A.
PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Trianto (2008:20) mengatakan bahwa: “pembelajaran
kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama
pembelajaran pembelajaran kontekstual yaitu: kontruktivisme (Constrtuctivisme),
menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat belajar (Learning
Community), pemodelan (Modeling), refleksi (Reflection), dan
penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)”, (Blanchard, 2001)
mengatakan bahwa : “pendekatan kontekstual merupakan suatu konsepsi yang
membantu guru menghubungkan konten materi ajar dengan situasi-situasi dunia
nyata dan memotivasi siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan dan
penerapannya ke dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Dengan konsep itu, pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran
berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami sendiri,
bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa”. Dari pendapat-pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa
untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia
belajar pada prinsip CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan
kegiatan “siswa menemukan sendiri".
Tujuh
komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual
di kelas yaitu:
a. Konstruktivisme (Constructivism),
merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu bahwa
pengetahuan yang dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat
fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia
harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna
bagi dirinya, dan mengkontruksi pengetahuan di benak mereka sendiri.
b. Menemukan (Inquiry),
merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan
dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat
seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu
merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang
diajarkan hasil menemukan sendiri.
c. Bertanya (Questioning),
merupakan strategi utama yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran
dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan
berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam
melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi,
mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada
aspek yang belum diketahuinya.
d. Masyarakat belajar (Learning
community), konsep ini menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari
hasil kerjasama dengan orang lain. Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu
melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi ke
dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen.
e. Pemodelan (Modeling),
maksudnya dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada
model yang bisa ditiru. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya
model. Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Siswa dapat ditunjuk
untuk memodelkan sesuatu berdasarkan pengalaman yang diketahuinya.
f. Refleksi (Reflection), adalah
cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang
tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan
respon terhadap kejadian, aktivitas, atau penegetahuan yang baru diterima.
g. Penilaian sebenarnya (Authentic
Assessment), merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar
siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami
proses pembelajaran dengan benar. Penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)
dilaksanakan selama dan sesudah kegiatan pembelajaran.
B.
PENDEKATAN
SAINTIFIK
1.
Pengertian
Pendekatan Saintifik
Pembelajaran dengan pendekatan
saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar
peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui
tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data
dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan
konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan” (Kurinasih, 2014:29) . Pendekatan
saintifik dimaksudkan memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal,
memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal
dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada infromasi searah guru. Oleh
karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk
mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui
observasi dan bukan hanya diberi tahu.
2.
Karakteristik
Pendekatan Saintifik
Dalam
Kurinasih (2014) disebut pembelajaran dengan pendekatan saintifik memilik
karakteristik sebagai berikut.
- berpusat pada siswa;
- melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, hukum, dan prinsip;
- melibatkan proses-prose kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa;
- dapat mengembangkan karakter siswa.
3.
Tujuan
Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Tujuan
pembelajaran dengan pendekatan saintifik didsarkan pada keunggulan pendekatan
tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah
sebagai berikut.
- Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa;
- Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik;
- Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan;
- Diperolehnya hasil belajar yang tinggi;
- Untuk melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide khususnya dalam menulis artikel ilmiah;
- Untuk mengembangkan karakter siswa.
4.
Prinsip-Prinsip
Pendekatan Saintifik
Beberapa
prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai
berikut.
- Pembelajaran berpusat pada siswa;
- Pembelajaran membentuk student”s self concept;
- Pembelajaran terhindar dari verbalisme;
- Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasikan konsep, hukum, dan prisip;
- Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa;
- Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru;
- Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi;
- Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognItifnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar