BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Islam adalah
agama yang universal sehingga dinamakan agama rahmatan lil “alamin,
sekalipun pada awalnya diturunkan pada lingkungan masyarakat di Jazirah Arab.
Pada masa selanjutnya setelah Islam tersebar ke seluruh penjuru jazirah Arab
kemudian merambah ke luar jazirah Arab sampai ke wilayah yang sangat jauh dari
pusat sumber datangnya Islam seperti ke Benua Eropa, Cina, hingga Asia
Tenggara. Ketika penyebaran Islam masuk ke suatu wilayah, terkadang
karakteristik unsur lokal mewarnai nilai-nilai dalam Islam. Hubungan antara
keduanya bisa saja bersifat dualistik, sehingga sulit dipersatukan. Hal ini
tentunya terutama ketika unsur lokal yang mengandung nilai-nilai tradisi
kontradiktif bertemu dengan substansi ajaran Islam melahirkan pemahaman
keagamaan yang sinkretik.
Salah satu cara
untuk mengamati perilaku islam di dunia adalah bercermin pada islam di
Indonesia. Dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, Islam di Indonesia
telah memperlihatkan suatu ciri khas tertentu, yang mungkin berbeda dari tempat
asal Islam itu sendiri, Mekkah.
Sebagai agama
rahmatan lil alamin, Islam telah membuktikan kebenarannya. Kebenaran Islam
telah terbukti di berbagai belahan dunia. Setidaknya itulah hasil perjuangan
Rasulullah SAW yang menyebarkan Islam mati-matian sampai-sampai harus
menghadapi berbagai cobaan yang datang silih berganti. Ketika beliau masih
hidup, setidaknya beliau telah melihat orang secara berbondong-bondong Islam
pada masa Fathu Mekkah. Jauh setelah itu, Islam kini berada di setiap jengkal
negeri di seluruh dunia.
Di Indonesia
Islam merupakan agama resmi dan menjadi mayoritas. Oleh karena itu, umat Islam
perlu bangga akan tingginya umat Islam di Indonesia. Mengapa Islam di Indonesia
dapat menjadi besar dan terhormat? Itu tidak terlepas dari usaha para pendahulu
kita yang datang tekun dan gigih menyebarkan dan mempertahankan Islam di
Indonesia.
Mereka tidak
hanya menyebarluaskan pesan Islam, tetapi juga mempertahankan agar pesan ini
tidak punah.
B. RUMUSAN
MASALAH
a. Bagaimana
sejarah masuknya Islam di Indonesia
b. Bagaimana
perkembangan Islam di Indonesia
c. Apa
saja karakteristik Islam di Indonesia
d. Apa
peran umat Islam dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
C. TUJUAN
a. Untuk
mengetahui sejarah masuknya Islam di Indonesia
b. Untuk
mengetahui perkembangan Islam di Indonesia
c. Untuk
mengetahui karakteristik Islam di Indonesia
d. Untuk
mengetahui peran umat Islam dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
BAB II
PEMBAHASAN
A.
SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA
Sejak awal abad Masehi
sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan
berbagai daerah di daratan Asia Tenggara. Pelabuhan-pelabuhan penting di
Sumatera dan Jawa antara abad ke-1 dan ke-7 M sering disinggahi pedagang asing,
seperti Lamuri (Aceh), Barus dan Palembang di Sumatera, Sunda Kelapa dan Gresik
di Jawa. Lambat laun penduduk pribumi mulai memeluk Islam meskipun belum secara
besar-besaran.Aceh, daerah paling Barat dari kepulauan nusantara, adalah yang
pertama sekali menerima agama Islam.Bahkan di Acehlah kerajaan Islam di
Indonesia berdiri, yakni Kerajaan Pasai.
Berita
dari Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692
H/1292 M, telah banyak orang Arab yang menyebarkan Islam. Begitu juga berita
dari Ibnu Battuthah, pengembara Muslim dari Maghribi, yang ketika singgah di
Aceh tahun 746 H/1345 M menuliskan bahwa di Aceh telah tersebar mazhab Syafi’i.
Adapun peninggalan tertua dari kaum muslimin yang ditemukan di Indonesia
terdapat di Gesik, Jawa Timur.Berupa komplek makam Islam, yang salah satunya
adalah makam seorang muslimah bernama Fathimah binti Maimun.Pada makamnya
tertulis angka tahun 475 H/1082 M, yaitu pada zaman Kerajaan
Singasari.Diperkirakan makam-makam ini bukan dari penduduk asli, melainkan
makam para pedagang Arab.
Pada
abad ke-9 H/14 M penduduk pribumi memeluk Islam secara massal. Para pakar
sejarah berpendapat bhwa masuk Islamnya penduduk nusantara secara besar-besaran
pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum muslimin sudah memiliki kekuatan
politik yang berarti.Yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan
bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demka, Cirebon, serta
Ternate. Pesatnta Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara lain juga disebabkan
oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu/Budha di Nusantara
seperti Majapahit, Sriwijaya, dan Sunda. Islam dating ke Asia Tenggara dengan
caradamai, tidak dengan pedang dan tidakdengan merebut kekuasaan politik. Islam
masukke Nusantara dengan cara yang menunjukkan sebagai rahmatan lil’alamin.
Dengan masuk Islamnya
penduduk pribumi Nusantara dan terbentuknya pemerintahan-pemerintahan Islam diberbagai daerah kepulauanini, perdagangan dengankaum Muslimin dari pusat dunia Islam menjadi semakin erat. Orang Arab yang
bermigrasi
kenusantara juga semakin banyak.Yang terbesard iantaranya adalah berasal
dari Hadramaut, Yaman. Dalam
Tarikh
Hadramaut,
migrasi ini
bahkan
dikatakan sebagai yang terbesar sepanjanga sejarah Hadramaut. Namun setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani datang dan dengan rakusnya menguasai daerah demi daerah di Nusantara, hubungan dengan pusat dunia Islam seakan terputus. Terutama di abad ke-17 dan ke-18 Masehi. Penyebabnya yaitu selain kaum muslimin nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang penjajah, juga karena berbagai peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis yang isinya melarang setiap kerajaan yang telah ditundukkan oleh penjajah dilarang berhubungan dengan dunia luar kecuali melalui mereka. Maka terputuslah huungan umat Islam nusantara dengan umat Islam dari bangsa-bangsa lain yang telah terjalin ratus-ratus tahun. Keinginan kaum kolonialis untuk menjatuhkan umat Islam nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari kebijakan merekayang mempersulit pembauran antara orang Arab dengan priumi.
Kedatangan
kaum kolonialis di satu sisi telah membangkitkan semangat jihad kaum muslimin nusantara, namun disisi lain memuat pendalaman akidah Islam tidak merata. Hanya kalangan pesantren(madrasah) saja
yang mendalami keislaman, itu pun bisanya terbatas pada mazhab
Syafi’i. Para ulama-ulama
nusantara adalah orang-orang yang gigih menentang penjajahan. Meskipun banyak dari mereka yang berasal dari kalangan tarekat, namun justru kalangan tarekat inilah yang sering bangkit melawan penjajah. Dan meski pada akhirnya setiap perlawanan ini berhasil ditumpas dengan taktik licik, namun sejarah telah mencatat jutaan syuhada nusantara yang gugur pada
berbagai pertempuran melawan belanda. Sejak perlawanan kerajaan-kerajaan Islam diabad 16
dan 17 seperti Malaka (Malaysia), Sulu (Filipina), Pasai, banten, Sunda Kelapa, Makassar, Ternate, hingga
perlawanan paraulama diabad 18
seperti Perang Cireon (bagusRangin), Perang Jawa (Diponegoro), Perang
Paderi (Imam bonjol), dan Perang Aceh (TeukuUmar).
Teori-teori
yang mengemukakan daerah asal yang membawa Islam ke Indonesia yaitu:
1. Teori Gujarat
Didasarkan atas
pandangan yang mengatakan asal daerah yang membawa Islam ke Nusantara adalah
dari Gujarat. Peletak dasar teori ini pertama dikemukakan oleh Pijnepel (1872
M) yang menafsirkan catatan perjalanan Sulaiman, Marcopolo dan Ibn Batutah.
Teori ini dikemudian hari mendapat dukungan dari Snouck Hurgronye yang
mendasarkan dengan beberapa alasan. Pertama, kurangnya fakta yang
menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran agama Islam ke Nusantara. Kedua, hubungan
dagang antara Indonesia-India telah lama terjalin dengan baik. Ketiga,
Inskripsi tertua tentang Islam yang terdapat di Sumatera memberikan gambaran
hubungan dagang antara Sumatera dan Gujarat. Pandangan Snouck Hurgronye
tersebut memiliki pengaruh besar pada masa-masa selanjutnya karena mendapat
legitimasi dari sejarawan Barat antara lain Stutterheim dalam karyanya (De
Islam en Zijn Komst in DeArchple), Bernard H.N. Vlekke, (NusantaraA History
of Indonesia), Schriekie (IndonesianSociological Studies), Clifford
Geertz (TheReligion of Java), Harry J.Benda (A History ofModern South
East Asia) Van Leur (IndonesianTrade and society), T.W. Arnold (The
Preachingof Islam). Moquette, seorang sarjana Belanda lainnya berkesimpulan
bahwa tempat asal Islam di Nusantara adalah Gujarat. Kesimpulannya muncul
setelah ia mengamati bentuk batu nisan di Pasai, kawasan Utara Sumatra (Aceh
sekarang) khususnya yang bertanggal 17 Dzulhijjah 831H/ 27 September 1428M.
Batu Nisan yang kelihatannya mirip dengan batu nisan lain yang ditemukan di
makam Maulana Malik Ibrahim (822/1419M) di Gresik Jawa Timur ternyata sama
bentuknya dengan batu nisan yang terdapat di Cambay Gujarat. Berdasarkan
contoh-contoh batu nisan inilah ia berkesimpulan bahwa batu nisan dari Gujarat
bukan hanya untuk pasar lokal, tetapi juga diimpor ke kawasan lain. Salah
satunya ke wilayah Nusantara.
2. Teori Mekkah
Teori ini lebih belakangan lahirnya jika dibandingkan
dengan teori Gujarat yang telah lama muncul dalam khazanah ilmu pengetahuan
sejarah. Teori Mekah baru muncul sekitar tahun 1958 M, sementara Teori Gujarat
telah sejak tahun 1872 M. Teori Mekah muncul ketika banyaknya kritikan yang
ditujukan pada teori Gujarat karena terdapat sisi-sisi lain yang tidak
terungkap sehingga melemahkan teori itu sendiri. Penulis sejarah yang
mengkritik teori tersebut misalnya Hamka dalam suatu acara Dies Natalis IAIN
Yogyakarta ke-8 di Yogyakarta, di mana muncul temuan-temuan baru yang berusaha
memperkuat munculnya alasan-alasan untuk melemahkann teori Gujarat dan
melahirkan cikal bakal teori Mekah. Pada waktu yang lain kemudian teori Gujarat
juga mendapat kritikan dan dilemahkan dalam seminar di IAIN Medan tanggal 17-20
Maret 1963 M, tentang “Masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia”.
Selanjutnya di Aceh 10-16 Juli 1978 M diadakan seminar
dengan tema yang hampir sama dan hasilnya adalah memperkuat seminar sebelumnya.
Apalagi dalam seminar di Aceh tersebut diikuti oleh banyak ahli sejarah yang
berasal dari Indonesia, Malaysia, India, Australia dan Prancis. Sejarawan Barat
yang pernah memunculkan teori Mekah dan sependapat dengan teori ini adalah
Crawfurd (1820 M), Keyzer (1859 M), Veith (1878 M).12 Umumnya sejarawan
nusantara yang giat memperjuangkan dan mendukung teori Mekah adalah mereka yang
terlibat langsung dan tak langsung dalam seminar masuk dan berkembangnya Islam
di Nusantara baik di Medan maupun di Aceh, dan sejarawan yang paling gigih
adalah Hamka dan S.M.N. Naquib Al-Attas. Alasan lain yang memperkuat lahirnya
teori Mekah dikemukakan oleh Sayyid Mohammad Naquib al-Attas bahwa sebelum abad
ke-17 M. seluruh literatur keagamaan yang relevan tidak satu pun pengarang
muslim tercatat berasal dari India. Penulis yang dipandang Barat sebagai
berasal dari India terbukti berasal dari Arab atau Persia. Benar bahwa
sebagiann karya yang relevan tentang keagamaan itu ditulis di India tetapi asal
kedatangan penulis tersebut adalah dari kawasan jazirah Arab, (Mekkah, Mesir,
dan Yaman) dan Persia.
3.
Teori
Persia
Dipelopori oleh
P.A. Hoesin Djajadiningrat dari Indonesia. Titik pandang teori ini memiliki
perbedaan dengan teori Gujarat dan Mekah mengenai masuk dan datangnya Islam di
Nusantara. Islam masuk ke Indonesia menurut Hoisen Djajadiningrat berasal dari
Persia abad ke-7 M. Teori ini memfokuskan tinjauannya pada sosio-kultural di
kalangan masyarakat Islam Indonesia yang ada kesamaan dengan di Persia.
Diantaranya adalah perayaan Tabut
di beberapa tempat di Indonesia, dan berkembangnya ajaran Syekh Siti Jenar
zaman penyebarann Islam Wali Sanga ada kesamaan dengan ajaran Sufi al-Hallaj
dari Iran Persia. Teori ini banyak mendapat kritikan ketika diadakan seminar
masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia diselenggarakan di Medan tahun 1963
M. Kritik itu muncul dari Dahlan Mansur, Abu Bakar Atceh, Saifuddin Zuhri, dan
Hamka. Penolakan teori ini didasarkan pada alasan bahwa, bila Islam masuk abad
ke-7 M. yang ketika itu kekuasaan dipimpin Khalifah Umayyah (Arab), sedangkan
Persia Iran belum menduduki kepemimpinan dunia Islam. Dan masuknya Islam dalam
suatu wilayah, bukankah tidak identik langsung berdirinya kekuasaan politik
Islam.
4. Teori Cina
Di kemukakan oleh
Selamet Muljana yang mengatakan bahwa sultan-sultan di kerajaan Demak adalah
peranakan Cina. Demikian pula ia menjelaskan bahwa para Wali Sanga adalah
peranakan Cina. Pendapat Selamat Muljana ini didasarkan dari sebuah Kronik
klenteng Sam Po Kong. Selamet Muljana memberikan contoh Sultan Demak
Panembahan Patah, sebagai pendukung teori ini dalam Kronik Sam PoKong bernama
Panembahan Jin Bun nama Cinanya. Arya Damar sebagai pengasuh Panembahan Jin Bun pada waktu di Palembang bernama
Cina, Swang Liong. Sultan Trenggono disebutkan dengan nama Cina yaitu, Tung
Ka Lo. Sedangkan Wali Sanga antara lain Sunan Ampel dengan nama Cina Bong
Swee Hoo. Sunan Gunung Jati dengan nama Cina Toh A Bo.
Sebenarnya hubungan
diplomatic antara Cina dengan Arab bukan hal yang baru, tetapi telah terjalin
sejak zaman khulafaurrasyidin (632-661) saat itu di Cina di bawah kekuasaan
Dinasti Tang. Adapun hubungan dagang Cina dengan Nusantara mengalami masa
puncaknya pada saat kunjungan muhibbah Laksamana laut Cheng Ho antara tahun
1405-1430 M. Pada masa itu Cina di bawah dinasti Ming (1363-1644M). Perjalanan
Laksamana Muslim Cheng Ho menakjubkan bila dibandingkan kisah perjalanan
Colombus ke Amerika dan Vasco Da Gama ke India. Perjalanan muhibbah Laksmana
Cheng Ho ke benua Asia Afrika terbagi dalam tujuh tahap perjalanan dengan
membawa 42 kapal besar berukuran panjang masing-msing 120 Meter dengan 9 tiang,
dengan diiringi oleh 30.000 pelaut dan mariner. Dari tujuh kali perjalanan
tersebut semuanya melewati dan menyinggahi kawasan nusantara seperti Sumatra
dan Jawa dengan wilayah perhentian yang berbeda-beda.
B.
PERKEMBANGAN
ISLAM DI INDONESIA
Seiring
dengan masuknya islam di Indonesia, maka di mulailah sejarah perkembangan islam
di wilayah ini. Dengan kata lain, masuknya islam di Indonesia adalah sekaligus
merupakan proses perkembangan islam itu sendiri. Untuk lenih rincinya,
perkembangan tersebut dapat diperjelas dengan menampilkan babakan-babakan
penting berikut ini:
1.
Babak pertama,
abad 7 masehhi (abad 1 hijriah)
Pada
abad 7 masehi, islam sudah sampai ke Nusantara. Para Da’I yang datang ke Indonesia
berasal dari jazirah Arab yang sudah beradaptasi dengan bangsa India yakni
bangsa Gujarat dan ada juga yang telah beradaptasi dengan bangsa Cina, dari
berbagai arah yakni dari jalur sutera (jalur perdagangan) dakwah mulai mermbah
di pesisir-pesisir Nusantara. Sejak awal Islam tidak pernah membeda-bedakan
fungsi seseorang untuk berperan sebagai Da’I (juru dakwah). Kewajiban berdakwah
dalam Islam bukan hanya kasta (golongan) tertentu saja tetapi bagi setiap
masyarakat dalam islam.
Sampainya
dakwah di Indonesia melalui para pelaut-pelaut atau pedagang-pedagang sambil
membawa dagangannya juga membawa akhlak islami sekaligus memperkenalkan
nilai-nilai yang Islami. Masyarakat ketika berkenalan dengan Islam terbuka
pikirannya, dimulaikan sebagai manusia dan ini yang membedakan masuknya agama
lain sesudah maupun sebelum datangnya Islam.
2.
Babak kedua,
Abad 13 Masehi
Di
abad 13 Masehi, berdirilah kerajaan-kerajaan Islam di berbagai penjuru di
Nusantara. Yang merupakan momen kebangkitan kekuatan politik umat khususnya di
daerah Jawa ketika kerajaan Majapahit berangsur-angsur turun kewibawaannya
karena konflik internal. Hal ini memanfaatkan oleh Sunan Kalijaga yang membina
di wilayah tersebut bersama Raden Fathah yang merupakan keturunan raja-raja
majapahit untuk mendirikan kerajaan Islam pertama di pulau Jawa yaitu kerajaan
Demak. Bersamaan dengan itu mulai bermunculan kerajaan-kerajaan islam yang
lainnya, walaupun masih bersifat local.
Pada
abad 13 masehi ada fenomina yang disebut dengan wali Songo yaitu ulama ulama
yang menyebarkan dakwah di Indonesia, khususnya di pulau Jawa sebanyak 9 orang
tokoh ulama Islam. Wali Songo mengembangkan dakwah atau melakukan proses
Islamisasinya melalui berbagai cara dan saluran, antara lain:
a.
Perdagangan
b.
Pernikahan
c.
Pendidikan
(pesantren)
d.
Seni dan budaya
e.
Tasawuf
3.
Babak ketiga,
masa penjajahan Belanda
Pada
abad ke17 masehi tepatnya tahun 1601 datanglah kerajaaan Hindia Belanda ke
daerah Nusantara yang awalnya hanya berdangan tetapi akhirnya menjajah.Belanda
datang ke Indonesia dengan kamar dagangannya yakni VOC,semenjak itu hampir
seluruolehh wilayah nusantara dijajah oleh Hidia Belanda kecuali Aceh.saat itu
antar kerajaan kerajaaan islam di nusantara belum sempat membentuk aliansi atau
kerja sama.hal ini yang menyebabkan proses penyebaran dakwah terompong.
Potensi
potonsi tumbuh dan berkembang di abad 13menjadi kekuatan perlawanan terhadap
penjajahan.ini di buktikan dengan adanya hikayat-hikayat pada masa
kerajaan-kerajaan Islam yang syair-syair nya berisikan perjuangan. Ulama-ulama
menggelorakan jihad melawan penjajah Belanda. Belanda kewalahan yang akhirnya
menggunakan beberapa strategi antara lain:
a.
Politik devide
et impera.
b.
Mendatangkan
Prof. Dr. Snouck Christian Hurgronje (bergelar Abdul Gafar)
4.
Babak keempat,
Abad 20 Masehi
Awal
abad 20 Masehi, penjajah Belanda mulai melakukan politik etik atau politik
balas budi yang sebenarnya adalah hanya membawa manfaat bagi lapisan masyarakan
yang dapat membantu mereka dalam pemerintahannya di Indonesia. Politik balas
budi memberikan pendidikan dan pekerjaan kepada bangsa Indonesia khususnya umat
Islam tetapi sebenarnya tujuannya untuk mensosialkan ilmu-ilmu Barat yang jauh
dari Al-Qur’an dan Hadist dan akan dijadikannya boneka-boneka penjajah.
Strategi
perlawanan terhadap penjajah pada masa ini lebih bersifat organisasi formal
daripada dengan senjata. Berdirilah organisasi Serikat Islam yang merupakan organisasi pergerakan nasional
pertama di Indonesia pada tahun 1905 yang mempunyai anggota dari kaum rakyat
jelata sampai priyayi dan meliputi wilayah yang luas. Tokoh Sarekat Islam yang
terkenal yaitu HOS Tjokroaminoto.
5.
Babak
kelima,Pasca Kemerdekaan
Setelah
Indonesia merdeka, pada tanggal 17 Agustus 1945, perkembangan Islam sendirinya
mengalami pergeseran, dari proses Islamisasi, perjuangan fisik (jihad) melawan
penjajah, hingga kemudian mengisi kemerdekaan melalui jalur dakwah kebudayaan,
agama dan politik. Dakwah Islam di Indonesia banyak di kembangkan oleh
institusi-institusi seperti Muhammadiyah, Nadhatul Ulama, Persis, dan
lain-lain. Lembaga-lembaga ke-islaman tersebut tergabung dalam MIAI (Majelis
Islam ‘Ala Indonesia) yang kemudian berubah namanya menjadi MASYUMI (Majelis
Syura Muslimin Indonesia) yang anggotanya adalah para pemimpin
institusi-institusi ke-Islaman tersebut. Hingga sekarang dakwah Islam lebih
banyak dimainkan oleh organisasi-organisasi Islam ini, terutama Muhammadiyah
dan NU.
C.
KARAKTERISTIK
ISLAM DI INDONESIA
Berdasarkan cara
masuknya Islam di Nusantara terbentuklah pola keislaman yang memiliki keunikan
tertentu, yaitu:
1. Majemuk/Plural
Kemajemukan
merupakanciri khas masyarakat Indonesia pada umumnya. Di Indonesia, sebagaimana
diketahui terdapat enam agama resmi, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Kristen
Protestan, Hindu, Budha, dan Konghuchu. Kehidupan beragama di Indonesia inilah
yang di payungi oleh semangat Bhinneka Tunggal Ika, sehingga terlihat dengan
jelas betapa Islam dengan mudah berdampingan dengan damai dengan penganut agama
lain.
Terlepas
dari hubungan antar agama, keragaman model beragama juga ditemukan dalam Islam
itu sendiri. Seorang antropolog Amerika Serikat bernama Clifford Geertz pernah
membagi perilaku keberagaman umat Islam Indonesia ke dalam tiga kelompok, yaitu
abangan, santri, dan priyai. Abangan merupakan istilah yang dipakai bagi pemeluk Islam yangtidak
begitu memperhatikan perintah-perintah agama Islam dan kurang teliti dalam
memenuhi kewajiban-kewajiban agamanya. Meskipun mereka mengaku dirinya sebagai
orang Muslim, tetapi cara hidup mereka merupakan perpaduan unsur-unsur Islam,
Hindu-Budha, dan unsur-unsur asli.
Santri
merupakan penganut Islam yang taat. Istilah ini seringkali kita dengar untuk
menyebut orang-orang yang belajar di pesantren. Tetapi istilah santri yang
digunakan oleh Geertz di sini merujuk kepada siapa saja yang menjalankan Islam
dengan benar. Priyai adalah kelompok ketiga penganut Islam, yang menurut Geertz
adalah kelompok Islam kelas elit. Biasanya adalah mereka yang disebut sebagai
Muslim birokrat atau Muslim berdasi. Pada umumnya umat Islam di Indonesia
mengikuti faham Asy’ariyah dari segi teologi (faham keagamaan), Imam Syafi’i
(dan termasuk Imam Malik, Ahmad bin Hambal, dan Imam Hanafi) untuk masalah
fiqih, serta Imam Ghazali untuk masalah tasawuf.
2. Toleran
Toleransi adalah
salah satu dari semangat Islam di Indonesia. Semangat ini tumbuh seiring dengan
“perkawinan” antar budaya Islam dengan budaya lokal. Sehingga corak
singkretisme (campuran faham) tidak bisa dihindari. Sepintas ini kelihatan
buruk, tetapi sebetulnya itu merupakan cara para da’i terdahulu memasukkan
Islam ke dalam tradisi Indonesia secara damai. Sudah barang tentu para da’i
sudah memikirkan konsekuensi dari metode yang ditempuhnya dan beranggapan bahwa
sejauh tidak bertentangan dengan ajaran Islam, maka itu adalah Islam.
Sifat toleransi
Muslim di Indonesia muncul karena bangsa Indonesia disatukan dalam rumpun
budaya. Muslim Indonesia sudah terbiasa dengan ragam budaya dan agama sejak
mula kedatangannya. Dan seperti yang disinggung diatas, ahli-ahli melakukan
pembersihan budaya, para da’i tersebut justru membiarkan budaya tersebut tetap
tumbuh sambil memasukkan unsur-unsur Islam sebisa mungkin.
3.
Moderat
Islam di
indonesia,menurut banyak kalangan,islam harapan masa depan dunia islam,islam
yang diharapkan dapat menjadi model islam di penjuru dunia. Hal ini disebabkan
islam di indonesia adalah islam yang dapat hidup damai dengan semua agama resmi
yang diakuin negara.islam yang juga dapat hidup berdampingan denganberbagai
keperbedaan aliran (baik dari sisi aliran teologi,mazhab fiqih maupun
tasauf/tarekat) dan organisasi organisasi keagamaan islam. Islam yang selalu
mengedepankan nilai nilai kebersamaan,nilai nilai kemanusiaan dan nilai nilai
etika,moral serta akhlak.islam yang selalu mengendepankan penghormatan dan
pemuliaan terhadap segala keanekaragaman yang ada di indonesia islam di
indonesia merupakan islam yang moderat.
Moderat
dalam hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan kehidupkan keagamaan yang berada
di tengah tengah,tidak ekstrim dan tidak pula liberal.bangsa indonesia adalah
bangsa yang relegius, umat islam adalah mayoritas di negeri ini, ini berarti
bahwa relegiussitas bangsa indonesia adalah cermin regeliussita umat islam itu
sendiri.islam indonesia merupakan agama yang melindungi kehidupan agama dan
kepercayaan lain.agama dan kepercayaan lain dapat hidup aman dan damai ditengah
tengah mayortitas uamat islam. Hal ini tentu saja berbeda dengan keadaaan umat
islam dibeberapa negara yang hidup menoritas di tengah tengah agama lain.
4.
Akulturatif
Islam indonesia dapat dikatakan merupakan hasil dari alkuturasi
islam dan budaya lokal.sifat alkuturatif ini terjadi dengan adanya campuran
usur islam dan budaya lokal yang tidak bertentangan dengan semangat bunda
mental islam itu sendriri.alkuturasi islam dan budaya lokal inilah yang
melahirkan islam dalam bentuknya sekarang.sebagai contoh,tradisi menggunakan
peci hitam sebenarnya adalah tradisi orang orang turki yang kemudian menjadi
pakaian orang indonesia,terutama oleh orang orang islan.demikian pula,dalam
ritual ritual islam,unsur unsur budaya lokal masih sangat jelas,termasuk
sebagian banguna masjid.jadi, meskipun berasal dari timur tengah,tampilan islam
di indonesia tidak selalu bernuansa Arab.
D. PERAN
UMAT ISLAM DALAM MEWUJUDKAN MASYARAKAT YANG ADIL DAN MAKMUR.
Islam
adalah agama yang rahmatan lil-alamin.Salah satu tujuan utama dari
diturunkannya Islam adalah agar terciptanya sebuah tatanan masyarakat yang adil
dan makmur. Untuk itulah, dimanapun Islam tumbuh dan berkembang, ukuran
keberhasilannya adalah sejauh mana ia mampu menjamin terciptanya keadilan dan
kemakmuran bagi pemeluknya maupun bagi semua umat manusia.
1.
Di bidang politik dan ekonomi
Sejak
awal kedatangannya, sebenarnya umat Islam sudah mulai memainkan peran politik
mereka.Hal ini dapat dilihat sejak awal Islamisasi, yakni saat umat Islam
memegang kekuasaan. Sultan atau raja adalah penguasa sekaligus pengemabng
islam. Sultan atau raja mengadakan konsultasi dengan para ulama dalam setiap
kebijakan yang hendak dijalankan, sebagaimana terlihat misalnya pada Raden
Fatah, raja kesultanan Demak yang selalu menghargai petunjuk Wali Songo.Pada
sisi lain dapat dilihat bahwa semenjak abad ke-16 sampai abad ke-20 umat Islam
di bawah para pemimpinnya mengahadapi berbagai corak tantangan kekuasaan Barat
dan mengadakan perlawanan bagi setiap fase penjajahan, misalnya pada :
a.
Fase persaingan dagang
Kerajaan Islam Demak
melawan Portugal di Malaka ( 1512) ; Sultan Khairuddin dan Sultan Babullah
melawan Portugal di Ternate ; Tidore melawan Spanyol ; Aceh melawan Portugal di
Malaka ; dan Sultan Hasanudin dari Gowa dan Talo melawan VOC.
b. Fase
penetrasi dan agresi
Sultan Agung ( Mataram)
menyerbu Batavia (1627 dan 1629) ;
Sultan Agen Tirtayasa dengan dukungan Syekh Yusuf ( Makasar) melawan Penetrasi
VOC ke Banten ( 1680); kesultanan Aceh melawan agresi Hindia Belanda (1873)
yang merupakan awal dari perjuangan Aceh yang terus menerus terhadap Belanda.
c. Fase
perluasan daerah jajahan
Terjadi perang Diponegoro
(1825 -1830) ; perang Paderi di Sumatera ( 1821-1873) ; dan perang Banjar yang
di pimpin oleh Pangeran Antasari dan lain-lain.
d. Fase
penindasan
Para petani di bawah
bimbingan para Ulama melakukan pemberontakan yang di kenal dengan “ Geger Cilegon”
( 1886), pemberontakan H. Mustofa dan pemberontakan yang dipelopori petani.
baik diJawa, Sumatera dan daerah lainnya
peran ulama selalu menonjol.
Ajaran islam
untuk cinta tanah air mendorong segenap penduduk Nusantara untuk memberontak
melawan penjajah. Maka lahirlah pemimpin-pemimpin Islam yang besar dan menentukan arah pergerakan di
Indonesia. Seperti yang terkenal misalnya Sarekat Dagang Islam (SDI) yang kelak
berubah menjadi Sarekat Islam (SI) di bidang ekonomi dan Budi Utoma juga
bertujuan untuk memperbaiki pendidikan dan ekonomi. Demikian pula di masa-masa
peran organisasi Islam seperti Muhammadiyah (1912), Persatuan Islam/Persis
(1923), Nahdatul Ulama/NU (1926), Majelis Islam A’la Indonesia / MIAI (1937),
Majelis Syuro (1943) yang kemudia berubah nama menjadi Majelis Syuro Muslim
Indonesia (Masyumi), sebuah partai
politik Islam pertama yang dibentuk pada tanggal 7 Novemper 1945 dan persatuan
Umat Islam / PUI (1952).
Setelah
Indonesia merdeka, peran umat Islam tetap besar di bawah Soekarno. Meskipun ia
berhaluan nasioanlis-sosialis, tetapi pandangan-pandangan agamanya menjadi
ilham bagi pembangunan bangsa. Demikian pula di mana Soeharto, meskipun peran
partai Islam bagi pembangunan semakin mengecil, tetapi peran politik lain tetap
sangat aktif. Bukankah Soeharto sendiri adalah orang Islam?Bahkan dalam sejarah
Indonesia, belum pernah ada presidennya yang bukan Islam. Hingga masa reformasi
umat islam tetap menunjukkan sikap politik yang luar biasa. Setalah berhasil
menjalankan pemilu 1999, 2004, dan 2009, dunia Internasional semakin kagum
bahwa masyarakat Islam di Indonesia adalah yang paling berhasil dalam
menjalankan demokrasi, bahkan dalam hal tertentu bias dianggap lebih demokratis
dari negara-negara Barat itu sendiri.
a. Di
bidang agama dan sosial
Agama dan sosial
adalah hal yang tidak bias dipisahkan.Ini disebabkan karena sejak kedatangannya
di Nusantara, Islam telah berpadu denga masyarakat yang kemudian membentuk
sebuah masyarakat Muslim Indonesia.Munculnya organisasi kemasyarakatan seperti
Muhammadiyah dan NU telah memebri warna terhadap perkembangan Islam di
Indonesia.Dua organisasi ini bahkan dianggap sebagai perwakilan Islam
Indonesia. Dengan kata lain, jika ingin
melihat Islam di Indonesia lihatlah praktek Muhammadiyah dan NU.Sebagai bangsa
yang religious dan berketuhanan Yang Maha Esa, pemerintah memiliki perhatian
besar terhadap agama, terutama agama Islam yang penganutnya adalah mayoritas.
Perhatian tersebut diwujudkan dalam pembinaan kehidupan beragama, antara lain:
a. Mendirikan
Departemen Agama pada tanggal 3 januari 1945, suatu departemen yang merealisasi
sila pertama dari Pancasila dan sekaligus merupakan ciri khas Islam Indonesia.
b. Menetapkan
Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.
c. Menyelenggarakan
pengurusan ibadah haji dari tanah air.
d. Membentuk
Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 1975 dengan struktur organisasi yang
menyebar sampai ke tibgkat desa.
e. Melembagakan
Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) secara nasional dari tingkat pusat sampai
tingkat desa, mendirikan dan meresmikan masjid istiqlal sebagai masjid yang
sepenuhnya dibiayai pemerintah/Negara, membentuk Badan Amil Zakat dan
sebagainya.
f. Ikut
membina kerukunan hidup umat umat beragama baik internal umat beragama serta
antar umat beragama, maupun antar umat beragama dengan pemerintah.
g. Memberlakukan
secara yuridis-formal sebagian hokum Islam, yaitu penyelenggaraan Peradilan
Islam di Indonesia, dengan undang-indang pada tahun 1989 dan memberlakukan
syri’at Islam di Nanggru Aceh Darussalam (NAD).
b. Di
bidang Pendidikan dan kebudayaan\
Di bidang
pendidikan dan kebudayaan, peran islam sangatlah besar. Sejak Islamisasi negeri
ini telah berdiri lembaga-lembaga pendidikan, khususnya pesantren dan surau
yang telah menjadiiii benteng Islam yang demikian kuat dan berpengaruh.Kemudia
menyusul system madrasah yang merupakan usaha pembaruan dalam system pendidikan
Islam tanpa menghilangkan system pesantrennya. Pemerintah telah mendirikan
madarasah ( sekolah-sekolah agama Islam)
dari tingkat dasar, menengah dan tinggi. Di samping itu, pendidikan agama juga
telah menjadi salah satu mata pelajaran penting di sekolah-sekolah maupun di
perguruan tinggi maupun negeri dan swasta.
Lembaga
pendidikan Tinggi Islam Indonesia telah berdiri sejak tahun 1940.
Kemudianberdiri pula lembaga
pendidikan tinggi Islam yang dikelola oleh Negara dan swasta di seluruh
Indonesia, seperti Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN), Institut Agama
Islam Negeri ( IAIN), Universitas Islam Negeri (UIN), Universitas Islam
Indonesia (UII) dan lain-lain.Sejalan dengan pendidikan Islam itu, di Indonesia
telah muncul penerbitan buku Islam yang menerbitkan sejumlah besar buku-buku
yang ditulis oleh orang Indonesia, maupun oleh penulis asing. Penerbitan
buku-buku keislaman tersebut, sekarang ini tidak terhitung lagi jumlahnya,
sebagai pengaruh dari adanya kebebasan pers dan mengemukakan pendapat.
Dalam bidang
kebudayaan di Indonesia, Islam mempunyai peranan penting , antara lain di
bidang:
a. Arsitektur,
khususnya pada bangunan masjid sebagai tempat ibadah yang merupakan pusat agama
Islam yang berpengaruh besar terhadap kehidupan penduduk secara keseluruhan.
b. Hidup
rohani, paham sufismi atau mistik yang tumbuh pada hidup rohani orang Indonesia
sejak awal masuknya Islam di Indonesia, seperti Kadiriah, Khalwariah,
Naksyabandiah, dan lain-lain.
c. Hari-hari
besar Islam, perayaannya dilaksanakan baik oleh Negara maupun masyarakat dari
tingkat pusat sampai tingkat desa, seperti peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW,
Isra’ Miraj, Nuzulul Qur’an, shalat ‘id ( idul fitri dan idul adha) dan
lain-lain.
d. Seni
kaligrafi, yang berkembang pesat sebagai dekorasi, catatan sejarah dan
symbol-simbol keislaman si seluruh lapisan masyarakat Muslim Indonesia.
e. Bahasa
Indonesia, yang menyerap sebagian bahasa Al-Qur’an (Arab) ke dalam bahasa Melayu menjadi bahasa Nasional Indonesia.
Sehingga bahasa Arab terabadikan dalam bahasa Indonesia, seperti pada kata
rakyat (ra’iyyah), musyawarah, shalat, zakat, selamat (salamah) dan lain-lain.
Dengan melihat
segi-segi peradaban Islam itu, maka peran umat Islam di Indonesia dalam
pembangunan masyarakat yang adil dan makmur sangatlah besar.Bahkan yang paling
besar, meliputi segala sisi, ini dapat segera dimaklumi karena mayoritas
penduduk Indonesia adalah Muslim.Sehinga seluruh peran pembangunan nyaris
sepenuhnya dimainkan oleh orang-orang Islam.Peran umat Islam dalam pembangunan
bukan saja untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur, melainkan juga beriman dan bertakwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar