RESUME PENGELOLAAN
LABORATORIUM FISIKA
Dosen Pengampu :
Neneng Lestari, S.Pd, M.Pd
Disusun oleh : Melisa Murzanita
NIM : A1C317037
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
PENATAAN LABORATORIUM
A. Pengertian
Laboratorium
Laboratorium sering diartikan
sebagai suatu ruang atau tempat dilakukannya percobaan atau penelitian. Ruang
dimaksud dapat berupa gedung yang dibatasi oleh dinding dan atap atau alam
terbuka misalnya kebun botani. Pada pembelajaran sains termasuk biologi di
dalamnya keberadaan laboratorium menjadi sangat penting. Pada konteks proses
belajar mengajar sains di sekolah-sekolah seringkali istilah laboratorium
diartikan dalam pengertian sempit yaitu suatu ruangan yang didalamnya terdapat
sejumlah alat-alat dan bahan praktikum.(Riandi, 2016).
B.
Alat dan Bahan
Pengenalan
terhadap peralatan laboratorium merupakan kewajiban bagi setiap petugas
laboratorium, terutama mereka yang akan mengoperasikan peralatan tersebut.
Setiap alat yang akan dioperasikan itu harus benar-benar dalam kondisi:
1.
siap
untuk dipakai (ready for use)
2.
bersih
3.
berfungsi
dengan baik
4.
terkalibrasi
Peralatan
yang ada juga harus disertai dengan buku petunjuk pengoperasian (manual
operation). Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya kerusakan, dimana buku
manual merupakan acuan untuk perbaikan seperlunya. Teknisi laboratorium yang
ada harus senantiasa berada di tempat, karena setiap kali peralatan
dioperasikan ada kemungkinan alat tidak berfungsi dengan baik. Beberapa
peralatan yang dimiliki harus disusun secara teratur pada tempat tertentu,
berupa rak atau meja yang disediakan. Peralatan digunakan untuk melakukan suatu
kegiatan pendidikan, penelitian, pelayanan masyarakat atau studi tertentu.
Karenanya alat-alat ini harus selalu siap pakai, agar sewaktu-waktu dapat
digunakan. Peralatan laboratorium sebaiknya dikelompokkan berdasarkan
penggunaannya. Setelah selesai digunakan, harus segera dibersihkan kembali dan
disusun seperti semula. Semua alat-alat ini sebaiknya diberi penutup (cover)
misalnya plastik transparan, terutama bagi alat-alat yang memang memerlukannya.
Alat-alat yang tidak ada penutupnya akan cepat berdebu, kotor dan akhirnya dapat
merusak alat yang bersangkutan.
a.
Alat-alat gelas (Glassware)
Alat-alat
gelas harus dalam keadaan bersih, apalagi peralatan gelas yang sering dipakai.
Untuk alat-alat gelas yang memerlukan sterilisasi, sebaiknya disterilisasi
sebelum dipakai. Semua alat-alat gelas ini seharusnya disimpan pada lemari
khusus.
b.
Bahan-bahan kimia
Untuk
bahan-bahan kimia yang bersifat asam dan alkalis, sebaiknya ditempatkan pada
ruang/kamar fume (untuk mengeluarkan gas-gas yang mungkin timbul). Demikian
juga untuk bahan-bahan yang mudah menguap. Ruangan fume perlu dilengkapi fan,
agar udara/uap yang ada dapat terhembus keluar. Bahan-bahan kimia yang
ditempatkan dalam botol berwarna coklat/gelap, tidak boleh langsung terkena
sinar matahari dan sebaiknya ditempatkan pada lemari khusus.
c.
Alat-alat optik
Alat-alat
optik seperti mikroskop harus disimpan pada tempat yang kering dan tidak
lembab. Kelembaban yang tinggi akan menyebabkan lensa berjamur. Jamur ini yang
menyebabkan kerusakan mikroskop. Sebagai tindakan pencegahan, mikroskop harus
ditempatkan dalam kotak yang dilengkapi dengan silica-gel, dan dalam kondisi
yang bersih. Mikroskop harus disimpan di dalam lemari khusus yang kelembabannya
terkendali. Lemari tersebut biasanya diberi lampu pijar 15-20 watt, agar ruang
selalu panas sehingga dapat mengurangi kelembaban udara (dehumidifier-air).
Alat-alat optik lainnya seperti lensa pembesar (loupe), alat kamera,
microphoto-camera, digital camera, juga dapat ditempatkan pada lemari khusus
yang tidak lembab atau dalam alat desiccator.(Suyanta, 2010).
C. Penataan
Alat dan Bahan
Penataan (ordering) alat dimaksudkan adalah proses
pengaturan alat di laboratorium agar tertata dengan baik. Dalam menata alat
tersebut berkaitan erat dengan keteraturan dalam penyimpanan (storing)
maupun kemudahan dalam pemeliharaan (maintenance). Keteraturan
penyimpanan dan pemeliharaan alat itu, tentu memerlukan cara tertentu agar
petugas lab (teknisi dan juru lab) dengan mudah dan cepat dalam pengambilan
alat untuk keperluan kerja lab, juga ada kemudahan dalam memelihara kualitas
dan kuantitasnya. Dengan demikian penataan alat laboratorium bertujuan agar
alat-alat tersebut tersusun secara teratur, indah dipandang (estetis),
mudah dan aman dalam pengambilan dalam arti tidak terhalangi atau mengganggu
peralatan lain, terpelihara identitas dan presisi alat, serta terkontrol
jumlahnya dari kehilangan.
Di laboratorium terdapat berbagai macam fasilitas umum lab maupun
peralatan. Beberapa contoh penataan fasilitas umum lab sudah dikemukakan
sebelumnya, pada bagian ini pembahasan akan difokuskan pada penataan alat.
Beberapa hal yang harus menjadi pertimbangan di dalam penataan alat terutama
cara penyimpanannya, diantaranya adalah :
1. Fungsi alat, apakah
sebagai alat ukur ataukah hanya sebagai penyimpan bahan kimia saja
2. Kualitas alat termasuk
kecanggihan dan ketelitian
3. Keperangkatan
4. Nilai/ harga alat
5. Kuantitas alat termasuk
kelangkaannya
6. Sifat alat termasuk
kepekaan terhadap lingkungan
7. Bahan dasar penyusun
alat, dan
8. Bentuk dan ukuran alat
9. Bobot / berat alat
Pada praktisnya untuk
melakukan penataan / penyimpanan alat tidak dapat digunakan secara mutlak
menurut fungsinya saja atau menurut kecanggihan dan sifatnya saja. Cara terbaik
disarankan mengkombinasikan di antara aspek-aspek tersebut. Ketidakmutlakan
dalam menerapkan aspek di atas dalam menentukan penataan alat sangat nampak
sekali dalam mata pelajaran sains lainnya seperti fisika dan biologi. Dalam lab
fisika penataan alat seringkali dikelompokkan atas dasar jenis percobaan
seperti alat-alat untuk percobaan listrik, magnet, optik, panas, cahaya dst.
Demikian untuk alat-alat biologi dikelompokkan secara khas pula seperti
penataan untuk alat-alat genetika, ekologi, fisiologi juga ada model, awetan,
gambar dst. Kembali pada sembilan aspek di atas, suatu alat ada yang memiliki
satu fungsi dan yang multi fungsi. Misalnya buret hanya dapat digunakan untuk
mengukur volume zat cair saja, sedangkan pH meter dapat digunakan untuk
mengukur pH dan juga mV.(Ardi Widiatmoko, 2011).
Penataan terkait erat dengan
pengelompokkan, penempatan, penyimpanan dan kemudahan pemeliharaan dan
penggunaannya.
Alat-alat Lab IPA dapat dikelompokkan ke dalam beberapa
kategori, seperti :
a)
Alat
kegiatan (pengamatan
& pengukuran), seperti mikroskop, osiloskop, perangkat alat optik, kamera,
anemometer, kalorimeter, timbangan, dsb;
b)
Alat-alat
dasar,
digunakan untuk melengkapi alat/ perangkat alat percobaan, seperti gelas kimia,
tabung reaksi, pipa kapiler, erlenmeyer, pelubang gabus, selang plastik, dst;
c)
Alat
peraga seperti
Kit IPA, termasuk di dalamnya Model,torso, insektarium dan alat-alat lain yang
serupa, digunakan untuk meragakan suatu struktur suatu obyek IPA;
d)
Charta,
foto, atau Bagan, digunakan untuk menjelaskan suatu hal;
e)
Perkakas
dan alat penunjang seperti
obeng, alat bor, tang, catut, gunting, soldier, alat pemadam kebakaran, Jas
Lab, Masker, kulkas, dst yang digunakan untuk memperbaiki macam-macam peralatan
lab.(Suyitno, 2016).
Di laboratorium terdapat berbagai
macam fasilitas umum lab maupun peralatan. Beberapa hal yang harus menjadi
pertimbangan di dalam penataan alat terutama cara penyimpanannya, diantaranya
adalah :
1. Klasifikasi alat-alat laboratorium
Penataan dan penyimpanan alat-alat
laboratorium sangat perlu memperhatikan karakteristik dan spesifikasinya, baik
untuk alasan keamanan alat, kemudahan pencarian dan pemeriksaan, perawatan dan
pemeliharaan, ataupun sekedar kerapihan penyimpanan. Oleh karena itu alat-alat
laboratorium perlu dikelompokkan atau diklasifikasikan berdasarkan kritria yang
sesuai dengan tujuan pengelompokkannya. Kriteria klasifikasi alat-alat
laboratrorium antara lain adalah bahan utama pembuatan, massa, bentuk dan
volume, pabrik pembuat, usia pakai, konserp fisika, fungsi atau kegunaan.
·
Bahan pembuatan
Berdasarkan
kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan bahan utama
pembuatannya, misalnya kayu, plastik, kaca, logam, dan sebagainya.
·
Massa
Berdasarkan
kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan bobot dan
massanya apakah alat-alat itu ringan atau berat.
· Bentuk dan volume
Berdasarkan
kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan bentuk dan
ukuran volumenya, misalnya besar, kecil, bola, kubus, balok, silinder dan
sebagainya.
·
Pabrik pembuat
Berdasarkan
kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan produser atau
pabrik yeng membuatnya. Pengelompokkan ini tentu dengan menyebutkan nama PT
pabrik pembuat dan negaranya.
·
Letak dan cara penyimpanannya
Berdasarkan
kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan Letak dan cara
penyimpanan atau cara pemasangannya. Berdasarkan kriteria ini alat
dikelompokkan atas alat-alat permanen dan alat-alat tidak permanen. Alat-alat
permanen adalah alat-alat yang terpasang tetap di bagian tertentu dalam
laboratorium, dan alat-alat tidak permanen adalah alat-alat yang dapat disimpan
atau dipindahkan sesuai dengan kebutuhan penggunaannya.
·
Usia pakai
Berdasarkan
kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan usia pakainya.
Usia pakai adalah waktu yang menyatakan berapa lama atau berapa kali alat itu
dapat digunakan dan berfungsi dengan baik dan benar sesuai dengan
spesifikasinya pembuatannya.
· Konsep fisika
Berdasarkan
kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan konsep atau
materi fisika yang berkaitan dengannya, misalnya alat-alat mekanika, alat-alat
listrik-magnet, alat-alat optik dan sebagainya.
·
Fungsi/kegunaan
Berdasarkan
kriteria ini alat-alat laboratorium di kelompokkan berdasarkan fungsinya ketika
digunakan apakah sebagai alat ukur yang dapat digunakan pada lebih dari satu
percobaan, sebagai satu set percobaan, sebagai alat peraga, sebagai alat perbaikan,
atau yang lainnya. Pada prakteknya sering terjadi bahwa pengelompokkan
alat-alat didasarkan kepada lebih dari satu kriteria. Berikut ini adalah
alat-alat fisika dikelompokkan atas bahan habis, alat permanen, alat tidak
permanen dan alat perbaikan.
2. Bahan habis
Bahan habis di laboratorium fisika dapat terdiri dari bahan
material dan alat-alat yang umur pakainya pendek atau bahkan sekali pakai
habis, rusak atau tidak dapat dipakai lagi. Bahan habis yang benar-benar berupa
bahan material misalnya adalah timah patri, pita kertas ticker timer, kertas
karbon, benang, tali, paku keling, spirtus, alkohol, minyak tanah, bensin,
pelumas dan sebagainya, sedangkan bahan habis yang berupa alat yang usia
pakainya pendek misanya adalah berbagai komponen elektronika .
(a) Hal-hal yang harus diperhatikan
berkaitan dengan bahan habis antara lain adalah sebagai berikut ini:
·
Pemilihan
alat-alat yang harus dimasukkan ke dalam kelompok bahan habis.
·
Pemberian
label nama dan atribut yang jelas bagi setiap bahan habis, agar tidak tertukar
penyimpanan dan pemakaiannya.
·
Cantumkan
catatan, peringatan dan perhatian cara menggunakan yang tepat dan aman.
(b) Penyimpanan yang sesuai dengan
karakteristik alat misalnya :
·
Tempat
penyimpanan yang tepat apakah dari kayu, plastik, kaca dan sebagainya.
·
Ditutup
dengan rapat.
·
Tidak
ditutup rapat atau bahkan terbuka
·
Suhu
dan kelembaban tempat tempat penyimpanan yang sesuai, apakah bahan harus
disimpan di tempat yang kering, di tempat yang sejuk, jangan di tempat yang
lembab, atau harus dalam lemari es atau frezer, di tempat yang terang atau
gelap dan sebagainya.
·
Bila
bahan habis termasuk bahan yang mudah terbakar, maka harus disimpan jauh dari
sumber api atau sumber panas, atau bahkan membelinya jangan terlalu banyak,
cukup sekali pakai habis saja.
·
Perhatikan
batas waktu pemakaian dan kadaluarsanya.
·
Pengadaan
yang sesuai dengan kebutuhan, jangan sampai berlebihan sehingga sisa menjadi
lewat bataas waktu pemakaian atau kadaluarsa.
·
Termasuk
ke dalam bahan habis adalah bahan-bahan (padat, cair, gas) pembersih seperti
sabun dan pembersih lantai, cairan khusus pembersih lensa, lap, tissue dan
sebagainya.
3. Alat-alat permanent
Alat-alat permanen adalah alat-alat fisika yang disimpan dan
sekaligus dipasang (siap digunakan) di tempat tertentu, tidak harus atau bahkan
tidak boleh dipindah-pindahkan tempatnya. Beberapa contoh alat yang dapat
dipandang sebagai alat permanen misalnya adalah:
·
Barometer
untuk mengukur tekanan udara di laboratorium
·
Termometer
suhu ruangan untuk mengukuir suhu udara di laboratorium.
·
Higrometer
untuk mengukur kelembaban udara dalam ruangan laboratorium.
·
Bandul
fisis.
·
Pesawat
Ethwood.
·
Foto,
diagram, gambar, poster, contoh grafik.
·
Pembakar
bunsen dan instalasi gasnya.
Pemasangan
alat-alat permanen hendaknya memperhatikan hal-hal berikut ini :
·
Pemilihan
tempat yang stategis untuk pengamatan atau bahkan melakukan percobaan.
·
Ketepatan
posisi pemasangan di tempat yang sudah ditentukan.
·
Tempat
pemasangan dan alat yang dipasang ditempat itu harus terhindar dari
faktor-faktor yang dapat mengganggu atau merusak alat seperti panas matahari,
kelembaban, banyak getaran dan sebagainya.
·
Setiap
alat permanen dapat diberi kartu alat yang menjelaskan nama dan atribut-atribut
lain alat tersebut seperti jumlah, spesifikasi, asesoris dan tempat
penyimpanannya.(Herowati, 2016).
DAFTAR PUSTAKA
Herowati. 2016. “Petunjuk Praktikum
PENGELOLAAN LABORATORIUM revisi kelima”. Sumenep: FKIP Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar