Rabu, 14 Maret 2018

Islam Di Indonesia


BAB I
PENDAHULUAN

A.         LATAR BELAKANG
Islam adalah agama yang universal sehingga dinamakan agama rahmatan lil “alamin, sekalipun pada awalnya diturunkan pada lingkungan masyarakat di Jazirah Arab. Pada masa selanjutnya setelah Islam tersebar ke seluruh penjuru jazirah Arab kemudian merambah ke luar jazirah Arab sampai ke wilayah yang sangat jauh dari pusat sumber datangnya Islam seperti ke Benua Eropa, Cina, hingga Asia Tenggara. Ketika penyebaran Islam masuk ke suatu wilayah, terkadang karakteristik unsur lokal mewarnai nilai-nilai dalam Islam. Hubungan antara keduanya bisa saja bersifat dualistik, sehingga sulit dipersatukan. Hal ini tentunya terutama ketika unsur lokal yang mengandung nilai-nilai tradisi kontradiktif bertemu dengan substansi ajaran Islam melahirkan pemahaman keagamaan yang sinkretik.
Salah satu cara untuk mengamati perilaku islam di dunia adalah bercermin pada islam di Indonesia. Dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, Islam di Indonesia telah memperlihatkan suatu ciri khas tertentu, yang mungkin berbeda dari tempat asal Islam itu sendiri, Mekkah.
Sebagai agama rahmatan lil alamin, Islam telah membuktikan kebenarannya. Kebenaran Islam telah terbukti di berbagai belahan dunia. Setidaknya itulah hasil perjuangan Rasulullah SAW yang menyebarkan Islam mati-matian sampai-sampai harus menghadapi berbagai cobaan yang datang silih berganti. Ketika beliau masih hidup, setidaknya beliau telah melihat orang secara berbondong-bondong Islam pada masa Fathu Mekkah. Jauh setelah itu, Islam kini berada di setiap jengkal negeri di seluruh dunia.
Di Indonesia Islam merupakan agama resmi dan menjadi mayoritas. Oleh karena itu, umat Islam perlu bangga akan tingginya umat Islam di Indonesia. Mengapa Islam di Indonesia dapat menjadi besar dan terhormat? Itu tidak terlepas dari usaha para pendahulu kita yang datang tekun dan gigih menyebarkan dan mempertahankan Islam di Indonesia.
Mereka tidak hanya menyebarluaskan pesan Islam, tetapi juga mempertahankan agar pesan ini tidak punah.

B.     RUMUSAN MASALAH
a.    Bagaimana sejarah masuknya Islam di Indonesia
b.   Bagaimana perkembangan Islam di Indonesia
c.    Apa saja karakteristik Islam di Indonesia
d.   Apa peran umat Islam dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur

C.     TUJUAN
a.    Untuk mengetahui sejarah masuknya Islam di Indonesia
b.   Untuk mengetahui perkembangan Islam di Indonesia
c.    Untuk mengetahui karakteristik Islam di Indonesia
d.   Untuk mengetahui peran umat Islam dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
















BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA
Sejak awal abad Masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah di daratan Asia Tenggara. Pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatera dan Jawa antara abad ke-1 dan ke-7 M sering disinggahi pedagang asing, seperti Lamuri (Aceh), Barus dan Palembang di Sumatera, Sunda Kelapa dan Gresik di Jawa. Lambat laun penduduk pribumi mulai memeluk Islam meskipun belum secara besar-besaran.Aceh, daerah paling Barat dari kepulauan nusantara, adalah yang pertama sekali menerima agama Islam.Bahkan di Acehlah kerajaan Islam di Indonesia berdiri, yakni Kerajaan Pasai.
            Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692 H/1292 M, telah banyak orang Arab yang menyebarkan Islam. Begitu juga berita dari Ibnu Battuthah, pengembara Muslim dari Maghribi, yang ketika singgah di Aceh tahun 746 H/1345 M menuliskan bahwa di Aceh telah tersebar mazhab Syafi’i. Adapun peninggalan tertua dari kaum muslimin yang ditemukan di Indonesia terdapat di Gesik, Jawa Timur.Berupa komplek makam Islam, yang salah satunya adalah makam seorang muslimah bernama Fathimah binti Maimun.Pada makamnya tertulis angka tahun 475 H/1082 M, yaitu pada zaman Kerajaan Singasari.Diperkirakan makam-makam ini bukan dari penduduk asli, melainkan makam para pedagang Arab.
            Pada abad ke-9 H/14 M penduduk pribumi memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah berpendapat bhwa masuk Islamnya penduduk nusantara secara besar-besaran pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti.Yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demka, Cirebon, serta Ternate. Pesatnta Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu/Budha di Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya, dan Sunda. Islam dating ke Asia Tenggara dengan caradamai, tidak dengan pedang dan tidakdengan merebut kekuasaan politik. Islam masukke Nusantara dengan cara yang menunjukkan sebagai rahmatan lil’alamin.
Dengan masuk Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan terbentuknya pemerintahan-pemerintahan Islam diberbagai daerah kepulauanini, perdagangan dengankaum Muslimin dari pusat dunia Islam menjadi semakin erat. Orang Arab yang bermigrasi kenusantara juga semakin banyak.Yang terbesard iantaranya adalah berasal dari Hadramaut, Yaman. Dalam Tarikh Hadramaut, migrasi ini bahkan dikatakan sebagai yang terbesar sepanjanga sejarah Hadramaut. Namun setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani datang dan dengan rakusnya menguasai daerah demi daerah di Nusantara, hubungan dengan pusat dunia Islam seakan terputus. Terutama di abad ke-17 dan ke-18 Masehi. Penyebabnya yaitu selain kaum muslimin nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang penjajah, juga karena berbagai peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis yang isinya melarang setiap kerajaan yang telah ditundukkan oleh penjajah dilarang berhubungan dengan dunia luar kecuali melalui mereka. Maka terputuslah huungan umat Islam nusantara dengan umat Islam dari bangsa-bangsa lain yang telah terjalin ratus-ratus tahun. Keinginan kaum kolonialis untuk menjatuhkan umat Islam nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari kebijakan merekayang mempersulit pembauran antara orang Arab dengan priumi.
Kedatangan kaum kolonialis di satu sisi telah membangkitkan semangat jihad kaum muslimin nusantara, namun disisi lain memuat pendalaman akidah Islam tidak merata. Hanya kalangan pesantren(madrasah) saja yang mendalami keislaman, itu pun bisanya terbatas pada mazhab Syafi’i. Para ulama-ulama nusantara adalah orang-orang yang gigih menentang penjajahan. Meskipun banyak dari mereka yang berasal dari kalangan tarekat, namun justru kalangan tarekat inilah yang sering bangkit melawan penjajah. Dan meski pada akhirnya setiap perlawanan ini berhasil ditumpas dengan taktik licik, namun sejarah telah mencatat jutaan syuhada nusantara yang gugur pada berbagai pertempuran melawan belanda. Sejak perlawanan kerajaan-kerajaan Islam diabad 16 dan 17 seperti Malaka (Malaysia), Sulu (Filipina), Pasai, banten, Sunda Kelapa, Makassar, Ternate, hingga perlawanan paraulama diabad 18 seperti Perang Cireon (bagusRangin), Perang Jawa (Diponegoro), Perang Paderi (Imam bonjol), dan Perang Aceh (TeukuUmar).
Teori-teori yang mengemukakan daerah asal yang membawa Islam ke Indonesia yaitu:
1.      Teori Gujarat
Didasarkan atas pandangan yang mengatakan asal daerah yang membawa Islam ke Nusantara adalah dari Gujarat. Peletak dasar teori ini pertama dikemukakan oleh Pijnepel (1872 M) yang menafsirkan catatan perjalanan Sulaiman, Marcopolo dan Ibn Batutah. Teori ini dikemudian hari mendapat dukungan dari Snouck Hurgronye yang mendasarkan dengan beberapa alasan. Pertama, kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran agama Islam ke Nusantara. Kedua, hubungan dagang antara Indonesia-India telah lama terjalin dengan baik. Ketiga, Inskripsi tertua tentang Islam yang terdapat di Sumatera memberikan gambaran hubungan dagang antara Sumatera dan Gujarat. Pandangan Snouck Hurgronye tersebut memiliki pengaruh besar pada masa-masa selanjutnya karena mendapat legitimasi dari sejarawan Barat antara lain Stutterheim dalam karyanya (De Islam en Zijn Komst in DeArchple), Bernard H.N. Vlekke, (NusantaraA History of Indonesia), Schriekie (IndonesianSociological Studies), Clifford Geertz (TheReligion of Java), Harry J.Benda (A History ofModern South East Asia) Van Leur (IndonesianTrade and society), T.W. Arnold (The Preachingof Islam). Moquette, seorang sarjana Belanda lainnya berkesimpulan bahwa tempat asal Islam di Nusantara adalah Gujarat. Kesimpulannya muncul setelah ia mengamati bentuk batu nisan di Pasai, kawasan Utara Sumatra (Aceh sekarang) khususnya yang bertanggal 17 Dzulhijjah 831H/ 27 September 1428M. Batu Nisan yang kelihatannya mirip dengan batu nisan lain yang ditemukan di makam Maulana Malik Ibrahim (822/1419M) di Gresik Jawa Timur ternyata sama bentuknya dengan batu nisan yang terdapat di Cambay Gujarat. Berdasarkan contoh-contoh batu nisan inilah ia berkesimpulan bahwa batu nisan dari Gujarat bukan hanya untuk pasar lokal, tetapi juga diimpor ke kawasan lain. Salah satunya ke wilayah Nusantara.


2.      Teori Mekkah
Teori ini lebih belakangan lahirnya jika dibandingkan dengan teori Gujarat yang telah lama muncul dalam khazanah ilmu pengetahuan sejarah. Teori Mekah baru muncul sekitar tahun 1958 M, sementara Teori Gujarat telah sejak tahun 1872 M. Teori Mekah muncul ketika banyaknya kritikan yang ditujukan pada teori Gujarat karena terdapat sisi-sisi lain yang tidak terungkap sehingga melemahkan teori itu sendiri. Penulis sejarah yang mengkritik teori tersebut misalnya Hamka dalam suatu acara Dies Natalis IAIN Yogyakarta ke-8 di Yogyakarta, di mana muncul temuan-temuan baru yang berusaha memperkuat munculnya alasan-alasan untuk melemahkann teori Gujarat dan melahirkan cikal bakal teori Mekah. Pada waktu yang lain kemudian teori Gujarat juga mendapat kritikan dan dilemahkan dalam seminar di IAIN Medan tanggal 17-20 Maret 1963 M, tentang “Masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia”.
Selanjutnya di Aceh 10-16 Juli 1978 M diadakan seminar dengan tema yang hampir sama dan hasilnya adalah memperkuat seminar sebelumnya. Apalagi dalam seminar di Aceh tersebut diikuti oleh banyak ahli sejarah yang berasal dari Indonesia, Malaysia, India, Australia dan Prancis. Sejarawan Barat yang pernah memunculkan teori Mekah dan sependapat dengan teori ini adalah Crawfurd (1820 M), Keyzer (1859 M), Veith (1878 M).12 Umumnya sejarawan nusantara yang giat memperjuangkan dan mendukung teori Mekah adalah mereka yang terlibat langsung dan tak langsung dalam seminar masuk dan berkembangnya Islam di Nusantara baik di Medan maupun di Aceh, dan sejarawan yang paling gigih adalah Hamka dan S.M.N. Naquib Al-Attas. Alasan lain yang memperkuat lahirnya teori Mekah dikemukakan oleh Sayyid Mohammad Naquib al-Attas bahwa sebelum abad ke-17 M. seluruh literatur keagamaan yang relevan tidak satu pun pengarang muslim tercatat berasal dari India. Penulis yang dipandang Barat sebagai berasal dari India terbukti berasal dari Arab atau Persia. Benar bahwa sebagiann karya yang relevan tentang keagamaan itu ditulis di India tetapi asal kedatangan penulis tersebut adalah dari kawasan jazirah Arab, (Mekkah, Mesir, dan Yaman) dan Persia.


3.        Teori Persia
Dipelopori oleh P.A. Hoesin Djajadiningrat dari Indonesia. Titik pandang teori ini memiliki perbedaan dengan teori Gujarat dan Mekah mengenai masuk dan datangnya Islam di Nusantara. Islam masuk ke Indonesia menurut Hoisen Djajadiningrat berasal dari Persia abad ke-7 M. Teori ini memfokuskan tinjauannya pada sosio-kultural di kalangan masyarakat Islam Indonesia yang ada kesamaan dengan di Persia. Diantaranya adalah perayaan Tabut di beberapa tempat di Indonesia, dan berkembangnya ajaran Syekh Siti Jenar zaman penyebarann Islam Wali Sanga ada kesamaan dengan ajaran Sufi al-Hallaj dari Iran Persia. Teori ini banyak mendapat kritikan ketika diadakan seminar masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia diselenggarakan di Medan tahun 1963 M. Kritik itu muncul dari Dahlan Mansur, Abu Bakar Atceh, Saifuddin Zuhri, dan Hamka. Penolakan teori ini didasarkan pada alasan bahwa, bila Islam masuk abad ke-7 M. yang ketika itu kekuasaan dipimpin Khalifah Umayyah (Arab), sedangkan Persia Iran belum menduduki kepemimpinan dunia Islam. Dan masuknya Islam dalam suatu wilayah, bukankah tidak identik langsung berdirinya kekuasaan politik Islam.

4.      Teori Cina
Di kemukakan oleh Selamet Muljana yang mengatakan bahwa sultan-sultan di kerajaan Demak adalah peranakan Cina. Demikian pula ia menjelaskan bahwa para Wali Sanga adalah peranakan Cina. Pendapat Selamat Muljana ini didasarkan dari sebuah Kronik klenteng Sam Po Kong. Selamet Muljana memberikan contoh Sultan Demak Panembahan Patah, sebagai pendukung teori ini dalam Kronik Sam PoKong bernama Panembahan Jin Bun nama Cinanya. Arya Damar sebagai pengasuh Panembahan Jin Bun pada waktu di Palembang bernama Cina, Swang Liong. Sultan Trenggono disebutkan dengan nama Cina yaitu, Tung Ka Lo. Sedangkan Wali Sanga antara lain Sunan Ampel dengan nama Cina Bong Swee Hoo. Sunan Gunung Jati dengan nama Cina Toh A Bo.
Sebenarnya hubungan diplomatic antara Cina dengan Arab bukan hal yang baru, tetapi telah terjalin sejak zaman khulafaurrasyidin (632-661) saat itu di Cina di bawah kekuasaan Dinasti Tang. Adapun hubungan dagang Cina dengan Nusantara mengalami masa puncaknya pada saat kunjungan muhibbah Laksamana laut Cheng Ho antara tahun 1405-1430 M. Pada masa itu Cina di bawah dinasti Ming (1363-1644M). Perjalanan Laksamana Muslim Cheng Ho menakjubkan bila dibandingkan kisah perjalanan Colombus ke Amerika dan Vasco Da Gama ke India. Perjalanan muhibbah Laksmana Cheng Ho ke benua Asia Afrika terbagi dalam tujuh tahap perjalanan dengan membawa 42 kapal besar berukuran panjang masing-msing 120 Meter dengan 9 tiang, dengan diiringi oleh 30.000 pelaut dan mariner. Dari tujuh kali perjalanan tersebut semuanya melewati dan menyinggahi kawasan nusantara seperti Sumatra dan Jawa dengan wilayah perhentian yang berbeda-beda.

B.     PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA
Seiring dengan masuknya islam di Indonesia, maka di mulailah sejarah perkembangan islam di wilayah ini. Dengan kata lain, masuknya islam di Indonesia adalah sekaligus merupakan proses perkembangan islam itu sendiri. Untuk lenih rincinya, perkembangan tersebut dapat diperjelas dengan menampilkan babakan-babakan penting berikut ini:
1.      Babak pertama, abad 7 masehhi (abad 1 hijriah)
Pada abad 7 masehi, islam sudah sampai ke Nusantara. Para Da’I yang datang ke Indonesia berasal dari jazirah Arab yang sudah beradaptasi dengan bangsa India yakni bangsa Gujarat dan ada juga yang telah beradaptasi dengan bangsa Cina, dari berbagai arah yakni dari jalur sutera (jalur perdagangan) dakwah mulai mermbah di pesisir-pesisir Nusantara. Sejak awal Islam tidak pernah membeda-bedakan fungsi seseorang untuk berperan sebagai Da’I (juru dakwah). Kewajiban berdakwah dalam Islam bukan hanya kasta (golongan) tertentu saja tetapi bagi setiap masyarakat dalam islam.
Sampainya dakwah di Indonesia melalui para pelaut-pelaut atau pedagang-pedagang sambil membawa dagangannya juga membawa akhlak islami sekaligus memperkenalkan nilai-nilai yang Islami. Masyarakat ketika berkenalan dengan Islam terbuka pikirannya, dimulaikan sebagai manusia dan ini yang membedakan masuknya agama lain sesudah maupun sebelum datangnya Islam.

2.      Babak kedua, Abad 13 Masehi
Di abad 13 Masehi, berdirilah kerajaan-kerajaan Islam di berbagai penjuru di Nusantara. Yang merupakan momen kebangkitan kekuatan politik umat khususnya di daerah Jawa ketika kerajaan Majapahit berangsur-angsur turun kewibawaannya karena konflik internal. Hal ini memanfaatkan oleh Sunan Kalijaga yang membina di wilayah tersebut bersama Raden Fathah yang merupakan keturunan raja-raja majapahit untuk mendirikan kerajaan Islam pertama di pulau Jawa yaitu kerajaan Demak. Bersamaan dengan itu mulai bermunculan kerajaan-kerajaan islam yang lainnya, walaupun masih bersifat local.
Pada abad 13 masehi ada fenomina yang disebut dengan wali Songo yaitu ulama ulama yang menyebarkan dakwah di Indonesia, khususnya di pulau Jawa sebanyak 9 orang tokoh ulama Islam. Wali Songo mengembangkan dakwah atau melakukan proses Islamisasinya melalui berbagai cara dan saluran, antara lain:
a.       Perdagangan
b.      Pernikahan
c.       Pendidikan (pesantren)
d.      Seni dan budaya
e.       Tasawuf

3.      Babak ketiga, masa penjajahan Belanda
Pada abad ke17 masehi tepatnya tahun 1601 datanglah kerajaaan Hindia Belanda ke daerah Nusantara yang awalnya hanya berdangan tetapi akhirnya menjajah.Belanda datang ke Indonesia dengan kamar dagangannya yakni VOC,semenjak itu hampir seluruolehh wilayah nusantara dijajah oleh Hidia Belanda kecuali Aceh.saat itu antar kerajaan kerajaaan islam di nusantara belum sempat membentuk aliansi atau kerja sama.hal ini yang menyebabkan proses penyebaran dakwah terompong.
Potensi potonsi tumbuh dan berkembang di abad 13menjadi kekuatan perlawanan terhadap penjajahan.ini di buktikan dengan adanya hikayat-hikayat pada masa kerajaan-kerajaan Islam yang syair-syair nya berisikan perjuangan. Ulama-ulama menggelorakan jihad melawan penjajah Belanda. Belanda kewalahan yang akhirnya menggunakan beberapa strategi antara lain:
a.       Politik devide et impera.
b.      Mendatangkan Prof. Dr. Snouck Christian Hurgronje (bergelar Abdul Gafar)

4.      Babak keempat, Abad 20 Masehi
Awal abad 20 Masehi, penjajah Belanda mulai melakukan politik etik atau politik balas budi yang sebenarnya adalah hanya membawa manfaat bagi lapisan masyarakan yang dapat membantu mereka dalam pemerintahannya di Indonesia. Politik balas budi memberikan pendidikan dan pekerjaan kepada bangsa Indonesia khususnya umat Islam tetapi sebenarnya tujuannya untuk mensosialkan ilmu-ilmu Barat yang jauh dari Al-Qur’an dan Hadist dan akan dijadikannya boneka-boneka penjajah.
Strategi perlawanan terhadap penjajah pada masa ini lebih bersifat organisasi formal daripada dengan senjata. Berdirilah organisasi Serikat Islam  yang merupakan organisasi pergerakan nasional pertama di Indonesia pada tahun 1905 yang mempunyai anggota dari kaum rakyat jelata sampai priyayi dan meliputi wilayah yang luas. Tokoh Sarekat Islam yang terkenal yaitu HOS Tjokroaminoto.

5.      Babak kelima,Pasca Kemerdekaan
Setelah Indonesia merdeka, pada tanggal 17 Agustus 1945, perkembangan Islam sendirinya mengalami pergeseran, dari proses Islamisasi, perjuangan fisik (jihad) melawan penjajah, hingga kemudian mengisi kemerdekaan melalui jalur dakwah kebudayaan, agama dan politik. Dakwah Islam di Indonesia banyak di kembangkan oleh institusi-institusi seperti Muhammadiyah, Nadhatul Ulama, Persis, dan lain-lain. Lembaga-lembaga ke-islaman tersebut tergabung dalam MIAI (Majelis Islam ‘Ala Indonesia) yang kemudian berubah namanya menjadi MASYUMI (Majelis Syura Muslimin Indonesia) yang anggotanya adalah para pemimpin institusi-institusi ke-Islaman tersebut. Hingga sekarang dakwah Islam lebih banyak dimainkan oleh organisasi-organisasi Islam ini, terutama Muhammadiyah dan NU.
C.     KARAKTERISTIK ISLAM DI INDONESIA
Berdasarkan cara masuknya Islam di Nusantara terbentuklah pola keislaman yang memiliki keunikan tertentu, yaitu:
1.      Majemuk/Plural
Kemajemukan merupakanciri khas masyarakat Indonesia pada umumnya. Di Indonesia, sebagaimana diketahui terdapat enam agama resmi, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha, dan Konghuchu. Kehidupan beragama di Indonesia inilah yang di payungi oleh semangat Bhinneka Tunggal Ika, sehingga terlihat dengan jelas betapa Islam dengan mudah berdampingan dengan damai dengan penganut agama lain.
            Terlepas dari hubungan antar agama, keragaman model beragama juga ditemukan dalam Islam itu sendiri. Seorang antropolog Amerika Serikat bernama Clifford Geertz pernah membagi perilaku keberagaman umat Islam Indonesia ke dalam tiga kelompok, yaitu abangan, santri, dan priyai. Abangan merupakan istilah yang dipakai bagi pemeluk Islam yangtidak begitu memperhatikan perintah-perintah agama Islam dan kurang teliti dalam memenuhi kewajiban-kewajiban agamanya. Meskipun mereka mengaku dirinya sebagai orang Muslim, tetapi cara hidup mereka merupakan perpaduan unsur-unsur Islam, Hindu-Budha, dan unsur-unsur asli.
            Santri merupakan penganut Islam yang taat. Istilah ini seringkali kita dengar untuk menyebut orang-orang yang belajar di pesantren. Tetapi istilah santri yang digunakan oleh Geertz di sini merujuk kepada siapa saja yang menjalankan Islam dengan benar. Priyai adalah kelompok ketiga penganut Islam, yang menurut Geertz adalah kelompok Islam kelas elit. Biasanya adalah mereka yang disebut sebagai Muslim birokrat atau Muslim berdasi. Pada umumnya umat Islam di Indonesia mengikuti faham Asy’ariyah dari segi teologi (faham keagamaan), Imam Syafi’i (dan termasuk Imam Malik, Ahmad bin Hambal, dan Imam Hanafi) untuk masalah fiqih, serta Imam Ghazali untuk masalah tasawuf.

2.      Toleran
Toleransi adalah salah satu dari semangat Islam di Indonesia. Semangat ini tumbuh seiring dengan “perkawinan” antar budaya Islam dengan budaya lokal. Sehingga corak singkretisme (campuran faham) tidak bisa dihindari. Sepintas ini kelihatan buruk, tetapi sebetulnya itu merupakan cara para da’i terdahulu memasukkan Islam ke dalam tradisi Indonesia secara damai. Sudah barang tentu para da’i sudah memikirkan konsekuensi dari metode yang ditempuhnya dan beranggapan bahwa sejauh tidak bertentangan dengan ajaran Islam, maka itu adalah Islam.
Sifat toleransi Muslim di Indonesia muncul karena bangsa Indonesia disatukan dalam rumpun budaya. Muslim Indonesia sudah terbiasa dengan ragam budaya dan agama sejak mula kedatangannya. Dan seperti yang disinggung diatas, ahli-ahli melakukan pembersihan budaya, para da’i tersebut justru membiarkan budaya tersebut tetap tumbuh sambil memasukkan unsur-unsur Islam sebisa mungkin.

3.        Moderat
Islam di indonesia,menurut banyak kalangan,islam harapan masa depan dunia islam,islam yang diharapkan dapat menjadi model islam di penjuru dunia. Hal ini disebabkan islam di indonesia adalah islam yang dapat hidup damai dengan semua agama resmi yang diakuin negara.islam yang juga dapat hidup berdampingan denganberbagai keperbedaan aliran (baik dari sisi aliran teologi,mazhab fiqih maupun tasauf/tarekat) dan organisasi organisasi keagamaan islam. Islam yang selalu mengedepankan nilai nilai kebersamaan,nilai nilai kemanusiaan dan nilai nilai etika,moral serta akhlak.islam yang selalu mengendepankan penghormatan dan pemuliaan terhadap segala keanekaragaman yang ada di indonesia islam di indonesia merupakan islam yang moderat.
            Moderat dalam hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan kehidupkan keagamaan yang berada di tengah tengah,tidak ekstrim dan tidak pula liberal.bangsa indonesia adalah bangsa yang relegius, umat islam adalah mayoritas di negeri ini, ini berarti bahwa relegiussitas bangsa indonesia adalah cermin regeliussita umat islam itu sendiri.islam indonesia merupakan agama yang melindungi kehidupan agama dan kepercayaan lain.agama dan kepercayaan lain dapat hidup aman dan damai ditengah tengah mayortitas uamat islam. Hal ini tentu saja berbeda dengan keadaaan umat islam dibeberapa negara yang hidup menoritas di tengah tengah agama lain.

4.      Akulturatif
Islam indonesia dapat dikatakan merupakan hasil dari alkuturasi islam dan budaya lokal.sifat alkuturatif ini terjadi dengan adanya campuran usur islam dan budaya lokal yang tidak bertentangan dengan semangat bunda mental islam itu sendriri.alkuturasi islam dan budaya lokal inilah yang melahirkan islam dalam bentuknya sekarang.sebagai contoh,tradisi menggunakan peci hitam sebenarnya adalah tradisi orang orang turki yang kemudian menjadi pakaian orang indonesia,terutama oleh orang orang islan.demikian pula,dalam ritual ritual islam,unsur unsur budaya lokal masih sangat jelas,termasuk sebagian banguna masjid.jadi, meskipun berasal dari timur tengah,tampilan islam di indonesia tidak selalu bernuansa Arab.

D.    PERAN UMAT ISLAM DALAM MEWUJUDKAN MASYARAKAT YANG ADIL DAN MAKMUR.
Islam adalah agama yang rahmatan lil-alamin.Salah satu tujuan utama dari diturunkannya Islam adalah agar terciptanya sebuah tatanan masyarakat yang adil dan makmur. Untuk itulah, dimanapun Islam tumbuh dan berkembang, ukuran keberhasilannya adalah sejauh mana ia mampu menjamin terciptanya keadilan dan kemakmuran bagi pemeluknya maupun bagi semua umat manusia.
1.      Di bidang politik dan ekonomi
Sejak awal kedatangannya, sebenarnya umat Islam sudah mulai memainkan peran politik mereka.Hal ini dapat dilihat sejak awal Islamisasi, yakni saat umat Islam memegang kekuasaan. Sultan atau raja adalah penguasa sekaligus pengemabng islam. Sultan atau raja mengadakan konsultasi dengan para ulama dalam setiap kebijakan yang hendak dijalankan, sebagaimana terlihat misalnya pada Raden Fatah, raja kesultanan Demak yang selalu menghargai petunjuk Wali Songo.Pada sisi lain dapat dilihat bahwa semenjak abad ke-16 sampai abad ke-20 umat Islam di bawah para pemimpinnya mengahadapi berbagai corak tantangan kekuasaan Barat dan mengadakan perlawanan bagi setiap fase penjajahan, misalnya pada :
a.       Fase persaingan dagang
Kerajaan Islam Demak melawan Portugal di Malaka ( 1512) ; Sultan Khairuddin dan Sultan Babullah melawan Portugal di Ternate ; Tidore melawan Spanyol ; Aceh melawan Portugal di Malaka ; dan Sultan Hasanudin dari Gowa dan Talo melawan VOC.
b.      Fase penetrasi dan agresi
Sultan Agung ( Mataram) menyerbu  Batavia (1627 dan 1629) ; Sultan Agen Tirtayasa dengan dukungan Syekh Yusuf ( Makasar) melawan Penetrasi VOC ke Banten ( 1680); kesultanan Aceh melawan agresi Hindia Belanda (1873) yang merupakan awal dari perjuangan Aceh yang terus menerus terhadap Belanda.
c.       Fase perluasan daerah jajahan
Terjadi perang Diponegoro (1825 -1830) ; perang Paderi di Sumatera ( 1821-1873) ; dan perang Banjar yang di pimpin oleh Pangeran Antasari dan lain-lain.
d.      Fase penindasan
Para petani di bawah bimbingan para Ulama melakukan pemberontakan yang di kenal dengan “ Geger Cilegon” ( 1886), pemberontakan H. Mustofa dan pemberontakan yang dipelopori petani. baik diJawa, Sumatera  dan daerah lainnya peran ulama selalu menonjol.
Ajaran islam untuk cinta tanah air mendorong segenap penduduk Nusantara untuk memberontak melawan penjajah. Maka lahirlah pemimpin-pemimpin Islam  yang besar dan menentukan arah pergerakan di Indonesia. Seperti yang terkenal misalnya Sarekat Dagang Islam (SDI) yang kelak berubah menjadi Sarekat Islam (SI) di bidang ekonomi dan Budi Utoma juga bertujuan untuk memperbaiki pendidikan dan ekonomi. Demikian pula di masa-masa peran organisasi Islam seperti Muhammadiyah (1912), Persatuan Islam/Persis (1923), Nahdatul Ulama/NU (1926), Majelis Islam A’la Indonesia / MIAI (1937), Majelis Syuro (1943) yang kemudia berubah nama menjadi Majelis Syuro Muslim Indonesia  (Masyumi), sebuah partai politik Islam pertama yang dibentuk pada tanggal 7 Novemper 1945 dan persatuan Umat Islam / PUI (1952).

Setelah Indonesia merdeka, peran umat Islam tetap besar di bawah Soekarno. Meskipun ia berhaluan nasioanlis-sosialis, tetapi pandangan-pandangan agamanya menjadi ilham bagi pembangunan bangsa. Demikian pula di mana Soeharto, meskipun peran partai Islam bagi pembangunan semakin mengecil, tetapi peran politik lain tetap sangat aktif. Bukankah Soeharto sendiri adalah orang Islam?Bahkan dalam sejarah Indonesia, belum pernah ada presidennya yang bukan Islam. Hingga masa reformasi umat islam tetap menunjukkan sikap politik yang luar biasa. Setalah berhasil menjalankan pemilu 1999, 2004, dan 2009, dunia Internasional semakin kagum bahwa masyarakat Islam di Indonesia adalah yang paling berhasil dalam menjalankan demokrasi, bahkan dalam hal tertentu bias dianggap lebih demokratis dari negara-negara Barat itu sendiri.

a.       Di bidang agama dan sosial
Agama dan sosial adalah hal yang tidak bias dipisahkan.Ini disebabkan karena sejak kedatangannya di Nusantara, Islam telah berpadu denga masyarakat yang kemudian membentuk sebuah masyarakat Muslim Indonesia.Munculnya organisasi kemasyarakatan seperti Muhammadiyah dan NU telah memebri warna terhadap perkembangan Islam di Indonesia.Dua organisasi ini bahkan dianggap sebagai perwakilan Islam Indonesia.  Dengan kata lain, jika ingin melihat Islam di Indonesia lihatlah praktek Muhammadiyah dan NU.Sebagai bangsa yang religious dan berketuhanan Yang Maha Esa, pemerintah memiliki perhatian besar terhadap agama, terutama agama Islam yang penganutnya adalah mayoritas. Perhatian tersebut diwujudkan dalam pembinaan kehidupan beragama, antara lain:
a.       Mendirikan Departemen Agama pada tanggal 3 januari 1945, suatu departemen yang merealisasi sila pertama dari Pancasila dan sekaligus merupakan ciri khas Islam Indonesia.
b.      Menetapkan Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.
c.       Menyelenggarakan pengurusan ibadah haji dari tanah air.
d.      Membentuk Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 1975 dengan struktur organisasi yang menyebar sampai ke tibgkat desa.
e.       Melembagakan Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) secara nasional dari tingkat pusat sampai tingkat desa, mendirikan dan meresmikan masjid istiqlal sebagai masjid yang sepenuhnya dibiayai pemerintah/Negara, membentuk Badan Amil Zakat dan sebagainya.
f.       Ikut membina kerukunan hidup umat umat beragama baik internal umat beragama serta antar umat beragama, maupun antar umat beragama dengan pemerintah.
g.      Memberlakukan secara yuridis-formal sebagian hokum Islam, yaitu penyelenggaraan Peradilan Islam di Indonesia, dengan undang-indang pada tahun 1989 dan memberlakukan syri’at Islam di Nanggru Aceh Darussalam (NAD).

b.      Di bidang Pendidikan dan kebudayaan\
Di bidang pendidikan dan kebudayaan, peran islam sangatlah besar. Sejak Islamisasi negeri ini telah berdiri lembaga-lembaga pendidikan, khususnya pesantren dan surau yang telah menjadiiii benteng Islam yang demikian kuat dan berpengaruh.Kemudia menyusul system madrasah yang merupakan usaha pembaruan dalam system pendidikan Islam tanpa menghilangkan system pesantrennya. Pemerintah telah mendirikan madarasah  ( sekolah-sekolah agama Islam) dari tingkat dasar, menengah dan tinggi. Di samping itu, pendidikan agama juga telah menjadi salah satu mata pelajaran penting di sekolah-sekolah maupun di perguruan tinggi maupun negeri dan swasta.
Lembaga pendidikan Tinggi Islam Indonesia telah berdiri sejak tahun 1940.
Kemudianberdiri pula lembaga pendidikan tinggi Islam yang dikelola oleh Negara dan swasta di seluruh Indonesia, seperti Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN), Institut Agama Islam Negeri ( IAIN), Universitas Islam Negeri (UIN), Universitas Islam Indonesia (UII) dan lain-lain.Sejalan dengan pendidikan Islam itu, di Indonesia telah muncul penerbitan buku Islam yang menerbitkan sejumlah besar buku-buku yang ditulis oleh orang Indonesia, maupun oleh penulis asing. Penerbitan buku-buku keislaman tersebut, sekarang ini tidak terhitung lagi jumlahnya, sebagai pengaruh dari adanya kebebasan pers dan mengemukakan pendapat.
Dalam bidang kebudayaan di Indonesia, Islam mempunyai peranan penting , antara lain di bidang:
a.       Arsitektur, khususnya pada bangunan masjid sebagai tempat ibadah yang merupakan pusat agama Islam yang berpengaruh besar terhadap kehidupan penduduk secara keseluruhan.
b.      Hidup rohani, paham sufismi atau mistik yang tumbuh pada hidup rohani orang Indonesia sejak awal masuknya Islam di Indonesia, seperti Kadiriah, Khalwariah, Naksyabandiah, dan lain-lain.
c.       Hari-hari besar Islam, perayaannya dilaksanakan baik oleh Negara maupun masyarakat dari tingkat pusat sampai tingkat desa, seperti peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra’ Miraj, Nuzulul Qur’an, shalat ‘id ( idul fitri dan idul adha) dan lain-lain.
d.      Seni kaligrafi, yang berkembang pesat sebagai dekorasi, catatan sejarah dan symbol-simbol keislaman si seluruh lapisan masyarakat Muslim Indonesia.
e.       Bahasa Indonesia, yang menyerap sebagian bahasa Al-Qur’an (Arab) ke dalam bahasa  Melayu menjadi bahasa Nasional Indonesia. Sehingga bahasa Arab terabadikan dalam bahasa Indonesia, seperti pada kata rakyat (ra’iyyah), musyawarah, shalat, zakat, selamat (salamah) dan lain-lain.

Dengan melihat segi-segi peradaban Islam itu, maka peran umat Islam di Indonesia dalam pembangunan masyarakat yang adil dan makmur sangatlah besar.Bahkan yang paling besar, meliputi segala sisi, ini dapat segera dimaklumi karena mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim.Sehinga seluruh peran pembangunan nyaris sepenuhnya dimainkan oleh orang-orang Islam.Peran umat Islam dalam pembangunan bukan saja untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur, melainkan juga beriman dan bertakwa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makalah Global Warming (Pemanasan Global)

Makalah Global Warming (Pemanasan Global) BAB 1 Pendahuluan A.      Latar Belakang Makalah Dalam beberapa tahun terakhir, isu pe...