Rabu, 23 Oktober 2019

Cara Memulihkan Produktivitas Tanah Akibat Tsunami


Cara Memulihkan Produktivitas Tanah Akibat Tsunami


Tsunami tidak hanya menyebabkan kerusakan fisik terhadap bangunan, jalan, jembatan, sistem sanitasi dan lainnya, tetapi juga menyebabkan tercemarnya lahan pertanian yang disebabkan oleh intrusi air laut dan terendapnya lumpur berkadar garam tinggi di atas permukaan tanah. Pencegahan dan rehabilitasi lahan pertanian pasca tsunami diperlukan untuk mengembalikan produktivitas lahan pertanian. Tiga tindakan perlu dilakukan untuk mencegah kerusakan dan memulihkan kembali produktivitas lahan pertanian, khususnya sawah, di daerah bekas tsunami, adalah: 1) tindakan pencegahan, 2) tindakan rehabilitasi, dan 3) tindakan untuk menumbuhkan motivasi petani.

Lalu bagaimana cara melakukan tindakan tersebut? 

1.    Tindakan pencegahan
 
Tindakan ini dilakukan untuk mencegah masuknya air laut ke lahan pertanian sewaktu terjadi pasang. Upaya reklamasi akan menjadi sangat sia-sia apabila lahan pertanian rentan terhadap genangan air laut pasang. Tindakan pencegahan dapat dilaku-kan dengan membangun tanggul-tanggul, baik yang berupa bangunan sipil teknis maupun secara vegetatif.Lahan pertanian yang sudah tergenangi air laut secara permanen perlu dialihkan untuk penggunaan lain, karena lahan yang sebelum tsunami permuka-annya lebih tinggi dari permukaan air laut, setelah tsunami menjadi lebih rendah sehingga akan terge-nang secara permanen. Tindakan untuk mengembali-kan fungsinya sebagai lahan pertanian akan sia-sia atau membutuhkan biaya dan teknologi yang mahal. Untuk itu intervensi pemerintah berupa pemberian modal awal ke petani tambak akan sangat penting, mengingat dibutuhkan investasi yang cukup besar untuk membangun tambak.

2.    Tindakan rehabilitasi 
Tindakan rehabilitasi lahan pertanian yang terkena tsunami perlu dilakukan untuk menurunkan tingkat salinitas dan memperbaiki petakan. Penurunan kadar salinitas tanah dapat dilakukan dengan cara membilas lahan beberapa kali sehingga garamnya terbuang melalui aliran air permukaan. Cara ini dapat sangat efektif menurunkan salinitas tanah jika tersedia air tawar, saluran irigasi dan drainase yang memadai. Saluran drainase yang berfungsi baik dapat membuang garam-garam dari lahan pertanian, sehingga memungkinkan ditanami kembali dengan kacang tanah dan tanaman palawija lain. Selain itu, pembangunan kembali pematang-pematang sawah yang rusak diterjang tsunami perlu segera dilaksanakan. Pematang tersebut sebaiknya lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum tsunami untuk menampung lebih banyak air hujan berkadar garam rendah, sehingga dapat lebih efektif menurunkan kadar garam tanah.   Pencucian garam ke lapisan tanah lebih dalam sehingga menjauhi zona perakaran dapat dilakukan terutama pada daerah yang permeabilitas tanahnya cukup baik, air tanahnya dalam (>2 m), dan curah hujannya sedang sampai tinggi. Teknik pencucian ini dapat efektif dilakukan selama musim penghujan, namun berisiko meningkatkan kadar salinitas tanah di daerah perakaran selama musim kemarau akibat tingginya penguapan dari pori-pori tanah. Untuk menghindari risiko tersebut, pada lahan pertanian yang telah direklamasi perlu dilakukan tindakan rehabilitasi.  Tindakan rehabilitasi ditujukan untuk memper-baiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Tindakan rehabilitasi ini dapat dilakukan antara lain dengan: 1) pemberian bahan pembenah tanah seperti pupuk kandang, pupuk organik, gypsum, abu sekam, dan pemulsaan. Pemberian bahan pembenah tanah yang tersedia di lokasi seperti pupuk kandang, sekam padi, dan pupuk organik lainnya sebanyak 5-10 t ha-1sangat penting dilakukan untuk memperbaiki struk-tur tanah, keseimbangan hara, kemampuan menyim-pan air (water holding capacity) dan mengurangi penguapan jika bahan-bahan tersebut disebar di permukaan tanah; 2) perbaikan permeabilitas (drainase internal) tanah melalui pengolahan tanah dalam dan perbaikan struktur tanah. Pengolahan tanah menggunakan bajak singkal sedalam 30 cm sangat dianjurkan untuk mengurangi rasio lumpur tsunami terhadap volume tanah; serta 3) penyesuaian pola tanam yaitu dengan menanam varietas-varietas tanaman yang toleran terhadap salinitas tanah yang tinggi. Beberapa jenis tanaman semusim yang banyak ditanam petani dan tumbuh baik adalah ba-wang merah, cabe, padi, kacang tanah, dan jagung.

3.    Tindakan untuk menumbuhkan motivasi petani
Tindakan ketiga dan yang tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan kedua tindakan sebelumnya adalah menumbuhkan kembali motivasi petani untuk kembali ke lahan usahataninya. Rendahnya motivasi petani untuk bertani akan berakibat terbengkalainya program pembangunan pertanian yang telah dicanangkan oleh pemerintah, karena ujung tombak dari sistem produksi pertanian adalah petani itu sendiri. Beberapa kegagalan panen yang dialami petani akibat kurang siapnya lahan pertanian untuk menopang pertumbuhan tanaman dikhawatirkan akan semakin melemahkan motivasi petani. Yang perlu segera dilakukan adalah menya-darkan petani bahwa kondisi lahan mereka sudah berbeda dibandingkan dengan sebelum tsunami, karena itu cara bercocok tanam, penggunaan varietas, dan pupuk perlu disesuaikan. Kegiatan penyuluhan, baik dalam bentuk tatap muka, penye-baran brosur, dan pembuatan demplot perlu dilakukan. Diharapkan dengan kegiatan-kegiatan pe-nyuluhan tersebut, petani bergairah kembali bekerja di lahan usahataninya.

Salah satu wilayah kabupaten Aceh Besar yang mengalami bencana gempa bumi dan tsunami yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 dan termasuk kategori wilayah kerusakan yang parah dengan intensitas kerusakan antara 60-75%. Sebagian besar areal pertanian terutama lahan persawahan, pekarangan, dan tegalan, tidak dapat difungsikan lagi karena telah tertimbun oleh sampah dan sedimen serta bahan-bahan reruntuhan gedung atau perumahan.
Berdasarkan hasil investigasi terhadap dampak dan analisis sifat-sifat tanah dan air, maka pola pemanfaatan lahan pertanian di Kecamatan Lhoknga dapat diarahkan sebagai berikut : 
Lahan Kelas A (Low damaged area): 
Deskripsi : Ketebalan sedimen < 5 cm, tanpa erosi, sedikit atau tanpa sampah, pH lapisan atas 6,70-7,5 (netral), agak halus sampai agak kasar, gembur, agak lepas, drainase agak jelek, DHL rendah sampai sedang (0,05 - > 4,0 mS cm-1 ). 
Problema : Salinitas air permukaan dan sebagian wilayah masih sangat tinggi dan sistem drainase yang agak jelek, serta tekstur lapisan atas yang agak kasar. Khusus di Kecamatan Lhoknga, lahan dengan kelas A ini masih perlu pembersihan rumput di permukaan. 
Arahan Rehabilitasi dan Reklamasi Lahan :  
-          Perlu pembersihan dan perbaikan saluran irigasi dan drainase.  
-          Perlu pencucian garam pada lapisan atas dari profil tanah dengan air dari saluran irigasi dengan metode penggenangan (basin irrigation) untuk atau dengan irigasi alur (furrow irrigation).  
-          Perlu pembuatan bedengan untukpenanaman agar memudahkan dalam pengelolaan kelebihan (excess) garam/salinitas (Mitchel, 1983). o Neraca air = (Curah Hujan + irigasi—Evaporasi)  
-          Khusus untuk padi, maka perlu dibuat pematang agar dapat digenang (dipersawahkan), karena akibat tsunami, semua pematang sawah telah hilang/rata.  
-          Perlu ditetapkan neraca kebutuhan air untuk pencucian garam dan kebutuhan air tanaman. 
-          Untuk menurunkan dan mengurangi tingkat salinitas tanah dapat digunakan bahan amelioran seperti CaSO4, pupuk kandang, dan S elementer. 
-          Pada lahan yang tidak terpengaruh tsunami, pemakaian lahan untuk areal persawahan dapat langsung digunakan tanpa rehabilitasi yang berat. 
Lahan Kelas B (Medium damaged area): 
Deskripsi : Ketebalan sedimen < 10- 20 cm, tanpa erosi, sedikit sampah, pH lapisan atas 6,8i9-7,80, (netral), agak halus sampai kasar, agak lekat sampai lepas, drainase internal jelek, DHL tinggi (> 4,0 mS cm-1 ). 
Problema : Salinitas sangat tinggi dan sistem drainase agak jelek, serta tekstur lapisan atas yang agak kasar dan sedimen permukaan yang dalam. 
Arahan Rehabilitasi dan Reklamasi Lahan :  
-          Perlu pembersihan dan perbaikan saluran irigasi dan drainase.  
-          Lapisan sedimen perlu dipertimbangkan untuk dibuang dari lapisan tanah atas atau  Perlu pencucian garam pada lapisan atas dari profil tanah dengan air dari saluran irigasi dalam waktu dan jumlah air yang banyak.  
-          Perlu pembuatan bedengan untuk penanaman Bioremidiasi agar memudahkan dalam pengelolaan kelebihan (excess) garam/salinitas. 
Tanaman Yang Disarankan (Toleran) (Departemen Pertanian, 1997) : 
a.       Tanaman Setahun (annual crops) Terong, cabai, kacang tanah, padi, rumput gajah, nenas, dan sejenisnya.
b.      Tanaman Tahunan (parennial crops) : Kelapa. 
Lahan Kelas C (High damaged area): 
Deskripsi : Ketebalan sedimen 20- < 30 cm, tanpa dan dengan erosi, bertekstur halus sampai sangat kasar, lepas, drainase internal sangat jelek sampai cepat, DHL sangat tinggi (> 7,0 mS cm-1 ).
Problema : Salinitas sangat tinggi dan sistem drainase agak jelek, serta tekstur lapisan atas yang sangat kasar dan tebal sedimen yang sangat dalam, sehingga tidak cocok untuk padi sebelum upaya rehabilitasi. 
Arahan Rehabilitasi dan Reklamasi Lahan :  
-          Perlu pembersihan dan perbaikan saluran irigasi dan drainase. 
-          Lapisan sedimen di bagian permukaan hingga terdapat tanah asli perlu dibuang atau dikerok tetapi tidak dianjurkan dengan menggunakan alat berat karena mudah terjadi kompaksi. Pekerjaan ini dapat dilakukan dengan manual menggunakan tenaga masyarakat/buruh yang dikontrakkan.  
-          Perlu pencucian garam pada lapisan atas dari profil tanah dengan air dari saluran irigasi dalam waktu dan jumlah air yang banyak.  
-          Perlu pembuatan bedengan untuk penanaman agar memudahkan dalam pengelolaan kelebihan (excess) garam/salinitas.  
-          Perlu dipertimbangkan konversi penggunaan ke bidang lain seperti usaha perikanan darat, atau untuk tanaman keras yang toleran seperti mangrove atau kelapa.  
-          Khusus di Desa Lampuuk Kecamatan Lhoknga, lahan perlu dibersihkan dari sampah-sampah tsunami yang masih bertebaran.



Sumber:                                                                                                        
Syakur, S., Basri, H., Sufardi, S., & Hatta, M. (2012). Sifat Tanah Dan Air Yang Terpengaruh Tsunami Di Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Floratek7(1), 1-12.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makalah Global Warming (Pemanasan Global)

Makalah Global Warming (Pemanasan Global) BAB 1 Pendahuluan A.      Latar Belakang Makalah Dalam beberapa tahun terakhir, isu pe...