Senin, 26 November 2018

MODEL PEMBELAJARAN KELOMPOK PENGOLAHAN INFORMASI


MODEL PEMBELAJARAN KELOMPOK PENGOLAHAN INFORMASI
1.      Model Pencapaian Konsep
Model pembelajaran Pencapaian Konsep ini berangkat dari studi mengenai proses berfikir yang dilakukan Bruner, Goodnow, dan Austin (dalam Suherman dan Winataputra, 1992) yang menyatakan bahwa model ini dirancang untuk membantu mempelajari konsep-konsep yang dapat dipakai untuk mengorganisasikan informasi sehingga dapat memberi kemudahan bagi mereka untuk mempelajari konsep itu dengan cara efektif, menganalisis, serta mengembangkan konsep.
Model Pencapaian Konsep ini juga merupakan model yang efisien untuk menyajikan informasi yang terorganisasikan dalam berbagai bidang studi, salah satu keunggulan dari model pencapaian konsep ini adalah meningkatkan kemampuan untuk belajar dengan cara yang lebih mudah dan lebih efektif.

Ada dua hal penting dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran pencapaian konsep yaitu :
1.      Menentukan Tingkat Pencapaian Konsep
Tingkat pencapaian konsep (concept attainment) yang diharapkan dari siswa sangat tergantung pada kompleksitas dari konsep, dan tingkat perkembangan kognitif siswa. Ada siswa yang belajar konsep pada tingkat konkret rendah atau tingkat identitas, ada pula siswa yang mampu mencapai konsep pada tingkat klasifikatori atau tingkat formal.
2.      Analisis Konsep
Analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk membantu guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran pencapaian konsep. Untuk melakukan analisis konsep guru hendaknya memperhatikan beberapa hal antara lain:
(1)   nama konsep,
(2)   attribute-attribute kriteria dan attribute-attribute variabel dari konsep,
(3)   definisi konsep,
(4)   contoh-contoh dan noncontoh dari konsep, dan
(5)   hubungan konsep dengan konsep-konsep lain.

Tahap-tahap pelaksanaan (Syntax) yaitu sebagai berikut :
Fase Kesatu: Penyajian Data dan Identifikasi Konsep
Pada tahap ini guru memberikan contoh-contoh dalam bentuk penerapan konsep. Hal ini dilakukan memunculkan masalah dan pemecahaannnya. Dalam kegiatan ini siswa harus dilibatkan secara aktif kalau memungkinkan dalam pemberian contoh, dari konsep yang diajarkan. Ini diperlukan agar para siswa dapat menjelaskan contoh dari konsep yang sedang mereka pelajari.
Fase Kedua: Pengujian Pencapaian konsep
Pada tahap ini siswa disuruh mencari contoh yang berupa masalah lain yang bisa diselesaikan dengan konsep, berdasarkan yang sudah diidentifikasi. Contoh-contoh yang dikemukakan oleh para siswa selanjutnya diinformasikan dengan definisi yang telah diidentifikasi pada tahap satu.
Fase ketiga: Analisis Strategi Berfikir
Pada tahap ini guru memberikan masalah baru dan menyuruh siswa menyelesaikannya dengan menerapkan konsep. Disini guru mencoba melepas para siswa bekerja sendiri, untuk menerapkan pengetahuan tentang konsep.

2.      Model Induktif
Model pembelajaran induktif adalah sebuah pembelajaran yang bersifat langsung tapi sangat efektif untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan berpikir kritis. Pada model pembelajaran induktif guru langsung memberikan presentasi informasi-informasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa, selanjutnya guru membimbing siswa untuk menemukan pola-pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang diberikan tadi.
Model pembelajaran induktif dirancang berlandaskan teori konstruktivisme dalam belajar. Model ini membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya (questioning) dalam penerapannya. Melalui pertanyaan-pertanyaan inilah guru akan membimbing siswa membangun pemahaman terhadap materi pelajaran dengan cara berpikir dan membangun ide. Tingkat keefektifan model pembelajaran induktif ini, jadinya-sangat tergantung pada keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan pembelajaran, dimana guru harus menjadi pembimbing yang akan untuk membuat siswa berpikir.
Model pembelajaran induktif menjadi sangat efektif untuk memicu keterlibatan yang lebih mendalam dalam hal proses belajar. Model ini secara otomatis bila digenjot dengan baik oleh guru, juga akan meningkatkan motivasi belajar siswa., dengan catatan, guru dapat menciptakan kondisi dan situasi belajar yang kondusif dan siswa merasa aman dan tak malu/takut mengeluarkan pendapatnya.

3.      Model Inquiry
Metode Inquiry yaitu sebuah metode pembelajaran dimana guru berusaha mengarahkan siswa untuk mampu menyadari apa yang sudah didapatkan selama belajar. Sehingga siswa mampu berfikir dan terlibat dalam kegiatan intelektual dan memproses pengalaman belajar itu menjadi sesuatu yang bermakna dalam kehidupan nyata.
Model Pembelajaran Inquiry dilakukan dengan tahapan:
a.       Tahapan penyajian masalah
Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing siswa untuk mengumpulkan informasi.Keterlibatan siswa pada tahap ini adalah(1)memberi respon positif terhadap masalah yang dikemukakan,(2)mengungkapkan ide awal.
b.      Tahapan verifikasi data
Guru memberikan pertanyaan pengarah sehingga siswa mampu mengidentifikasi dan merumuskan hipotesis.Keterlibatan siswa pada tahap ini yaitu(1)melakukan pengamatan terhadap masalah yang diberikan,(2)merumuskan masalah,(3)mengidentifikasi masalah,(4)membuat hipotesis,dan(5)merancang eksperimen.
c.       Megadakan eksperimen dan pengumpulan data
Pada tahap ini siswa diajak melakukan eksperimen atau mengumpulkan data dari permasalahan yang ada.Peran siswa dalam tahap ini yaitu(1)melakukan eksperimen atau pengumpulan data,dan(2)melakukan kerjasama dalam mengumpulkan data.
d.      Merumuskan penjelasan
Guru mengajak siswa untuk melakukan analisis dan diskusi terhadap hasil yang diperoleh sehingga siswa mendapatkan konsep dan teori yang benar sesuai konsepsi ilmiah.Keterlibatan siswa dalam tahap ini adalah(1)melakukan diskusi,dan(2)menyimpulkan hasil pengumpulan data.
e.       Mengadakan analisis inquiry
Guru meminta kepada siswa untuk mencatat informasi yang diperoleh serta diberi kesempatan bertanya tentang apasaja yang berkaitan dengan informasi yang mereka peroleh sebelumnya lalu kemudian guru memberikan latihan soal-soal jika dipelukan.Keterlibatan siswa dalam tahap ini yaitu(1)mencatat informasi yang diperoleh,(2)aktif bertanya,dan(3)mengerjakan latihan soal.

4.      Model PBL (Problem Based Learning)
Model pembelajaran PBL atau Problem Based Learning merupakan suatu pembelajaran berlandaskan masalah-masalah yang menuntut siswa mendapat pengetahuan yang penting, yang menjadikan mereka mahir dalam memecahkan masalah, serta memiliki strategi belajar sendiri dan kemampuan dalam berpartisipasi di dalam tim.
Proses pembelajaran pada model pembelajaran PBL menggunakan pendekatan yang lebih sistematik guna memecahkan sebuah problem dan menghadapi tantangan yang kemungkinan besar bakal menghadang  dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begini, nantinya siswa diharapkan siap dan terlatih untuk menghadapi problematika dalam kehidupan sehari-hari di lingkungannya.
Prinsip model pembelajaran PBL atau Problem Based Learning terkait dengan masalah kehidupan nyata, sehingga siswa mempunyai kesempatan dalam memlilih dan melakukan penyelidikan apapun baik di dalam maupun di luar sekolah sejauh yang diperlukan dalam memecahkan masalah.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning PBL
Perlu diketahui bahwa Model pembelajaran PBL nanti bisa dijalankan jika pengajar siap dengan segala perangkat yang diperlukan. Siswa pun harus diberikan pemahaman mengenai konsep pembelajaran ini. Memulai model pembelajaran ini harus diawali dengan pembentukan kelompok-kelompok kecil yang menjalankan 7 langkah berikut:
  • Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas (Pemaparan Konsep dan Materi)
Di sini setiap anggota harus memahami berbagai istilah dan konsep yang ada dalam masalah. Langkah pertama ini dapat dikatakan tahap yang membuat setiap peserta berangkat dari cara memandang yang sama sehubungan dengan istilah-istilah atau konsep yang ada dalam masalah.
  • Merumuskan masalah
Fenomena yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan-hubungan apa yang terjadi di antara fenomena itu.
  • Menganalisis masalah
Setiap anggota kelompok mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimiliki anggota tentang masalah. Nantinya terjadi diskusi yang membahas informasi faktual (yang tercantum pada masalah), dan juga informasi yang ada dalam pikiran anggota.
  • Menata gagasan secara sistematis 
Bagian yang sudah berhasil dianalisa kemudian diperhatikan sejauh mana keterkaitannya satu sama lain kemudian dikelompokkan; mana yang paling menunjang, mana yang bertentangan, dan sebagainya.
  • Memformulasikan tujuan pembelajaran
Kelompok nantinya merumuskan tujuan pembelajaran. Sebab, kelompok sudah tahu pengetahuan mana yang masih kurang, dan mana yang masih belum jelas. Tujuan pembelajaran akan dikaitkan dengan analisis masalah yang dibuat
  • Mencari informasi tambahan dari sumber lain
Saat ini kelompok sudah tahu informasi apa yang tidak dimiliki, dan sudah punya tujuan pembelajaran. Kini saatnya mereka harus mencari informasi tambahan itu, dan menemukan ke mana akan dicari.
  • Mensintesis (menggabungkan) dan menguji informasi baru dan membuat laporan.
Dari informasi baru yang didapatkan, kita diskusikan kembali dengan kelompok untuk kemudian dari semua yang sudah dibahas disusun menjadi suatu laporan. Laporan bisa berupa laporan tertulis, video, maupun karya fisik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makalah Global Warming (Pemanasan Global)

Makalah Global Warming (Pemanasan Global) BAB 1 Pendahuluan A.      Latar Belakang Makalah Dalam beberapa tahun terakhir, isu pe...