MODEL
PEMBELAJARAN KELOMPOK PENGOLAHAN INFORMASI
1. Model
Pencapaian Konsep
Model
pembelajaran Pencapaian Konsep ini berangkat dari studi mengenai proses berfikir yang
dilakukan Bruner, Goodnow, dan Austin (dalam Suherman dan Winataputra, 1992)
yang menyatakan bahwa model ini dirancang untuk membantu mempelajari
konsep-konsep yang dapat dipakai untuk mengorganisasikan informasi sehingga
dapat memberi kemudahan bagi mereka untuk mempelajari konsep itu dengan cara
efektif, menganalisis, serta mengembangkan konsep.
Model Pencapaian Konsep ini juga merupakan model yang efisien untuk
menyajikan informasi yang terorganisasikan dalam berbagai bidang studi, salah
satu keunggulan dari model pencapaian konsep ini adalah meningkatkan kemampuan
untuk belajar dengan cara yang lebih mudah dan lebih efektif.
Ada dua hal penting dalam pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran pencapaian konsep yaitu :
1. Menentukan
Tingkat Pencapaian Konsep
Tingkat pencapaian konsep
(concept attainment) yang diharapkan dari siswa sangat tergantung pada
kompleksitas dari konsep, dan tingkat perkembangan kognitif siswa. Ada siswa
yang belajar konsep pada tingkat konkret rendah atau tingkat identitas, ada
pula siswa yang mampu mencapai konsep pada tingkat klasifikatori atau tingkat
formal.
2. Analisis
Konsep
Analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan
untuk membantu guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran pencapaian
konsep. Untuk melakukan analisis konsep guru hendaknya memperhatikan beberapa
hal antara lain:
(1)
nama konsep,
(2)
attribute-attribute kriteria dan attribute-attribute
variabel dari konsep,
(3)
definisi konsep,
(4)
contoh-contoh dan noncontoh dari konsep, dan
(5)
hubungan konsep dengan konsep-konsep lain.
Tahap-tahap pelaksanaan (Syntax) yaitu sebagai berikut :
Fase Kesatu: Penyajian Data dan Identifikasi Konsep
Pada tahap ini guru memberikan contoh-contoh dalam bentuk
penerapan konsep. Hal ini dilakukan memunculkan masalah dan pemecahaannnya.
Dalam kegiatan ini siswa harus dilibatkan secara aktif kalau memungkinkan dalam
pemberian contoh, dari konsep yang diajarkan. Ini diperlukan agar para siswa dapat
menjelaskan contoh dari konsep yang sedang mereka pelajari.
Fase Kedua: Pengujian Pencapaian konsep
Pada tahap ini siswa disuruh mencari contoh yang berupa
masalah lain yang bisa diselesaikan dengan konsep, berdasarkan yang sudah
diidentifikasi. Contoh-contoh yang dikemukakan oleh para siswa selanjutnya
diinformasikan dengan definisi yang telah diidentifikasi pada tahap satu.
Fase ketiga: Analisis Strategi Berfikir
Pada tahap ini guru memberikan masalah baru dan menyuruh
siswa menyelesaikannya dengan menerapkan konsep. Disini guru mencoba melepas
para siswa bekerja sendiri, untuk menerapkan pengetahuan tentang konsep.
2. Model Induktif
Model pembelajaran induktif adalah sebuah
pembelajaran yang bersifat langsung tapi sangat efektif untuk membantu siswa
mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan berpikir
kritis. Pada model pembelajaran induktif guru langsung memberikan presentasi
informasi-informasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang
akan dipelajari siswa, selanjutnya guru membimbing siswa untuk menemukan
pola-pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang diberikan tadi.
Model pembelajaran induktif dirancang berlandaskan
teori konstruktivisme dalam belajar. Model ini membutuhkan guru yang terampil
dalam bertanya (questioning) dalam penerapannya. Melalui pertanyaan-pertanyaan
inilah guru akan membimbing siswa membangun pemahaman terhadap materi pelajaran
dengan cara berpikir dan membangun ide. Tingkat keefektifan model pembelajaran
induktif ini, jadinya-sangat tergantung pada keterampilan guru dalam bertanya
dan mengarahkan pembelajaran, dimana guru harus menjadi pembimbing yang akan
untuk membuat siswa berpikir.
Model pembelajaran induktif menjadi sangat efektif
untuk memicu keterlibatan yang lebih mendalam dalam hal proses belajar. Model
ini secara otomatis bila digenjot dengan baik oleh guru, juga akan meningkatkan
motivasi belajar siswa., dengan catatan, guru dapat menciptakan kondisi dan
situasi belajar yang kondusif dan siswa merasa aman dan tak
malu/takut mengeluarkan pendapatnya.
3. Model Inquiry
Metode
Inquiry yaitu sebuah metode pembelajaran dimana guru berusaha mengarahkan siswa
untuk mampu menyadari apa yang sudah didapatkan selama belajar. Sehingga
siswa mampu berfikir dan terlibat dalam kegiatan intelektual dan memproses
pengalaman belajar itu menjadi sesuatu yang bermakna dalam kehidupan nyata.
Model
Pembelajaran Inquiry dilakukan dengan tahapan:
a. Tahapan penyajian masalah
Guru
memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing siswa untuk mengumpulkan
informasi.Keterlibatan siswa pada tahap ini adalah(1)memberi respon positif
terhadap masalah yang dikemukakan,(2)mengungkapkan ide awal.
b. Tahapan verifikasi data
Guru
memberikan pertanyaan pengarah sehingga siswa mampu mengidentifikasi dan
merumuskan hipotesis.Keterlibatan siswa pada tahap ini yaitu(1)melakukan
pengamatan terhadap masalah yang diberikan,(2)merumuskan
masalah,(3)mengidentifikasi masalah,(4)membuat hipotesis,dan(5)merancang
eksperimen.
c. Megadakan eksperimen dan pengumpulan data
Pada
tahap ini siswa diajak melakukan eksperimen atau mengumpulkan data dari
permasalahan yang ada.Peran siswa dalam tahap ini yaitu(1)melakukan eksperimen
atau pengumpulan data,dan(2)melakukan kerjasama dalam mengumpulkan data.
d. Merumuskan penjelasan
Guru
mengajak siswa untuk melakukan analisis dan diskusi terhadap hasil yang
diperoleh sehingga siswa mendapatkan konsep dan teori yang benar sesuai
konsepsi ilmiah.Keterlibatan siswa dalam tahap ini adalah(1)melakukan
diskusi,dan(2)menyimpulkan hasil pengumpulan data.
e. Mengadakan analisis inquiry
Guru
meminta kepada siswa untuk mencatat informasi yang diperoleh serta diberi
kesempatan bertanya tentang apasaja yang berkaitan dengan informasi yang mereka
peroleh sebelumnya lalu kemudian guru memberikan latihan soal-soal jika
dipelukan.Keterlibatan siswa dalam tahap ini yaitu(1)mencatat informasi yang
diperoleh,(2)aktif bertanya,dan(3)mengerjakan latihan soal.
4. Model
PBL (Problem Based Learning)
Model
pembelajaran PBL atau Problem
Based Learning merupakan suatu pembelajaran berlandaskan masalah-masalah yang
menuntut siswa mendapat pengetahuan yang penting, yang menjadikan mereka mahir
dalam memecahkan masalah, serta memiliki strategi belajar sendiri dan kemampuan
dalam berpartisipasi di dalam tim.
Proses
pembelajaran pada model pembelajaran PBL menggunakan pendekatan yang lebih sistematik
guna memecahkan sebuah problem dan menghadapi tantangan yang kemungkinan besar
bakal menghadang dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begini, nantinya
siswa diharapkan siap dan terlatih untuk menghadapi problematika dalam
kehidupan sehari-hari di lingkungannya.
Prinsip
model pembelajaran PBL atau Problem Based Learning terkait dengan masalah
kehidupan nyata, sehingga siswa mempunyai kesempatan dalam memlilih dan
melakukan penyelidikan apapun baik di dalam maupun di luar sekolah sejauh yang
diperlukan dalam memecahkan masalah.
Langkah-langkah Model Pembelajaran
Problem Based Learning PBL
Perlu
diketahui bahwa Model pembelajaran PBL nanti bisa dijalankan jika pengajar siap
dengan segala perangkat yang diperlukan. Siswa pun harus diberikan pemahaman
mengenai konsep pembelajaran ini. Memulai model pembelajaran ini harus diawali
dengan pembentukan kelompok-kelompok kecil yang menjalankan 7 langkah berikut:
- Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas (Pemaparan Konsep dan Materi)
Di sini
setiap anggota harus memahami berbagai istilah dan konsep yang ada dalam
masalah. Langkah pertama ini dapat dikatakan tahap yang membuat setiap peserta
berangkat dari cara memandang yang sama sehubungan dengan istilah-istilah atau
konsep yang ada dalam masalah.
- Merumuskan masalah
Fenomena
yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan-hubungan apa yang terjadi
di antara fenomena itu.
- Menganalisis masalah
Setiap
anggota kelompok mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimiliki
anggota tentang masalah. Nantinya terjadi diskusi yang membahas informasi
faktual (yang tercantum pada masalah), dan juga informasi yang ada dalam
pikiran anggota.
- Menata gagasan secara sistematis
Bagian
yang sudah berhasil dianalisa kemudian diperhatikan sejauh mana keterkaitannya
satu sama lain kemudian dikelompokkan; mana yang paling menunjang, mana yang
bertentangan, dan sebagainya.
- Memformulasikan tujuan pembelajaran
Kelompok
nantinya merumuskan tujuan pembelajaran. Sebab, kelompok sudah tahu pengetahuan
mana yang masih kurang, dan mana yang masih belum jelas. Tujuan pembelajaran
akan dikaitkan dengan analisis masalah yang dibuat
- Mencari informasi tambahan dari sumber lain
Saat ini kelompok
sudah tahu informasi apa yang tidak dimiliki, dan sudah punya tujuan
pembelajaran. Kini saatnya mereka harus mencari informasi tambahan itu, dan
menemukan ke mana akan dicari.
- Mensintesis (menggabungkan) dan menguji informasi baru dan membuat laporan.
Dari
informasi baru yang didapatkan, kita diskusikan kembali dengan kelompok untuk
kemudian dari semua yang sudah dibahas disusun menjadi suatu laporan. Laporan
bisa berupa laporan tertulis, video, maupun karya fisik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar