikehendaki guru terhadap peserta didik.
3.      Gunakan hadiah untuk memberi informasi tentang penguasaan.
f.       Menjadi komunikator yang baik

According to Dunbar  (2014 :  5) Classroom Management Strategies :
1.      Hold and communicate high behavioral expectations.
2.      Establish clear rules and procedures, and instruct students in how to follow them; give primary-level children and those with low socioeconomic status, in particular, a great deal of instruction, practice, and reminding.
3.      Make clear to students the consequences of misbehavior.
4.      Enforce classroom rules promptly, consistently, and equitably from the very first day of school.
5.      Work to instill a sense of self-discipline in students; devote time to teaching selfmonitoring skills.
6.      Maintain a brisk instructional pace and make smooth transitions between activities.
7.      Monitor classroom activities; give students feedback and reinforcement regarding their behavior.
8.      Create opportunities for students (particularly those with behavioral problems) to experience success in their learning and social behavior.
9.      Identify students who seem to lack a sense of personal efficacy and work to help them achieve an internal locus of control.
10.  Make use of cooperative learning groups, as appropriate.
11.  Make use of humor, when suitable, to stimulate student interest or reduce classroom tensions.
12.   Remove distracting materials (athletic equipment, art materials, etc.) from view when instruction is in progress.
Menurut Dunbar (2014: 5) Strategi Manajemen Kelas:
1.      Pegang dan komunikasikan harapan perilaku yang tinggi.
2.      Tetapkan aturan dan prosedur yang jelas, dan instruksikan siswa bagaimana cara mengikutinya; memberikan anak-anak tingkat dasar dan mereka yang memiliki status sosial ekonomi rendah, khususnya, banyak instruksi, latihan, dan mengingatkan.
3.      Buat jelas kepada siswa konsekuensi dari perilaku buruk.
4.      Tegakkan aturan kelas dengan segera, konsisten, dan adil dari hari pertama sekolah.
5.      Bekerjalah untuk menanamkan rasa disiplin diri pada siswa; curahkan waktu untuk mengajarkan keterampilan selfmonitoring.
6.      Pertahankan kecepatan instruksional yang cepat dan buat transisi yang mulus antar aktivitas.
7.      Pantau aktivitas kelas; beri siswa umpan balik dan penguatan mengenai perilaku mereka.
8.      Ciptakan peluang bagi siswa (terutama mereka yang memiliki masalah perilaku) untuk mengalami keberhasilan dalam pembelajaran dan perilaku sosial mereka.
9.      Identifikasi siswa yang tampaknya kurang memiliki keefektifan pribadi dan bekerja untuk membantu mereka mencapai locus of control internal.
10.   Memanfaatkan kelompok pembelajaran kooperatif, yang sesuai.
11.   Manfaatkan humor, ketika cocok, untuk merangsang minat siswa atau mengurangi ketegangan kelas.
12.   Hapus materi yang mengganggu (peralatan atletik, materi seni, dll.) Dari pandangan ketika instruksi sedang berlangsung.

2.1.4 Peranan Guru Dalam Pengelolaan Kelas
            Menurut Mursalin, dkk (2017 : 106-108), Peranan guru sangat penting dalam pendidikan. Baik buruknya suatu pendidikan dipengaruhi oleh bagaimana seorang guru dapat menyampaikan atau mengajarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai kehidupan yang mampu membawa peserta didik mewujudkan cita-citanya, baik untuk dirinya, keluarga, masyakarat dan bangsanya. Terkait dengan pentingnya peran seorang guru, maka seyogyanya guru harus memiliki berbagai kemampuan, tidak hanya kemampuan akademik yang harus dimiliki oleh seorang guru, akan tetapi bagaimana seorang guru mempunyai kemampuan untuk memotivasi peserta didik, agar mau belajar yang nantinya akan meningkatkan prestasi serta cita-cita peserta didik. Lebih spesifiknya lagi peran yang dimaksud disini berkaitan dengan peran guru dalam proses pembelajaran. Guru merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam pendidikan pada umumnya, karena guru memegang peranan dalam proses pembelajaran, dimana proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan.
Adapun peranan guru menurut pendapat para ahli berikut yang dikutip dalam buku Sardiman (2012, 143) adalah:
1.      Prey Katz menggambarkan peranan guru sebagai komunikator, sahabat yang dapat memberikan nasihat-nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangang sikap dan tingkah laku serta nila-nilai, orang yang menguasi bahan yang diajarkan.
2.      Havighurst menjelaskan bahwa peranan guru di sekolah sebagi pegawai (employee) dalam hubungan kedinasan, sebagai bawahan (subordinate) terhadap atasannya, sebagai kolega dalam hubungannya dengan teman sejawat, sebagai mediator dalam hubungannya dengan anak didik, sebagai pengatur disiplin, evaluator dan penganti orang tua.
3.      James W. Brown mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain: menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencana dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat simpulkan bahwa peranan guru dalam proses belajar mengajar begitu besarmemberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai dan membantu perkembangan aspek-aspek pribadi, seperti sikap, nilai-nilai, dan penyesuaian diri.
Menurut Karwati dan Priansa (2014 : 23) dalam Pranandari, dkk (2016 : 482),  kegiatan pengelolaan kelas meliputi dua kegiatan inti, yaitu pengaturan peserta didik dan pengaturan fasilitas. Dalam pengaturan peserta didik, guru banyak berperan dalam membimbing, mengarahkan, serta memandu aktivitas yang terjadi di dalam kelas. Pengaturan yang dimaksud adalah mengatur dan menempatkan peserta didik sesuai dengan kompetensi intelektual dan perkembangan emosionalnya. Dalam peran ini guru biasanya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menentukan posisi belajar sesuai dengan gaya belajar dan minatnya. Pengaturan fasilitas berhubungan dengan kondisi fisik kelas. Kondisi fisik tersebut antara lain sarana dan prasarana kelas. Diharapkan kondisi fisik kelas dapat memenuhi dan mendukung interaksi yang ada di kelas, sehingga tercipta iklim yang positif dari awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran berlangsung. Pengaturan fisik kelas fokus kepada efektivitas belajar peserta didik sehingga peserta didik merasa nyaman ketika berada di kelas dan mampu belajar dengan baik.
According to Richards & Rodgers (2014) in Rindu (2017 : 84) state that ‘Role’ refers to the part that learners and teachers are expected to play in carrying out learning tasks as well as the social and interpersonal relationships between the participants. In attempting to determine a problem language, the teacher has some roles. A good teacher should have a capacity to perform his roles depend on different circumstances effectively. According to Harmer (1990), a teacher has six roles in managing a class, they are controller, assessor, organizer, prompter, participant, and resource. Additionally, Sanjaya (2007) also states that teacher has six roles in managing a class during teaching and learning process, they are teacher as a learning source, facilitator, manager, demonstrator, guide, and motivator.
       Selanjutnya, menurut Richards & Rodgers (2014) dalam Rindu (2017: 84) menyatakan bahwa 'Peran' mengacu pada bagian yang diharapkan peserta didik dan guru untuk bermain dalam melaksanakan tugas belajar serta hubungan sosial dan interpersonal antara peserta. Dalam mencoba untuk menentukan bahasan masalah, guru memiliki beberapa peran. Seorang guru yang baik harus memiliki kapasitas untuk melakukan perannya tergantung pada keadaan yang berbeda secara efektif. Menurut Harmer (1990), seorang guru memiliki enam peran dalam mengelola kelas, mereka adalah pengontrol, penilai, penyelenggara, pembimbing, peserta, dan sumber daya. Selain itu, Sanjaya (2007) juga menyatakan bahwa guru memiliki enam peran dalam mengelola kelas selama proses belajar mengajar, mereka adalah guru sebagai sumber belajar, fasilitator, manajer, demonstran, panduan, dan motivator.
       According to Corps (2008 : 6-7) Classroom management refers to teacher behaviors that facilitate learning. A well-managed classroom increases learning because students spend more time on task.
How to support student learning
1.      Establish classroom rules and procedures during the first days of school and consistently and fairly enforce them throughout the school year. Be consistent.
2.      Establish a positive professional relationship with students—the teacher is both in charge and cooperative. You will never have enough techniques to get students to behave and learn if you do not first create positive relationships.
3.       Give understandable instructions so students know exactly what they are expected to do. (Cultural Hint: Do not ask, “Does everyone understand?” In many cultures, students would not dare say “No” because that would indicate the teacher did not do his or her job well.)
4.      Use nonverbal signals rather than words. Silent cues are less disruptive.
5.      Delegate, delegate, delegate! Students learn skills and responsibility, while saving the teacher time. But, teach students how to accomplish the delegated task or this time saver can turn into a time waster.
6.      Move around the classroom. Move closer to problem spots in the classroom. This tactic tends to prevent or stop inappropriate behaviors.
7.      Have a back-up plan if the lesson is not going well or runs short.
            Menurut Corps (2008: 6-7) manajemen Kelas mengacu pada perilaku guru yang memfasilitasi pembelajaran. Ruang kelas yang dikelola dengan baik meningkatkan pembelajaran karena siswa menghabiskan lebih banyak waktu dalam tugas.
Bagaimana mendukung pembelajaran siswa
1.      Menetapkan peraturan dan prosedur kelas selama hari-hari pertama sekolah dan secara konsisten dan adil menegakkannya sepanjang tahun sekolah. Konsisten.
2.      Bangun hubungan profesional yang positif dengan siswa — guru bertanggung jawab dan kooperatif. Anda tidak akan pernah memiliki cukup teknik untuk membuat siswa berperilaku dan belajar jika Anda tidak membuat hubungan positif terlebih dahulu.
3.      Berikan instruksi yang bisa dimengerti agar para siswa tahu persis apa yang mereka harapkan untuk lakukan. (Petunjuk Kebudayaan: Jangan tanya, "Apakah semua orang mengerti?" Dalam banyak budaya, siswa tidak akan berani mengatakan "Tidak" karena itu akan menunjukkan bahwa guru tidak melakukan tugasnya dengan baik.)
4.      Gunakan sinyal nonverbal daripada kata-kata. Isyarat sepi kurang mengganggu.
5.      Delegasi, delegasi, delegasi! Siswa belajar keterampilan dan tanggung jawab, sambil menghemat waktu guru. Namun, ajari siswa cara menyelesaikan tugas yang didelegasikan atau penghemat waktu ini dapat berubah menjadi pembuang waktu.
6.      Bergerak keliling ruang kelas. Bergerak lebih dekat ke titik masalah di kelas. Taktik ini cenderung untuk mencegah atau menghentikan perilaku yang tidak pantas.
7.      Miliki rencana cadangan jika pelajaran tidak berjalan baik atau berjalan singkat
            Menurut Kirom (2017 : 72-73)  Dari gambaran kelas masa depan, Gary Flewelling dan William Higginson (2003)  menggambarkan peran guru sebagai berikut:
1.      Memberikan stimulasi kepada siswa dengan menyediakan tugas-tugas pembelajaran yang kaya (rich learning tasks) dan terancang dengan baik untuk meningkatkan perkembangan intelektual, emosional, spiritual, dan sosial;
2.      Berinteraksi dengan siswa untuk mendorong keberanian, mengilhami, menantang, berdiskusi, berbagi, menjelaskan, menegaskan, merefleksi, menilai dan merayakan perkembangan, pertumbuhan dan keberhasilan;
3.      Menunjukkan manfaat yang diperoleh dari mempelajari suatu pokok bahasan;
4.      Berperan sebagai seseorang yang membantu, seseorang yang mengerahkan dan memberi penegasan, seseorang yang memberi jiwa dan mengilhami siswa dengan cara membangkitkan rasa ingin tahu, rasa antusias, gairah dari seorang.
     Peranan guru dianggap dominan menurut Dr Rusman, Mpd diklasifikasikan sebagai berikut :
1.      Guru sebagai demonstrator
Melalui perannya sebagai demonstrator, guru hendaknya menguasai bahan atau materi belajaran yang akan diajarkan dan mengembangkannya, karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
2.      Guru sebagai pengelola kelas
Dalam perannya sebagai pengelola kelas (learning managers). Guru hendaknya mampu melakukan penanganan pada kelas, karena kelas merupakan lingkungan yang perlu diorganisasi.
3.      Guru sebagai mediator dan fasilitator
Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup untuk media pendidikan, karena media pendidikan merupakan alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Begitu juga guru sebagai fasilitator, guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang kiranya berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa narasumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar.
4.      Guru sebagai evaluator
Guru sebagai evaluator yang baik, guru hendaknya melakukan penilaian untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai apa tidak, apakah materi yang diajarkan sedah dikuasai atau belum oleh siswa, dan apakah metode yang digunakan sudah cukup tepat.
            According to Tim Knoster (2014 : 23-24) Rapport, expectations, and reinforcement serve as three principles of practice in prevention of student problem behavior in your classroom. This is not to suggest that teaching practices such as active supervision of your students, conducting seamless transitions between activities in your classroom, or checking regularly for student understanding are unimportant— on the contrary, they are important. What I am suggesting, however, is that rapport, expectations, and reinforcement are the primary building blocks of effective classroom management. Each of these three principles of practice is important in its own right; however, the whole is worth far more than the sum of its parts. Regardless of the type of school setting in which you find yourself teaching, these preventative principles of practice should prove helpful to you with your students. These preventative approaches are consistent with universal level (Tier 1) approaches if you are teaching in a PBIS
school. These same universal level approaches are, as well, equally applicable if you are teaching in a more traditional school setting. Given that, let’s turn our attention to each of these principles of practice and, in turn, focus on specifi c
teaching strategies along these same lines.
            Menurut Tim Knoster (2014: 23-24) Hubungan, harapan, dan penguatan berfungsi sebagai tiga prinsip praktik dalam pencegahan perilaku masalah siswa di kelas Anda. Ini bukan untuk menyarankan bahwa praktik mengajar seperti pengawasan aktif siswa Anda, melakukan transisi yang mulus antara kegiatan di kelas Anda, atau memeriksa secara teratur untuk pemahaman siswa tidak penting - sebaliknya, mereka penting. Apa yang saya sarankan, bagaimanapun, adalah bahwa hubungan, harapan, dan penguatan adalah blok bangunan utama dari manajemen kelas yang efektif. Masing-masing dari ketiga prinsip praktik ini penting dalam dirinya sendiri; Namun, keseluruhannya bernilai jauh lebih banyak daripada jumlah bagian-bagiannya. Terlepas dari jenis pengaturan sekolah di mana Anda menemukan diri Anda mengajar, prinsip-prinsip pencegahan praktek harus terbukti membantu Anda dengan siswa Anda. Pendekatan pencegahan ini konsisten dengan pendekatan tingkat universal (Tier 1) jika Anda mengajar di PBISschool. Pendekatan tingkat universal yang sama ini, juga, sama berlaku jika Anda mengajar di lingkungan sekolah yang lebih tradisional. Karena itu, mari kita perhatikan setiap prinsip praktik ini dan, pada gilirannya, berfokus pada strategi pengajaran khusus di sepanjang garis yang sama ini.
            Menurut Salabi (2016 : 75-77) Dalam memecahkan masalah kelas, ada dua pendekatan utama yaitu pendekatan tanpa teori dan yang berdasar teori. Pendekatan tanpa teori dapat diuraikan sebagai berikut (Jacobsen, et.al., 1989).
            Pendekatan larangan dan anjuran. Pendekatan larangan dan anjuran tidak berangkat dari dasar teori yang empiris dan teruji. Pendekatan ini berisi larangan dan anjuran bagi guru dalam memecahkan masalah, misalnya, jangan menegur siswa di hadapan temannya, jangan memperingatkan anak dengan suara yang keras, bersikaplah adil dan tegas kepada anak, buktikan kesalahan sebelum anak dihukum. Dalam penerapan pendekatan ini, ada sejumlah rambu-rambu yang harus dihindari guru dalam memecahkan masalah iklim pembelajaran.
            Pendekatan hukuman dan ancaman. Pendekatan ini penerapannya ditujukan bagi pelanggar tata tertib atau disiplin kelas. Tindakan hukuman dan ancaman bagi pelanggar tata tertib adalah dengan menghukum anak melalui kekerasan, menghardik secara kasar, mencemooh, menertawakan, menghukum salah seorang anak dengan maksud sebagai contoh atau memaksa anak untuk minta maaf.
            Pendekatan masa bodoh. Penerapan pendekatan ini adalah dengan tidakmemecahkan masalah. Hal ini karena pemecahan masalah yang diterapkan guru tidak bertolak dari masalahnya sendiri, misalnya, guru mengacuhkan kejadian, sehingga seolah-olah tidak ada kejadian, mengalihkan perhatian anak kepada situasi lain agar anak tidak memperhatikan keadaan yang terjadi, membiarkan anak yang mela-kukan pelanggaran supaya bosan dengan sendirinya.
            Pendekatan kekuasaan. Pendekatan ini penerapannya dilakukan dengan cara pemaksaan. Anak atau sekelompok anak yang melakukan pelanggaran kelas dipaksa secara kasar untuk menghentikan perbuatannya, misalnya anak dikeluarkan dari kelas secara paksa, anak yang mengganggu kelancaran belajar diminta berdiri di depan kelas, mempermalukan anak di depan kawan-kawannya, guru memarahi anak dengan memaki. Pendekatan ini bertolak dari legalitas kekuasaan guru atas kelas yang diajar. Karena guru adalah penguasa tunggal di kelas. Guru dapat menentukan segala sesuatu di kelas atas kehendaknya sendiri. Sementara, anak harus patuh mengikuti kemauan guru. Apabila cara-cara yang digunakan tidak lagi me-nyelesaikan masalah, guru menggunakan orang lain yang berpengaruh, misalnya kepala sekolah.
            Jenis pendekatan lain dalam mengatasi masalah adalah pendekatan yang berdasar teori yang diuraikan sebagai berikut ini.
1.    Pendekatan perilaku
            Pendekatan ini bertolak dari asumsi dasar bahwa tingkah laku anak terbentuk karena belajar. Oleh karena itu, perilaku menyimpang yang diperbuat anak pada dasarnya juga diperoleh dari belajar. Pendekatan ini bertolak pula dari asumsi dasar bahwa proses belajar terjadi akibat adanya rangsangan eksternal. Mengingat hal itu, melalui pengaturan rangsanganeksternal yang disediakan. Berangkat dari asumsi dasar tersebut, untuk mengubah tingkah laku menyimpang, guru dapat memulakan rangsangan eksternal tertentu pada anak, sehingga rangsangan eksternal yang sudah dipolakan tersebut dapat mengubah ke arah terbentuknya perilaku anak yang dikehendaki.
            Ada beberapa teknik pengubahan dan pembentukan tingkah laku yang dapat diterapkan guru untuk memecahkan masalah iklim pembelajaran. Teknik-teknik tersebut adalah (1) teknik penguatan, (2) teknik hukuman, dan (3) penghilangan. Teknik penguatan meliputi penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif difungsikan untuk meneguhkan perilaku yang dikehendaki. Sedangkan penguatan negatif difungsikan untuk meneguhkan proses pengubahan perilaku ke arah yang dikehendaki (Jacobsen, et.al., 1989).
            Penerapan penguatan positif dilakukan dengan memberikan ganjaran, atau gerak gestural (acungan jempol atau anggukan kepala) atau pernyatan verbal yang menyatakan kesetujuan guru atas perlakuan anak. Demikian pula penerapan penguatan negatif. Anak, yang menunjukkan perubahan perilaku dari perilaku negatif ke arah perilaku positif, dapat diberi peneguhan. Bentuk peneguhannya adalah guru mengurangi tindakan yang selama ini dianggap anak tidak menyenangkan baginya karena melakukan penyimpangan. Misalnya, apabila biasanya guru marah, dengan adanya perubahan ke arah positif yang ditunjukkan anak, guru tidaklagi marah padanya. Pada perubahan berikutnya guru mulai tersenyum terhadap anak tersebut, hingga akhirnya guru memberi ucapan selamat setelah perbuatan anak betul-betul tidak menyimpang. Hukuman dan penghilangan diterapkan untuk meniadakan tingkah laku menyimpang. Hukumanadalah bentuk rangsanan yang tidak menyenangkan anak. Dengan rangsanganyang tidak menyenangkan, diharapkan anak dapat menghilangkan perilaku yang menyimpang.
2.    Pendekatan sosio-emosional
            Pendekatan ini menekankan pentingnya hubungan interpersonal. Kunci sukses iklim pembelajaran adalah komunikasi antar pribadi. Timbulnya masalah iklim pembelajaran karena komunikasi antar pribadi tidak berjalan lancar. Masalah iklim pembelajaran timbul akibat ketidakmampuan anak memahami akibat tingkah laku yang menyimpang (Jacobsen, et.al, 1989).
            Untuk memecahkan masalah, guru perlu membantu anak untuk memahami ciri-ciri masalah. Ini artinya, menurut pendekatan sosioemosioanl, jika ada masalah iklim pembelajaran, maka adalah siswa sendiri yang harus memecahkannya, sementara guru hanya membantu. Hal penting dalam memecahkan masalah iklim pembelajaran adalah (1) sikap guru yang terbuka dan menghindari kepura-puraan, (2) menerima dan menaruh kepercayaan terhadap anak, dan (3) memiliki sikap empati terhadap anak.

2.1.5 Jenis-jenis Pengelolaan Kelas
Menurut Dantes  (2014 : 107 – 109) Tidak ada satu pendekatanpun yang dianggap pendekatan terbaik dalam manajemen kelas. Oleh karena itu seorang guru memang perlu memahami berbagai pendekatan, yang secara ringkas akan dicoba didiskusikan didalam uraian berikut ini.  Walaupun terkesan terjadi penyederhanaan yang berlebihan, hasil kajian literatur menunjukkan ada sembilan definisi, yang sekaligus menggabarkan pendekatan, tentang manajemen kelas kesembilan ini dibedakan karena memang setiap pendekatan menampilkan posisi filofis dan wujud operasional dari manajemen kelas.
Pendekatan pertama ialah Pendekatan Otoriter. Pendekatan ini memandang bahwa manajemen kelas sebagai proses mengendalikan perilaku peserta didik dalam posisi ini, peranan guru adalah mengembangkan dan memelihara aturan atau disiplin didalam kelas. Tekanan utamanya terletak pada menjaga ketertiban dan memelihara kendali melalui penerimaan disiplin. Didalam pendekatan ini disiplin adalah sama dengan manajemen kelas.
Terkait erat dengan pendekatan otoriter, pendekatan kedua disebut Pendekatan intimidasi, pendekatan ini juga memandang manajemen kelas sebagai proses mengendalikan perilaku peserta didik. Lain halnya dengan pendekatan otoriter, pendekatan intimidasi tampak lebih dilandasi oleh asumsi bahwa perilaku peserta didik paling baik dikendalikan oleh perilaku guru. Perilaku guru yang dimaksud seperti menyalahkan, ancaman, paksaan dan penolakan. Peran guru menggiring peserta didik berperilaku sesuai dengan keinginan guru dan merasa takut untuk melanggarnya.
Pandangan ketiga, yang bertentangan langsung dengan pendekatan intimidatif, ialah pendekatan permisif.  Esensi pendekatan terletak pada peran guru memaksimalkan kebebasan peserta didik, membantu peserta didik merasa bebas melakukan apa yang mereka mau lakukan. Jika hal itu tidak dilakukan maka yang terjadi adalah proses menghambat perkembangan peserta didik.
Tidak seperti pendekatan sebelumnya, pendekatan keempat ini disebut pendekatan buku masak. Pendekatan ini tidak didasarkan atas konsep teoretik atau landasan psikologis tertentu. Pendekatan ini merupakan kombinasi dari berbagai pandangan, merupakan himpunan “resep” bagi guru. Pendekatan ini disajikan dalam bentuk daftar tentang apa yang hendaknya dilakukan dan tidak dilakukan guru didalam mereaksi berbagai situasi bermasalah. Pendekatan ini disebut pendekatan buku masak karena berisi rakitan daftar tahap demi tahap apa yang harus dilakukan guru : peran guru adalah mengikuti resep itu.
Pendekatan manajemen kelas yang kelima didasarkan kepada suatu keyakinan bahwa perencanaan dan pembelajaran yang cermat (careful) akan mencegah muncul perilaku bermasalah. Pendekatan ini menekankan bahwa perilaku guru dalam pembelajaran ialah mencegah atau menghentikan perilaku peserta didik yang tidak tepat. Peran guru ialah merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dengan baik, yaitu pembelajaran yang sesai dengan kebutuhan dan minat peserta didik dan yang memotivasi peserta didik. Pendekatan kelima ini disebut pendekatan instruksional.
Pendekatan keenam ialah pendekatan modifikasi perilaku. Pendekatan ini memandang manajemen kelas sebagai proses memodifikasi perilaku peserta didik. Peran guru adalah mempercepat tercapainya perilaku yang dikehendaki dan mengurangi atau menekan perilaku yang tidak dikehendaki. . dengan kata lain, guru membantu peserta didik mempelajari perilaku yang tepat dengan menggunakan prinsip – prinsip pengkondisian dan penguatan.
Pendekatan ketujuh memandang manajemen kelas sebagai proses menciptakan iklim sosioemosional  yang positif didalam kelas. Asumsi dari pendekatan ini ialah bahwa belajar itu dimaksimalkan didalam iklim kelas yang positif dan iklim semacam ini muncul dan hubungan antar pribadi yang positif antara guru-peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik.
Pendekatan yang kedelapan menempatkan kelas sebagai suatu sistem sosial diproses kelompok dalam sistem tersebut menjadi hal penting yang paling utama. Asumsi dasarnya ialah bahwa pembelajaran itu terjadi didalam kelompok. Oleh karena hakikat dan perilaku kelompok kelas dipandang sebagai faktor yang memiliki pengaruh berarti (signifikan) terhadap belajar, bahkan dalam proses belajar individual sekalipun.
Kedelapan posisi yang dikemukakan diatas menggambarkan perbedaan dan pendekatan manajemen kelas, dengan masing – masing keyakinan. Akan tetapi tidak ada satu pendekatan pun yang teruji paling baik. Oleh karen aitu, anda sebagai seorang guru didorong untuk menyerap pendekatan – pendekatan tersebut dan tidak hanya bertolak satu pendekatan. Anda didorong untuk melihat adanya kejamakan definisi tentang manajemen kelas.
Pendekatan kesembilan bertolakan dari kejamakan definisi. Definisi jamak adalah memperluas ragam pendekatan dari mana kita akan memilih strategi untuk menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang mendukung terjadinya pembelajaran yang efektif. Pendekatan jamak atau pendekatan pluralistik (James M. Cooper, ed. 1990)  ini tidak mengikat guru kepada strategi menejerial tunggal, melainkan memberi peluang kepada guru untuk mempertimbangkan yang dapat dan tepat dilakukan.
Jika disimak ulang apa yang diuraikan diatas, dapat diangkat fungsi – fungsi pokok manajemen kelas, yaitu :
1)      Fungsi Preventif, mencegah munculnya perilaku bermasalah;
2)      Funsi Kuratif, menyembuhkan perilaku bermasalah;
3)      Fungsi Pemeliharaan, memelihara kondisi yang positif;
4)      Fungsi Pengembangan, mengembangkan kondisi yang kondusif.
Menurut Rohani, Ahmad (2010: 170 – 171) Sebagai pekerja profesional, seorang guru harus mendalami kerangka acuan pendekatan – pendekatan kelas, sebab didalam penggunaannya ia harus terlebih dahulu meyakinkan bahwa pendekatan yang dipilihnya untuk menangani suatu kasus. Pengelolaan kelas merupakan alternatif yang terbaik sesuai dengan hakikat masalahnya. Artinya, seorang guru terlebih dahulu harus menetapkan bahwa penggunaan suatu pendekatan memang cocok dengan hakikat masalah yang ingin ditanggulangi. Ini tentu dimaksudkan untuk mengatakan bahwa seorang guru yang akan berhasil baik setiap kali ia menangani kasus pengelolaan kelas. Sebaliknya, keprofesionalan cara kerja seorang guru adalah demikian sehingga apabila alternatif tindakannya yang pertama tidak memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan, maka ia masih mampu melakukan analisis ulang terhadap situasi untuk kemudian tiba pada alternatif pendekatan yang kedua dan seterusnya. 
Ada sejumlah konsep tentang jenis pengelolaan kelas, sebagian diantaranya tidak lagi dianggap memadai, misalnya pandangan otoritas yang melihat pengelolaan kelas semata – mata sebagai upaya untuk menegakkan tata tertib, atau pandangan permisif yang memutusatkan perhatian pada usaha untuk memaksimalkan kebebasan peserta didik. Didalam uraian ini akan dikemukakan tiga pandangan yang tampaknya mmeberi harapan, baik dari penalarannya maupun berdasarkan informasi yang diperoleh melalui penelitian – penelitian.
1.      Behavior-Modification Approach
Pendekatan ini bertolak dari psikologi behavioral yang mengemukakan asumsi bahwa (1) semua tingkah laku, yang baik maupun yang kurang baik merupakan hasil proses belajar, dan (2) ada sejumlah kecil proses psikologi yang fundamental yang dapat digunakan untuk menjelaskan terjadinya proses belajar yang dimaksud. Adapun proses psikologi yang dimaksud adalah penguatan positif (Positive reinforcement), hukuman, penghapusan (extinction), dan penguatan negatif (negative reinforcement).
2.      Socio-Emotional Climate Approach
Dengan berlandaskan psikologi klinis dan konseling, endekatan pengelolaan kelas ini mengasumsikan bahwa (1) proses belajar mengajar yang efektif mempersyaratkan iklim sosio-emosional yang baik dalam arti terdapat hubungan interpersonal yang baik antara guru-peserta didik dan antara peserta didik, dan (2) guru menduduki posisi terpenting bagi terbentuknya iklim sosio-emosinal yang baik itu.
3.      Group-Processess Approach
Pendekatan ini didasarkan pada psikologi sosial dan dinamika kelompok. Oleh karena itu maka asumsi pokoknya adalah (1) pengalaman belajar sekolah berlangsung dalam konteks pengelolaan konteks kelompok sosial, dan (2) tugas guru yang terutama dalam pengelolaan kelas adalah membina dan memelihara kelompok yang produktif dan kohesif.
4.      Eclectical Approach
Akhirnya, apabila disimak secara seksama maka ketiga pendekatan yang telah diuraikan dimuka adalah ibarat sudut pandang yang berbeda – beda terhadap objek yang sama. Oleh karena itu maka seorang guru seyogianya menggunakan menggunakan pendekatan ekletik. Untuk maksud itu maka seorang guru seyogianya (1) menguasai pendekatan – pendekatan pengelolaan kelas yang potensial, dalam hal ini pendekatan perubahan tingkah laku. Penciptaan iklim sosio-emosional dan proses kelompok dan (2) dapat memilih pendekatan yang tepat dan melaksanakan prosedur yang sesuai dengan baik dalam masalah pengelolaan kelas. Pada gilirannya, kemampuan guru memilih jenis pengelolaan kelas yang tepat sangat tergantung pada kemampuannya menganalisis masalah pengelolaan kelas yang dihadapinya.
Menurut Salabi (2016: 70 – 74)  Ruang lingkup kegiatan manajemen kelas meliputi sejumlah kegiatan guru di kelas dalam melaksanakan pembinaan iklim kelas dari segi proses, kegiatan perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan monitoring. Secara substansial, kegiatan manajemen ke-las mencakup pembinaan: (1) kedisiplinan siswa, (2) iklim sosial kelas, (3) iklim sosio-emosional kelas, dan (4) lingkungan fisikal kelas.


1.      Pembinaan Disiplin Siswa
Pembinaan disiplin siswa mengacu pada upaya penegakan aturan dan tata tertib kelas, baik yang tertulis, maupun yang tidak tertulis. Tata tertib kelas berisi larangan, peringatan, anjuran, perintah, dan nasihat kepada siswa, beserta sanksi-sanksi bagi pelanggarnya.
2.      Pembinaan Iklim Sosial Kelas
Membina iklim sosial kelas adalah mengembangkan dan mempertahankan keeratan hubungan sosial dan kerjasama kelas secara harmonis.
3.      Pembinaan Iklim Sosio-Emosional Kelas
Iklim sosio-emosional kelas menekankan kajian pada hubungan interpersonal psikologis antar anggota kelas. Iklim sosio-emosional kelas adalah kecenderungan-kecenderungan suasana psikologis yang mewarnai hubungan antar siswa di kelas.
4.      Pengembangan Lingkungan Fisik Kelas
Kondisi fisik kelas meliputi segala sesuatu yang ada di ruang kelas, di an-taranya papan buletin, furniture, penerangan, temperatur ruang. Lingkungan ruang kelas mencakup, (1) ruang, (2) waktu, (3) suara, (4) temperatur, (5) warna, (6) penerangan, dan (7) artefak.
Desain ruang kelas ditentukan oleh beberapa faktor, yakni (1) ukuran ruang kelas, (2) jumlah siswa per kelas,jumlah deret bangku dan kursi,kelengkapan peralatan kelas, (5) posisi pintu, jendela, kloset, tempat cuci tangan, tempat papan tulis, dan tempat pengerat pensil, (6) alat-alat peraga yang digunakan guru, dan (7) pengalaman guru. Ketujuh faktor tersebut merupakan faktor pertimbangan dalam mendesain ruang kelas.

2.2 Kajian Kritis
Menurut kelompok kami, kelas merupakan suatu tempat dimana didalamnya terdapat sekelompok siswa yang menerima pembelajaran atau terjadinya proses belajar mengajaar dalam kurun waktu yang sama. Untuk menciptakan lingkungan tersebut, dibutuhkan pengelola, salah satunya ialah guru. Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan untuk kegiatan pembelajaran siswa agar dapat berlangsung secara efektif dan efisien, serta agar tercapainya kondisi optimal seperti yang diharapkan. Adapun tujuan dari pengelolaan kelas yaitu menyediakan fasilitas yang dapat menunjang kegiatan belajar siswa agar setiap anak dapat belajar dengan baik, serta tercapainya tujuan pengajarang seperti yang diharapkan.
Adapun dalam pengelolaan kelas dapat dilakukan dengan cara mempersiapkan dan merencanakan pembelajaran, durasi pelajaran sesuai dengan kinerja/ materi yang ingin disampaikan, menetapkan iklim positif di kelas, membangun suasana kerja dan disiplin, evaluasi kemajuan proses pembelajaran, evaluasi pekerjaan sendiri.
Dalam pengelolaan kelas perlu peranan seorang guru. Karena baik buruknya suatu pendidikan dipengaruhi oleh seorang guru dalam mengelola kelas. Dalam mengelola kelas ini guru tidak hanya mampu memiliki kemampuan akademik saja, tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk memotivasi siswa agar mau belajar juga dapat mengatasi masalah-masalah yang terjadi di dalam kelas.
Kemudian, dalam hal ini dapat diambil sebuah kajian bahwa jenis-jenis dari pengelolaan kelas dapat dilihat dari teori pendekatan pengelolaan kelas. Teori pendekatan yang ditemui tidak pendekatan saja namun ada banyak pendekatan yang akan ditemui, akan tetapi guru tidak boleh terdominan pada 1 jenis pendekatan. Artinya guru harus menguasai semua jenis pendekatan pengelolaan kelas. Karena setiap situasi dan kondisi yang akan ditemui di kelas akan berbeda-beda setiap saatnya. Maka dari itu diperlukan jenis pendekatan yang berbeda, guru dituntut harus mampu menguasai seluruh jenis pendekatan tersebut.



BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang telah dibuat, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.    Pengelolaan kelas  merupakan suatu usaha menyiapkan kondisi yang optimal agar proses atau kegiatan pembelajaran dapat berlangsung secara lancar. Dengan melihat konteks tersebut, pengelolaan kelas dapat dipandang sebagai suatu usaha yang sangat penting dan harus mendapat prioritas oleh seorang guru dalam berbagai macam aktivitas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan peserta didik.
2.    Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan. Secara umum tujuan dari pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja untuk terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi siswa.
3.    Manajemen kelas yang baik terarah kepada upaya pencegahan munculnya perilaku bermasalah, dan penataan likungan fisik merupakan unsur penting dalam manajemen kelas. Penataan kelas akan mempengaruhi keterlibatan dan partisipasi peserta didik, dan penataan secara fisik harus sejalan dengan tujuan pembelajaran. Wahana lingkungan fisik akan mempengaruhi perilaku peserta didik secara langsung maupun melalui perilaku guru, atau melalui tugas-tugas terstruktur yang diberikan guru kepada peserta didik.
4.    Peran mengacu pada bagian yang diharapkan peserta didik dan guru untuk bermain dalam melaksanakan tugas belajar serta hubungan sosial dan interpersonal antara peserta. Dalam mencoba untuk menentukan bahasan masalah, guru memiliki beberapa peran. Seorang guru yang baik harus memiliki kapasitas untuk melakukan perannya tergantung pada keadaan yang berbeda secara efektif. Seorang guru memiliki enam peran dalam mengelola kelas, mereka adalah pengontrol, penilai, penyelenggara, pembimbing, peserta, dan sumber daya. Selain itu guru memiliki enam peran dalam mengelola kelas selama proses belajar mengajar, mereka adalah guru sebagai sumber belajar, fasilitator, manajer, demonstran, panduan, dan motivator.
5.    Jenis-jenis pengelolaan kelas dapat dilakukan melalui pendekatan-pendekatan. Selain itu jenis-jenis pengelolaan kelas dapat mencakup pembinaan: (1) kedisiplinan siswa, (2) iklim sosial kelas, (3) iklim sosio-emosional kelas, dan (4) lingkungan fisikal kelas.

3.2  Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun sudah berusaha memaparkan dan mejelaskan materi dengan semaksimal mungkin, tetapi tidak menutup kemungkinan adanya kekeliruan dalam penyusunan dan materi yang dibahas. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan pembaca untuk dapat membantu menyempurnakan makalah selanjutnya. Penyusun juga berharap agar makalah ini dapat memberi manfaat dalam proses pembelajaran terutama mengenai materi pengelolaan kelas.


DAFTAR PUSTAKA

Aliyyah RR  dan Abdurakhman O. 2016. Pengelolaan Kelas Rendah Di Sd Amaliah Ciawi Bogor. Jurnal Sosial Humaniora. VoL. 7. No. 2. ISSN : 2087 4928.
Arikunto, Suharsimi. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Azizah, IN dan Estarastuti,A. 2017. Keterampilan Guru Dalam Pengelolaan Kelas Rendah Pada Pembelajaran Tematik di SD. Vol.6 No.2 ISSN: 2252-6366.
Cahyani, Berliana Henu. 2012. Peran Pengelolan Kelas Dalam Kemampuan Regulasi Diri Pada Siswa Selama Di Kelas. Jurnal SPIRITS. Vol. 3. No. 1. ISSN : 20877641.
Corps, Peace. 2008. Classroom Management. Washington, DC : ICE.
Dantes, Nyoman. 2014. Landasan Pendidikan Tinjauan Dari Dimensi Makropendagogis. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Dunbar, Christopher. 2004. Best Practices In Classroom Management.Michigan: University Outreach & Engagement.
Esmaeili, Z, dkk. 2015. The role of teacher's authority in students' learning. Vol. 6. No. 19. ISSN : 2222-1735.
Gion. 2014. Effective classroom management strategies and classroom management programs for educational practice. Belanda: University of Groningen.
Isbadrianingtyas, N. 2016. Pengelolaan Kelas Dalam Pembelajaran Tematik Di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan. Vol. 1. No. 5. ISSN : 2502-471X.
Istihana. 2015. Pengelolaan Kelas di Madrasah Ibtidaiyah. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasari. Vol.2. No2. P-ISSN 2355 – 1925.
Kirom, Askabul. 2017. Peran Guru dan Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Berbasis Multikultural. Jurnal Pendidikan Agama Islam. Vol.3 No.1. ISSN: 2477-8338.
Marwiyah,dkk. 2018. Peranan Pembelajaran Kontenporer Berbasis Penerapan Kurikulum 2013. Yogyakarta: Deepublish.
Ming-tak, Hue dan Wai-shing, Li. 2008. Classroom Management Creating a Positive Learning Environment. Hongkong. Hong Kong University Press.
Momongan, HS dan Supramono. 2015. Analisis Akar Masalah Ketidakefektifan Manajemen Kelas Di Sekolah Dasar Di Salatiga dan Sekitarnya. Jurnal Manajemen Pendidikan. Vol. 2. No. 2. ISSN : 2443-0544.
Mursalin, dkk. 2017. Peran Guru Dalam Pelaksanaan Manajemen Kelas Di Gugus Bungong Seulang Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh. Jurnal Ilmiah : Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Unsyiah. Vol.2. No.1.
Nurdin, D dan Sibaweh,I. 2015. Pengelolaan Pendidikan dan Teori Menuju Implementasi. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
Pangastuti R dan Solichah I. 2017. Studi Analisis Manajemen Pengelolaan Kelas di Tempat Penitipan Anak (TPA) Khadijah Pandegiling Surabaya. Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini. Vol. 2. No. 2. ISSN : 2502-3519.
Pelceva, J and Dizdaevik. Classroom Management International. Journal Of Cognitive Research In Science, Engineering and Education. Vol.2 No.1.
Pranandari, dkk. 2016. Korelasi Antara Persepsi Siswa Tentang Pengelolaan Kelas Hubungan Teman Sebaya (Peer Relationship) dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri Kecamatan Sananwetan Kota Blitar. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian dan Pengembangan. Vol.1 No.3. e-ISSN: 2502-471X.
Prasetyaningsih dan Wilujeng I. 2016. Analisis Kualitas Pengelolaan Kelas Pembelajaran Sains Pada Smp Ssn Di Kabupaten Pati. Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA. Vol. 2. No. 2. ISSN : 2477-2038.
Rindu, Ignatius. 2017. Teacher’s Role In Manging The Class During Teaching and Learning Proces. Journal Of Linguistel and English Teaching. Vol.2 No.1 ISSN : 2502-6523.
Rizal. 2014. Clasroom Management In Schools. Journal Of NELTA Suikehat. Vol.4.
Rohani, Ahmad. 2010. Pengelolaan Pengajaran Sebuah Pengantar Menuju Guru Profesional. Jakarta: Rineka Cipta.
Rukajat, A. 2018. Manajemen Pembelajaran. Yogyakarta: Depublish.
Salabi, Ahmad. 2016. Konsepsi Manajemen Kelas: Masalah dan Pemecahannya. Jurnal Tarbiyah (Jurnal Ilmiah Kependidikan). Vol.5 e-ISSN: 2548-8376.
Sholikhudin MA dan Halimatus Sa’diyah. 2017. Model Pengelolaan Kelas Dalam Pembelajaran Pai Di Sd Riyadlul Arkham Tembong Plintahan Pandaan. Jurnal Pendidikan Agama Islam. Vol. 2. No. 2. ISSN : 2477-8338.
Syaifuddin. 2018. Pengelolaan Pembelajaran Teoritis dan Praktin. Yogyakarta:  Depublish.
Tim Knoster. 2014. The Teacher’s Pocket Guide For Effectif Classroom Manajemen Second Edition. Baltimore, London, Sydney : PAUL. H. BROOKES.


1 komentar:

Makalah Global Warming (Pemanasan Global)

Makalah Global Warming (Pemanasan Global) BAB 1 Pendahuluan A.      Latar Belakang Makalah Dalam beberapa tahun terakhir, isu pe...